She

Chanyeol Story

Mungkin orang-orang yang mengenal aku secara baik (percayalah, ketika gue nyebut diri gue dengan sebutan ‘aku’ amat sangat terasa aneh) nggak akan menyangka bahwa kenyataannya sekarang adalah aku suka dengan cewek paling jutek, Syaza.

Bahkan Baekhyun yang baru sekali bertemu Syaza di café, langsung nggak berani lagi buat ketemu. “Cakep sih, tapi mukanya kayak harimau yang siap nerkam. Matanya sadis banget pula,” begitu anggapan Baekhyun. Sekalipun orang-orang beranggapan bahwa dia gadis yang sadis, tapi aku nggak peduli. Malah disitu daya tariknya. Karena kejutekannya itulah makanya aku semakin penasaran untuk semaki mengenalnya, waluaupun dia selalu menghindar setiap bertemu dengaku, seperti bertemu hantu.

Setelah sebulan kami kenal (atau lebih tepatnya saling tahu) dan aku selalu mencari ataupun alasan untuk mengajaknya pergi bersama, akhirnya hari ini, siang ini, tanpa disengaja dan direncanakan, aku bisa menawarkan tumpangan kepadanya untuk pergi bersama ke café malam ini. Mungkin Dewi Fortuna sedang berpihak kepadaku haha.

Jam setengah 8 malam, aku udah mejeng didepan rumahnya sambil ngidupin klakson motor. Lama amat dandannya. 5 menit kemudian dia keluar dengan sweater converse ukuran besar, jeans hitam, dan sepatu converse putih yang sering dia pakai setiap ke café.

“Nggak lama kan nungguin gue?” tanya Syaza kepadaku, lau dia melirik jam tangannya, “Cuma telat 5 menit doing,” aku Cuma tersenyum menanggapinya. “Yaudah, buruan naik. Ntar telat lagi ke café-nya,” ujarku dan dia langsung menaiki motorku.

Selama dijalan kami hanya diam. Sesekali salah satu dari berdeham. Setelah itu hening lagi. Dia sepertinya sedang tidak dalam keadaan mood yang cukup baik, akupun juga enggan untuk membuka pembicaraan. Jadi aku hanya focus pada jalanan yang ada didepan.

Sampai di café, kami disambut dengan mata melotot beberapa pegawai, ada pula yang memasang tampang melongo. Aku juga sempa mendengar ada yang bergumam “tumben akur”. Hahaha aku benar-benar ingin tertawa mendengar yang satu. Apa memang aku dan Syaza sesering itu bertengkar? Ntahlah ya.

Biasanya di café tempat kami biasa nyanyi ini, kami mulai tampil pukul setengah 9. Sekarang masi jam 8 lewat, masi ada waktu beberapa menit sebelum mulai tampil. Aku melihat Syaza duduk disalah satu meja disudut café. Aku menghampirinya. Dia langsung menoleh ketika aku mendekat ke mejanya. “Kalau mau cari perkara jangan sekarang. Gue lagi nggak mood ngeladenin lo,” katanya sinis.

Aku menghela napas. Sampai sekarang nggak mengerti kenapa dia sesinis itu padaku. Mungkin dia masih kesal karena pertemuan pertama kami yang tidak baik, tapi itu kan sudah sebulan yang lalu. Setelah itu aku selalu berusaha bersikap seramah mungkin padanya. Tapi dia tetap saja seperti sekarang, dingin dan sinis.

“Gue cuma pengen nanya keadaan lo aja kok, Za. Gue nggak pernah beusaha cari perkara sama lo, lo nya aja yang selalu sensi sama gue,” Syaza Cuma diam, nggak bereaksi apapun. Baru saja aku hendak melangkah meninggalkan tempatnya, tiba-tiba dia menahan tanganku. “Gue cuma lagi badmood aja, nggak tau kenapa. Lo temenin gue duduk disini ya, gue lagi malas sendirian,” pintanya. Baru kali ini aku melihat mukanya sememelas itu. Sebenarnya tanpa dia memintapun, aku selalu bersedia menemani dia kapanpun dia inginkan.

Aku duduk disebelahnya. Kami hanya duduk dalam diam. Sesekali dia melirik jam tangannya. Aku terus memperhatikan semua gerakannya. Dia melamun, menguap, mengucek mata, sampai terkadang nyaris tertidur. Mungkin dia sangat lelah hari ini.

Jam setengah 9 kami naik ke stage. Dia tidak duduk didepan keyboard-nya. “Chanyeol, hari ini gue nyanyi aja ya. Nggak mood main keyboard. Lo ngiringin gue pake gitar aja. Pokoknya malam ini biar gue aja yang nyanyi, lo tinggal main gitar aja,” katanya. Sebenarnya aku mau menolak permintaannya itu. Bukan karena aku juga ingin nyanyi, tapi aku nggak tega melihat dia nyanyi selama satu-setengah jam tanpa berhenti. Tapi aku bisa apa? Toh ini permintaan dia, aku nggak mau nolak dan bikin moodnya makin jelek.

Setelah selesai nyanyi. Kami langsung turun stage. Syaza masih keliatan nggak bersemangat, atau lebih tepatnya makin nggak bersemangat. “Mau nyari kopi dulu nggak?” kataku menawarkan. Dia menggeleng. “Gue mau langsung pulang aja,” aku Cuma mengangguk dan langsung keluar dari café.

Sama seperti saat pergi tadi, keltika pulangpun kami hanya diam. Tiba-tiba aku merasakan tangannya melingkar dibadanku dan kepalanya ditaruhnya dipunggungku. Kebetulan lampu merah. Aku menoleh kebelakang sedikit. Ternyata dia memang tertidur. Aku tersenyum melihatnya. Sebelah tanganku memegang tanganya yang melingkari perutku. Tuhan, bisakah kau hentikan waktu sesaat agar aku bisa merasakan kebahagian ini lebih lama?

 
 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
hamidahsyalam #1
Chapter 6: Min part 7 nya jangan lamalama yaak. Hehe