Bucket List Scene 3: Teddy Bear's Museum & The Real Plan

Bucket List
Please Subscribe to read the full chapter

 Summary:

Kau sudah menipuku, Wang Jackson!

Bucket List No. 5 : Teddy Bear Museum-

Mata Young-Ji berbinar melihat sebuah bangunan yang cukup besar yang berada di hadapannya saat itu. Hatinya sudah lama mendambakan untuk berkunjung di sana. Yup! Walaupun sudah cukup lama ia tinggal di Seoul, tetapi ia tidak pernah memijakkan kakinya ke dalam gedung itu. Museum Teddy Bear, tidak ada waktu luang yang tersisa  untuk berkunjung ke sana karena kesibukan-kesibukan yang membosankan itu.

Jackson tersenyum melihat Young-Ji yang merasa senang saat ia melihat bangunan megah museum teddy bear itu. Sungguh, ia tidak pernah melihat suatu sisi dari Heo Young-Ji yang tersenyum sangat bahagia. Bahkan karena sangat bahagianya, kini kaki Young-Ji sudah bergetar dan menepak-nepakkan ke tanah saking antusiasnya.

“Kau seperti anak kecil saja, Nona Heo. Ku kira kau akan bosan jika aku mengajakmu ke sini.”

“Oke, oke, aku memang seperti anak kecil. Tapi kau lebih kekanakkan daripada aku. Bukankah kau yang mengajakku untuk datang ke mari? Mr. Cute, y and Wild!” tukas Young-Ji sambil mempoutkan bibirnya. Entah mengapa bagi seorang Wang Jackson ia sangat menanti-nantikan saat dimana Young-Ji mempoutkan bibirnya dengan lucu. Ia sangat menyukai hal itu. Ia pun tertawa kecil melihat sahabatnya itu.

“Oke, semua itu tidak lucu Wang Jackson. Tidak ada yang perlu untuk ditertawakan. Lebih baik aku pulang saja kalau kau begitu terus kepadaku.” Ancam Young-Ji.

“Jadi kau marah kepadaku? Kau merasa jengkel? It’s not problem Young-Ji, It just kidding for you. I wanna have fun with you today, Are you Understand?”

“Tidak usah repot-repot Bahasa Inggris, sedangkan kau bisa berbahasa korea. Apa buruknya nilai Bahasa Korea-mu di sekolah? Dari pada kita mati kedinginan sebaiknya kita masuk saja.”

Young-Ji tetaplah Young-Ji, dari pada dia menjawab pertanyaan yang apabila dijawab akan menjatuhkan harga dirinya, bukankah ia lebih baik untuk pura-pura tidak tahu saja? Jackson-pun hanya bisa menggelengkan kepalanya. Terkadang Young-Ji seperti sebuah teka-teki yang sangat sulit di pecahkan olehnya bahkan lebih susah dari ribuan soal olimpiade fisika yang telah di kerjakannya sewaktu SMA.

“Lets go, Young-Ji!” Jackson merangkul Young-Ji dan mengajaknya masuk ke dalam Museum Teddy Bear sebelum ada pertengkaran yang lain. Maklum walaupun mereka cukup di bilang sangat dekat. Tetapi, cukup sering mereka bertengkar walaupun hanya masalah kecil sebagai penyebabnya.

Di dalam Museum Teddy Bear, mereka melihat boneka-boneka beruang yang sangat manis dan lucu. Mereka sangat menikmati hal-hal menganggumkan yang ada di sana. Mereka seperti berada di sebuah dunia khayalan. Hingga membuat mereka lupa akan waktu, serta menyadari bahwa mereka terlihat seperti sedang berkencan saat itu.

Bucket list Nomor 5 terpenuhi. Checklist J

Bucketlist No 6 : Namsan Tower-

Hari sudah gelap, malampun telah tiba dan mentari kembali bersembunyi dan berganti cahaya rembulan. Cahaya warna-warni mulai menghiasi langit malam Kota Seoul. Tidak terasa mereka sangat lama menghabiskan waktu di Museum Teddy Bear. Namun perjalanan mereka tidak cukup hanya sampai di sana.

Sambil menggandeng tangan Young-Ji, Jackson membawanya menelusuri jalanan kota Seoul pada malam hari. Namun bukan hal itu tujuan Jackson , tujuannya adalah Namsan Tower yang tidak terlalu jauh dari Museum Teddy Bear. Yup! Namsan Tower, menara yang cukup terkenal di kota Seoul. Menara yang paling indah dengan lampu warna-warninya ketika malam menjelang. Serta tepat yang paling romantis di kota metropolitan itu, hingga banyak pasangan muda-mudipun menghabiskan waktunya di sana.

“Ini kopi untukmu”, Ujar Jackson sambil menyodorkan segelas kopi hangat kepada Young-Ji. Young-Ji pun segera menerima segelas kopi hangat tersebut. Sebuah senyumanpun terukir di wajahnya.

“Terima kasih, Jackson. Suasana malam yang dingin memang pas ditemani segelas kopi hangat. Kau memang tahu apa yang paling aku suka.” Ucap Young-Ji sambil menujukkan jari jempolnya, sedangkan Jackson tersenyum melihat Young-Ji merasa senang. Young-Ji pun segera meminup kopinya.

“Huaa, ini sangat menyegarkan. Tapi tidak ada kopi yang jauh lebih enak dari pada buatan Ibuku.”

“Jadi sekarang kau bilang kopi yang aku belikan untukmu tidak enak? Ya sudah aku minum saja sendiri” Jackson mengambil kopi tersebut dari genggaman tangan Young-Ji, lalu meminumnya sambil berjalan meninggalkan Young-Ji.

“Ya! Wang Jackson” Teriak Young-Ji dengan kesal dan segera ia melangkahkan kakinya untuk menyusul Jackson. “Kau tidak boleh mengambil apa yang sudah kau berikan. Kembalikan kepadaku.” Kata Young-Ji kepada Jackson setelah berhasil menyamakan langkahnya dengan langkah kaki Jackson.

Jackson meminum kopi itu lagi, lalu memberikan sebuah cibiran kepada Young-Ji. “Tapi kau tidak suka bukan? Memang kopi ini tidak seenak kopi buatan ibumu. Jadi lebih baik aku saja yang minum”

“Bukan itu maskudku Wang Jackson!”

“Aku tidak peduli apa yang kau katakan Heo Young-Ji!” kata Jackson sebelum ia memulai menghabiskan sisa kopi yang ada di gelas itu. Tetapi sebelum hal itu terjadi, Young-Ji berusaha merebut kopi ‘miliknya’ dari tangan Jackson.

Namun, apa kata yang bisa menggambarkan kejadian tersebut. Young-Ji dan Jackson tidak bisa menjaga keseimbangan tubuh mereka, dan membuat mereka terjatuh ke lantai di tengah-tengah keramaian. Posisi mereka sekarang adalah Jackson tepat di bawah Young-Ji dan hanya sedikit jarak yang memisahkan kedua wajah mereka.

Hal itu sangat aneh bagi mereka. Bukan kondisi mereka saat itu. Tetapi, detak jantung mereka berpacu dua kali lipat dari yang sebelumnya. Pikiran mereka kosong ketika manik-manik mata mereka berhasil bertemu satu-sama lain. Perasaan yang entah tidak dapat dijelaskan itu kembali mengisi hati kecil mereka. Mereka hanya bisa saling memandang satu sama lain dengan tatapan yang tidak bisa di artikan, lama dan cukup lama.

Namun hal tersebut tidak berlangsung lagi ketika mereka berdua menyadari apa yang sedang terjadi. Mereka pun memisahkan diri dan berusaha bangun dari posisi mereka sekarang. Suasana canggung tercipta pada kedua insan muda tersebut, akibat detak jantung mereka yang berdetak sangat cepat.

“Maaf, aku tidak bermaksud untuk—“

“Tidak usah kau pikirkan, Jackson. Lebih baik kita naik ke atas sambil menikmati pemandangan kota Seoul ketika malam hari.” Ajak Young-Ji sebelum suasana di sana semakin canggung.

Setelah mereka sampai di atas Namsan Tower, mereka hanya bisa berdiam diri sambil memandang pemandangan kota Seoul yang di penuhi  ribuan cahaya yang meneranginya, serta menikmati sejuknya angin malam yang berhembus kencang di atas manara.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
18jjae
Annyeong~ kali ini saya kembali membawa Bonus Scene untuk Reader-deul tercinta ^^~~. selamat membaca

Comments

You must be logged in to comment
kyuli17 #1
Chapter 4: thanks for post this to asianfanfict i really love it;) btw link blog kamu apa?
pink_pearl #2
Chapter 3: Love this story...keep writing^^
Altariaaa #3
Chapter 3: ^^ nice story, author-nim ^^b
reiina7 #4
Chapter 1: wah.., akhirnya ada juga cerita jackji yg pake bahasa Indonesia :)) suka sama ceritanya update trs ya author-nim..