Chapther 4

The Message

“Kyungsoo menanyakan masalah kecelakaan yang menimpanya kepadaku tadi siang. Apa yang harus aku katakan? Ia tampak kacau dan ketakutan dan... marah. Eomma?” Malam itu, saat Nyonya Do pulang dari bekerja dan mendapati Kyungsoo dalam keadaan tidak begitu baik tertidur di ranjangnya, Baekhyun memutuskan untuk bercerita.

Nyonya Do menegakkan kepalanya dan menatap Baekhyun sayu. “Bukankah kau tahu apa kesepakatannya. Dan pesan itu. Aku tidak mungkin mengkhianati pesan itu setelah apa yang terjadi. Ibumu, aku benar-benar merasa bersalah dengannya. Dan juga ayah dan hyungmu. Biarlah Kyungsoo seperti ini saja. Masalah itu, biar aku yang menyelesaikannya.”

“Tapi eomma, apa itu tidak akan membuat Kyungsoo tersiksa. Dia perlu tahu apa sebenarnya yang terjadi sehingga-“

“Tidak Baek.” Nyonya Do menggeleng dan meremas pelan jemari Baekhyun. “Biarlah Kyungsoo tetap seperti ini.”

Baekhyun hanya menatap kecewa Nyonya Do.

“Aku akan membersihkan meja makan ini. Kau pergilah ke kamar dan belajar.”

~~~

Hari kompetisi itu pun datang. Baekhyun sangat gembira dan kegembiraannya semakin bertambah saat akhirnya Kyungsoo memutuskan untuk ikut. EXO hanya akan tambil dengan Jongin, Luhan dan Jongdae. Dan Kyungsoo tidak lagi mempermasalahkan itu. Kemarin mereka sempat bertemu dan saling menyemangati. Namun sikap Kyungsoo masih dingin. Ia masih sedikit kecewa dengan sahabat-sahabatnya.

Pagi itu Nyonya Do memasak sarapan lebih banyak dan membuat bekal untuk mereka. Meskipun ia tidak bisa menonton anak-anaknya tampil, Nyonya Do sempat menyemangati mereka sebelum pergi dan memberikan ciuman keberuntungan yang di tolak mentah-mentah oleh Kyungsoo.

Mereka berkumpul terlebih dahulu di studio milik ayah Jongin lalu pergi bersama. Namun saat Jongin dan yang lainnya mendapati Kyungsoo tidak datang bersama Baekhyun, Jongin pun bertanya.

“Kemana Kyungsoo hyung?”

“Dia bilang ada yang tertinggal jadi dia menyuruhku dahulu dan ia akan menyusul.”

“Kalau begitu kita tunggu sebentar lagi.”

Beberapa waktu pun berlalu dan Kyungsoo masih belum datang.

“Ayo anak-anak. Kita harus berangkat jika tidak ingin terlambat. “ Ayah Jongin telah menginterupsi di balik bangku kemudi mobil.

“Hyung, bagaimana dengan Kyungsoo hyung? Apa kita menjemputnya saja ke rumahnya?”

“Kyungsoo bilang kita duluan saja dan ia akan menyusul.”

“Kenapa begitu?”

“Dia masih belum menemukan barang yang dicarinya.”

“Memangnya apa yang dia cari?”

“Sebuah gelang. Aku tidak tahu itu gelang apa tapi ia tampak benar-benar membutuhkannya.”

“Lalu bagaimana?”

“Begini saja nak, aku akan mengantarkan kalian terlebih dahulu dan kemudian aku akan menjemput Kyungsoo.” Tuan Kim pun akhirnya memberi saran.

“Baiklah.”

Dan mereka pun semua menaiki mobil menuju tempat audisi.

“Kau sudah memberi tahu bahwa aku akan menjemput Kyungsoo, Baekhyun?”

“Sudah Ahjusshi.”

~~~

Sesungguhnya bukanlah sebuah gelang yang dicari Kyungsoo ketika ia kembali kerumah. Tapi sesuatu yang lebih penting dari itu. Yaitu sebuah kebenaran.

Kyungsoo tahu bahwa ibunya tidak membawa kunci kamar ke tempat bekerja setelah mengamatinya beberapa hari ini. Dan ibunya akan menyembunyikannya di belakang pajangan foto di nakas di dekat televisi.

Maka saat ini, disinilah ia. Di dalam kamar ibunya dan tengah membuka lemari pakaian mencari beberapa lembar surat kesehatan rumah sakit tempat ia dulu dirawat ketika kecelakaan. Setelah lelah mencari ia pun menemukannya didalam lipatan baju lama ibunya.

Sepintas tidak ada yang membuat janggal Kyungsoo akan isi surat-surat itu. Bahkan ia memutuskan untuk meletakkannya kembali ke tempat semula saat sebuah amplop berwarna putih jatuh diantara berkas-berkas itu. Lalu Kyungsoo pun mengambil nya dan matanya membesar saat membaca sebuah tulisan di sana. Dengan tangan gemetar ia membuka surat itu. Ada dua lembar kertas. Kertas pertama adalah kertas berlabel rumah sakit yang ditempatinya dulu dan surat kedua berisikan tulisan tangan yang tidak terlalu rapi.

Kyungsoo terlebih dahulu membaca kertas dengan tulisan tangan tersebut. Dan tubuhnya semakin gemetar saat kata demi kata dibacanya.

Untuk Nyonya Do

Nyonya Do, saya tidak meminta banyak hal kepada anda. Hanya saja, jika saya tidak dapat bertahan, saya hanya ingin anda merawat Baekhyun seperti anak anda sendiri. Dia adalah anak yang baik dan penurut. Saya meminta maaf jika permintaan ini membebani anda. Tapi Baekhyun tidak punya siapa-siapa lagi, saya ingin dia bahagia dan mewujudkan impiannya. Hanya itu.

Lalu perihal kecelakaan itu, polisi mendatangi saya kemarin dan menanyakan kepada saya bagaimana kelanjutan untuk kasus itu. Saya mengatakan bahwa saya tidak akan menyelesaikan masalah itu di jalur hukum. Bagaimanapun juga anak anda masih dibawah umur dan dia juga dalam keadaan kritis. Meskipun polisi telah resmi menetapkannya sebagai tersangka penyebab kecelakaan itu, tapi saya memutuskan untuk tidak memenjarakannya. Saya hanya teringat Baekhyun. Bagaimana jika ia berada di posisi itu. Pasti ia akan sangat sedih dan tertekan. Maka dari itu, saya meminta anda untuk tidak mengungkit-ungkit masalah ini. Kasihan Kyungsoo. Biarlah ia menjalani hidup seperti biasa tanpa beban dan perasaan bersalah. Saya hanya kasihan melihatnya. Dan saya ikhlas dengan ini semua. Karena mungkin ini adalah takdir keluarga kami.

Dan Baekhyun, maaf jika saya kembali mengingatkan ini. Jagalah Baekhyun seperti anak anda Nyonya Do. Dan sayangilah ia seperti anda menyayangi Kyungsoo. Saya mempercayakan Baekhyun kepada anda. Saya mempercayai anda Nyonya Do.

Salam

 

Lee Jae Min

Belum cukup sampai disana, Kyungsoo kembali runtuh saat lembar kertas yang lain dibacanya. Yang mengatakan bahwa ia mendapat amnesia di kecelakaan yang dialaminya setahun lalu sehingga ia melupakan kejadian sebenarnya.

Kyungsoo roboh pada saat itu juga. Keringat dingin mengalir cukup deras di punggung dan keningnya. Entah kenapa tiba-tiba dadanya terasa sakit. Kepalanya terasa sangat pening dan lututnya goyah. Air mata ketakutan menumpuk di pelupuk matanya. Sekelebat bayangan tragedi mengenaskan masa lalu kembali muncul seperti tayangan film horor paling menakutkan.

~~~

Kyungsoo mengayuh sepedanya terlampau kencang. Bagaimanapun ia tidak boleh terlambat. Kompetisi itu tidak akan menunggunya. Dalam hati Kyungsoo mengumpat kesal kenapa pula saat di perjalanan tadi ia bertemu dengan ayahnya dan pria brengsek itu menahannya cukup lama hanya untuk meminta agar ia membujuk ibunya untuk menyerahkan rumah mereka. Jelas saja Kyungsoo tidak mau. Dan beberapa saat yang lalu, Jongin baru saja meneleponnya bahwa mereka akan tampil lima belas menit lagi. Kemudian menurut pemikiran Kyungsoo, waktu itu tidaklah cukup untuk membawanya ke tempat kompetisi jika ia berkendara seperti biasa dan mematuhi rambu lalu lintas.

Maka pada saat lampu merah pertama di persimpangan, Kyungsoo pun memutuskan untuk menerobosnya saat yakin tidak begitu banyak mobil yang melintas. Namun sepertinya, dugaan itu tidaklah sejalan dengan takdir yang diterimanya. Tiba-tiba saja sebuah mobil datang dari arah samping tanpa sempat menghindar karena kaget saat mendapati ada seorang anak dengan sepeda berada tepat di di depan mereka.

~~~

“Korban kecelakaan itu adalah keluarga Byun. Dua orang meninggal di tempat yaitu Tuan Byun dan anaknya laki-lakinya Chanyeol. Sementara 2 lainnya kritis, yaitu Nyonya Byun dan seorang anak laki-laki yang bernama Do Kyungsoo. Dan jika aku tidak salah dengar, anak laki-laki yang bernama Kyungsoo itu lah yang menjadi penyebab kecelakaannya. Dan polisi sudah menetapkannya sebagai tersangka. ”

Jongin berjalan mendekat ke arah perawat yang tengah berbincang dengan seorang petugas rumah sakit lain.

“Kabarnya, keluarga Byun hendak melihat penampilan anaknya yang mengikuti Art Championship. Dan mereka jauh-jauh dari Buchon untuk itu.”

“Waahh lalu bagaimana dengan anaknya yang satu lagi?” Petugas rumah sakit itu bertanya.

“Polisi mengatakan bahwa ia telah berada di sini sehari sebelumnya sehingga ia tidak harus mendapatkan kecelakaan itu.” Perawat itu berjalan menjauh dan Jongin tidak dapat mendengar kelanjutan cerita mereka.

Lalu perhatian Jongin kembali teralih saat melihat seorang anak laki-laki berlari tergesa-gesa mendatangi meja resepsionis dengan mata merah dan sembab.

“Dimana keluargaku? Dimana mereka?” Ucapnya hampir menangis.

“Maaf, tapi  bolehkah kami mengetahui nama anda?”

“Baekhyun. Byun Baekhyun. Dimana orangtua dan hyungku?” Baekhyun kembali menesak saat petugas di balik meja panjang itu mengecek di komputernya.

“Mereka ada di ruang UGD.”

Baru saja petugas itu menyelesaikan kalimatnya, anak laki-laki yang bernama Baekhyun itu langsung berlari menuju UGD. Dan satu hal yang membuat mata Jongin melebar seketika adalah, nomor audisi yang masih tertempel di baju hijau daunnya. Yang berarti anak laki-laki itu ada bersama dengannya di tempat kompetisi tadi. Tidak berlama-lama dengan kekagetannya, Jongin pun menyusul dan ia berlari menuju Unit Gawat Darurat.

“Pasien ini mengalami benturan yang cukup keras di kepalanya sehingga ia mengalami pendarahan hebat. Kita harus segera melakukan operasi.” Jongin mendengar Dokter itu berbicara tentang keadaan Kyungsoo.

Nyonya Do yang duduk di seberang ruangan hanya menangis dan mengurut dada mencoba menenangkan diri semampunya. Di lain sisi, Jongin melihat Baekhyun yang bersitegang dengan perawat yang memegangnya saat mendapati Ayah dan kakak laki-lakinya telah tertutup kain putih sementara ibunya dipasangi berbagai alat penopang kehidupan.

~~~

“Kyungsoo koma dan ia kehilangan ingatannya.” Itulah jawaban Nyonya Do saat Jongin dan yang lainnya bertanya ketika mereka mengunjungi Kyungsoo dirumah sakit.

“Lalu bagaimana dengan ibu anak itu, eommonim?” Luhan kemudian melanjutkan bertanya.

Nyonya Do menghembuskan napas singkat dan memandang Kyungsoo yang masih diam tak bergerak. “Ia baru saja meninggal beberapa saat yang lalu.”

Semua terdiam. Tak mampu berkata-kata ataupun sekedar bernapas terlalu keras.

“Untuk kalian, ada hal yang ingin aku sampaikan. Jika Kyungsoo sadar nanti, jangan pernah mengungkit-ungkit masalah ini kepadanya. Jangan katakan bahwa ia adalah penyebab kecelakaan yang menewaskan satu keluarga. Jangan katakan bahwa ia mengalami amnesia. Katakan saja bahwa ini adalah kecelakaan tunggal.”

“Memangnya kenapa eommonim?” Jongdae yang penasaranpun memutuskan bertanya.

“Karena itulah pesannya. Itulah pesan yang disampaikan ibu Baekhyun kepadaku.”

~~~

Jongin menutup panggilan di ponselnya dengan raut wajah cemas. “Ayahku bilang, Kyungsoo hyung tidak ada di rumahnya dan ayahku pun tidak menemukannya di sepanjang jalan.”

“Ponselnya pun tidak bisa dihubungi.” Luhan menyahut setelahnya.

“AAARGGHH Kyungsoo hyung, dimana kau?” Jongin menggeram kesal.

“Apa kita akan memberitahu Baekhyun?” Tanya Jongdae.

“Jangan dulu. Aku takut ini akan membuatnya kacau saat tampil.Ia akan tampil setelah ini.” Luhan menjawab dengan tenang sambil terus mencoba menghubungi Kyungsoo dengan ponselnya.

“Ada apa?” Tepat saat mereka selesai berbicara, Baekhyun datang dengan wajah sedikit curiga. “Bagaimana dengan Kyungsoo? Apa Ayahmu sudah membawanya kemari?”

Jongin menelan ludah cemas. “Oh itu, ayahku tidak bertemu Kyungsoo di rumahnya. Mungkin mereka berselisih jalan. Ayahku akan menyusulnya. Kau tenang saja hyung.”

Baekhyun memandangi satu persatu teman-temannya. “Baiklah, aku percaya kalian. Doakan aku tampil baik hari ini seperti penampilan kalian tadi.”

“Byun Baekhyun. Silakan ke panggung.” Seorang kru memanggil Baekhyun .

“Tentu. Semoga kau sukses Baek!”

~~~

Kyungsoo terhuyung berjalan di trotoar. Sesungguhnya, pikirannya tidak lagi waras dan jiwanya tak lagi bersamanya sementara raganya memaksa untuk melangkah menuju sebuah tujuan yang kembali merekanya menjadi sebuah film pendek masa lalu. Sebuah cuplikan yang terlupakan oleh Kyungsoo.

Sampai saat ini kesimpulan yang mampu ia bulatkan dalam hatinya adalah pertama, bahwa ia bukan mengalami kecelakaan tunggal setahun yang lalu. Kedua, kecelakaan itu melibatkannya dan sebuah mobil yang berisi satu keluarga. Ketiga ia adalah penyebab kecelakaan itu. Keempat yaitu ia tidak dapat mengingat peristiwa itu karena ia mengalami amnesia. Dan kelima bahwa Baekhyun adalah seorang anak yatim piatu dimana Kyungsoo lah yang menyebabkannya terpaksa kehilangan kedua orangtuanya.

Kyungsoo seolah ingin menjerit dan meneriaki orang-orang yang selama ini membiarkannya seperti orang bodoh yang dibodohi dengan kebodohannya sendiri. Betapa menyedihkannya Kyungsoo. Dan juga ini menyakitkan. Air mata yang jatuh dari mata bulatnya seolah menjadi sebuah jejak dimana reka adegan setahun yang lalu menuntunnya kembali berjalan ke persimpangan lampu merah itu.

Dan Kyungsoo seperti orang tuli saat ia berdiri di tengah-tengah jalan sambil tersoroti lampu-lampu mobil dan umpatan-umpatan kotor pengemudi yang meneriakinya bodoh. Sejatinya, Kyungsoo hanya ingin mengingat kembali dan memastikan peristiwa itu. Meskipun ia tidak benar-benar bisa mengingatnya dengan jelas.

Kyungsoo seperti orang hilang kala sinar-sinar silau itu melewatinya. Mengejarnya dan kembali melepaskannya seakan kejadian waktu itu bisa ia kendalikan. Tapi kata ‘sekarang’ tidak dapat ia tukar ataupun ia musnahkan karena waktu adalah hal yang paling kejam dan mutlak.

“Kyungsoo! Kyungsoo!”

Siapa pula yang memanggilnya di saat-saat seperti ini? Kyungsoo tidak memperdulikannya. Anak laki-laki itu hanya terduduk sambil memegangi kepalanya seakan memaksa untuk mengulang kejadian itu kembali terputar. Dengan air mata penyesalan yang tidak berhenti keluar.

~~~

“Bagaimana?”

“Kenapa tidak memberitahuku dari awal?”

“Kami hanya tidak ingin kau kacau saat tampil, Baek?”

“Harusnya aku tidak meninggalkannya. Harusnya aku-“ Baekhyun berhenti seketika saat Jongin memotongnya dengan tiba-tiba.

“Kyungsoo ada di persimpangan jalan saat kecelakaan setahun lalu terjadi. Minseok hyung baru saja meneleponku dan dia sekarang ada di sana. Kita harus kesana secepatnya.” Jongin kemudian kembali memainkan ponselnya. “Aku akan menelpon ayahku dan menyuruhnya untuk kesana.”

Semua pun mengangguk setuju.

~~~

Baekhyun pikir, kejadiannya sungguh sangat cepat. Cepat sekali. Mereka datang tidak jauh berbeda saat Tuan Kim menepikan mobilnya di samping trotoar. Cukup banyak orang disana namun tidak ada yang berani menghampiri Kyungsoo yang terduduk lemas. Mobil yang lalu lalang pun seakan tidak perduli seperti telah diberi tahu sebelumnya agar tidak menghiraukan seorang anak yang tengah kalut kesakitan di tengah jalan. Lalu saat Baekhyun berteriak memanggil nama Kyungsoo dan saat kepala anak laki-laki itu tegak menatap Baekhyun. Saat itulah Baekhyun mengambil langkah panjang menghampiri Kyungsoo yang dengan sudah payah mencoba berdiri dan melangkah.

Baekhyun masih ingat gerak bibir Kyungsoo yang mengucapkan kata ‘mian-he’ saat semuanya menjadi kabur di matanya.

.

.

.

Kyungsoo terkapar tepat dihadapannya dengan bersimbah darah. Masih menatapnya dengan tatapan yang seolah menyiratkan kata ‘Maafkan aku’.

~~~

“Polisi sudah mengamankan orang yang menabrak Kyungsoo. Anda tidak perlu cemas lagi Nyonya Do.” Tuan Kim berbicara begitu ia keluar dari kantor polisi dan mendapati ibu Kyungsoo berdiri di pintu masuk. “Ayo saya antar kerumah sakit. Kyungsoo pasti membutuhkan anda.” Tuan Kim kembali melanjutkan.

“Tidak usah Tuan Kim. Terima kasih sudah menolong Kyungsoo tadi. Ada hal yang harus saya selesaikan dengan orang itu. Apa yang ada dipikirannya sehingga ia tega mencelakai anaknya sendiri.” Nyonya Do berkata dengan amarah yang ditahannya. Seperti akan meledak saat ia sampai didalam nanti.

~~~

“Ku kira kau bosan bertemu denganku”

Kyungsoo dengan cepat menoleh begitu mendengar sebuah suara yang familiar di telinganya. “Chanyeol?”

“Ya, ini aku. Jangan pasang muka seperti itu. Kau bahkan mungkin pernah bertemu dengan makhluk yang lebih menyeramkan dari pada aku.”

“Tidak, maksudku- bukankah kau bilang akan pergi? Bagaimana kau bisa kembali?”

Chanyeol menggeleng. “Aku tidak kembali. Kau yang mengunjungi duniaku Kyungsoo.”

Mata Kyungsoo membulat. Ia meraba seluruh tubuhnya yang tampak transparan. “ Apa aku sudah mati?” Tanyanya takut.

Chanyeol menaikkan bahu kemudian menjatuhkannya pelan. “Hmmm bagaimana aku mengatakannya. Jika dibilang mati kau bisa dikatakan mati. Tapi jika dibilang kau hidup, kau juga masih bisa memenuhi kategorinya. Dengan kata lain, kau dalam keadaan dimana kau berada antara  hidup dan mati. Ya begitu. Menyeramkan sekali.”

Kyungsoo terdiam. Ia tampak kaget. Yang ia ingat sebelumnya hanyalah sebuah hantaman keras yang menimpanya dan ia melihat Baekhyun.

“Kyungsoo ini pilihanmu. Jika kau ingin kembali, pintu itu masih akan tebuka cukup lama. Tapi jika kau ingin menyudahi semuanya, kita akan pergi bersama.”

Suatu hal di hati Kyungsoo sebenarnya menyuruhnya untuk mengakhiri ini saja. Dengan akhir yang cukup bagus. Kematian di balas kematian. Bukankah itu impas? Namun suatu hal di dalam otaknya berbicara untuk memikirkan kerasionalan itu kembali. Selama ini ia hidup dalam lingkaran dengan judul ‘Kesempatan Kedua untuk seorang Anak yang kurang beruntung Do Kyungsoo.’ Lalu saat sebuah judul baru muncul ‘ Kesempatan ketiga yang tidak akan pernah lagi terulang untuk seorang anak laki-laki beruntung Do Kyungsoo’ seolah merayunya untuk kembali menimbang dan memperbaiki.

“Chanyeol, aku sudah mengetahui semuanya. Maaf.” Kyungsoo menyebutnya sebuah ketulusan. Suaranya pelan dan terdengar sangat menyesal.

Chanyeol hanya tersenyum. Seperti telah menduga semua ini akan terjadi. Meskipun, dengan akhir yang sedikit menyakitkan, namun sampai saat ini setidaknya semuanya hampir baik-baik saja.

“Begitukah?” Ucapnya di akhir.

“Aku sudah tahu bahwa kecelakaan itu disebabkan olehku. Aku sudah tahu bahwa aku ditetapkan sebagai tersangka tapi ibumu memaafkanku. Aku sudah tahu bahwa hari itu hari dimana kau dengan orangtuamu datang ke Seoul untuk melihat Baekhyun mengikuti audisi kompetisi itu. Dan aku sudah tahu apa keinginan Baekhyun yang belum terwujud itu sehingga membuatmu terperangkap di alam manusia. Aku sudah tahu semuanya. Mian-he.”

Kembali, Chanyeol hanya tersenyum. Dan Kyungsoo berpikir hal apa yang membuat Chanyeol berubah pendiam seperti ini. Apakah ia tidak senang dengan takdir yang dipilih Kyungsoo. Apakah ia sedang memikirkan cara agar Kyungsoo meyakinkan diri untuk kembali. Karena kesempatan ketiga benar-benar adalah sebuah keajaiban.

“Kembali lah. Kau pantas untuk itu. Perbaiki segalanya dan jadilah anak yang lebih baik.”

“ Bagaimana jika aku ingin pergi bersamamu? Tidak ada alasan lagi bagiku untuk hidup. Semuanya sudah selesai.”

“Hidupmu tidak akan tenang jika mendengarku terus mengoceh?”

“Kau tidak berisik lagi.”

“Bagaimana kalau mulai saat ini aku kembali mejadi orang yang berisik.”

“Tidak apa-apa. Kare-“

“Ayo kita beli es krim.”

“Park Chanyeol! Kau bahkan tidak bisa mengendus aromanya bagaimana mungkin kau-“

“Maka dari itu kembali lah. Belikan Baekhyun es krim maka kau berarti membelikan untukku juga.”

Kyungsoo terdiam menatap Chanyeol.

“Kembalilah. Tuhan belum ingin melihat wajahmu yang penuh luka itu. Aaa- dan jika Baekhyun bertanya tentangku, katakan aku selalu memperhatikannya dari atas sini.”

Kyungsoo tak sempat menjawab bahkan sekedar mengucapkan kata terimakasih kepada Chanyeol saat sekelilingnya menjadi putih dan sesak. Dan Chanyeol menghilang. Hanya dia sendiri di ruang hampa itu. Ia takut.

~~~

Kepala Baekhyun terangkat begitu telinganya menangkap suara bip tanpa henti dari layar detektor milik Kyungsoo. Segera setelah itu, seorang dokter masuk dengan seorang perawat yang membawa alat pacu jantung. Dengan panik ia menekan-nekan dada Kyungsoo berusaha mengembalikan bunyi bip itu kembali diam. Namun tampaknya kebisingan itu masih akan terus berlanjut sampai alat pacu jantung pun akhirnya bertindak. Baekhyun bergetar di belakang. Sudah percobaan ketiga saat bunyi bip masih memekakkan telinganya. Lalu pada saat percobaan keempat, disitu Baekhyun merasa sistem motoriknya lumpuh mengacaukan semua sistem koordinasi tubuhnya. Satu helaan kuat napas Kyungsoo dibalik alat bantu pernapasan itu mengantarkan Baekhyun pada dua kata yang selama ini jarang digunakannya.

Air mata.

 

 

-     FIN -

 

 

Bagaimana?

Tamat? atau mau ada sequel?

Huaaaaa aku sedih sih sebenernya bikin ending kaya gini. Ga tega. Cumaaann..... ya gitu deh

Gini aja, kalau banyak yang minta sequel aku bakal bikin sequel. Tapi kalau dikitan dan kalian puas dengan akhir yang -ehem- gantung? So, sampai disini saja.

Sebelumnya makasih ya udah mau baca ff aku dan nungguinnya.

Komentar kalian adalah penyemangat.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
haninur32 #1
Chapter 4: Sequel nya ditunggu yaa :) ceritanya baguss. Menyentuh.
kyungsoosaid #2
Chapter 4: SEQUEL PLEASEEEEE!

suka banget ma komunikasi chansoo yg ringan, suka banget ma baeksoo yg uhh brother banget! terharu, walaupun ibu kyungsoo kaya cuek tapi sebenarnya dia itu sok tegar,,, drama banget, angst lah. 10 tumbs for author
xiaodeer
#3
Chapter 4: AAAAHHH BAGOEESSS T A T mau sequelnyaa:<
ubayega #4
Chapter 2: Sumpahh ini ff amazing banget, sampe2 pagi2 udah banjir airmata, scene yang pas kyungsoo digebukin ayahnya sama nyonya do yang mabuk bener2 nyentuh hati banget sumppahhh :-( lanjut yaa authorr
kyungsoosaid #5
Chapter 3: author harus lanjut semua ff author! ide ide yg dituangkan bukan ide sembarangan yg umum, bahasa yang tertata, alur yang pas, yang sangat rugi jika ff sebaik ini hanya author yg tahu -simpan sendiri- keep writing thor, :)
kyungsoosaid #6
Chapter 2: ini benar benar mengharukan. jam satu malam, tapi aku masih menangis membaca ff kakak, aku fans kyungsoo dan ini ff terbaik tentangnya. otsondor juga. aku baru buat akun, maaf ini komentar pertamaku. aku harap author melanjutkannya segera :-D <3 :-)