Chapter 1

The Message

Kyungsoo berdiri di depan sebuah rumah dengan atap rendah dan halaman depan yang terlalu sempit. Pagar bambu yang sudah lapuk, tiga pohon kaktus yang tidak terurus dan kesunyian yang tiba-tiba menyergapnya membuat Kyungsoo berpikiran untuk kembali pulang. Namun kalau bukan karena teringat pesan ibunya untuk menjemput seseorang yang berada di dalam rumah dihadapannya, membuat Kyungsoo akhirnya melangkahkan kaki maju setelah sebelumnya menghela napas dalam. Entah kenapa ia sedikit gugup.

Lantai kayu yang berbunyi saat ia menginjaknya membuat gigi Kyungsoo ngilu. Sesaat begitu ia hendak mengetuk pintu tiba-tiba seseorang terlebih dahulu membukanya. Tangan Kyungsoo menggantung di udara.

Seorang anak laki-laki sebayanya muncul dan sama-sama terpaku seperti Kyungsoo. Tingginya sama dengan Kyungsoo dan matanya sedikit menyipit dengan rambut coklat gelap yang terlihat lembut.

“Eoh, Hai” Kyungsoo yang pertama menyapa. Agak canggung memang. Ia menaikkan kaca mata harry potter yang digunakannya dengan telunjuknya. “Namaku Do Kyungsoo. Ibu menyuruhku untuk menjemputmu dan tinggal bersama kami di Seoul.”

Anak laki-laki itu tampak masih mematut dan memahami sosok di hadapannya. Sampai pada akhirnya ia berujar yang sedikit membuat hati Kyungsoo lega. “Masuklah, aku masih harus membereskan beberapa barang.”

Kyungsoo mengangguk canggung dan melepas sepatunya dan hanya meninggalkan sepasang kaos kaki pororo berwarna biru cerah di kakinya. Lantai kayu rumah itu terasa dingin di kakinya meskipun ini musim panas. Dan rasa kehilangan begitu jelas menusuk-nusuk tulang punggung Kyungsoo. Berpikir akan cerita ibunya sebelum Kyungsoo berangkat ke sini, bahwa anak laki-laki itu baru saja kehilangan seluruh anggota keluarganya membuat Kyungsoo kesulitan untuk memulai percakapan.

“Duduklah, aku tidak akan lama berkemas.” Anak itu datang dengan membawa segelas air putih dan meletakannya di meja.

“T-terimakasih.” Kyungsoo masih tidak nyaman. Meskipun menurutnya anak itu telah menerimanya dengan baik dan wajar, namun ada suatu hal yang mengganggu Kyungsoo. Sebenarnya ia tidak setuju dengan keputusan ibunya untuk mengajak anak itu masuk kedalam keluarga kecilnya.

Ibunya mengatakan bahwa ia adalah saudara jauh mereka. Tapi seingat Kyungsoo mereka tidak punya saudara yang tinggal di Bucheon. Namun Kyungsoo tidak bisa menyangkal perkataan ibunya karena mempertimbangkan ingatannya yang memang sedikit lemah. Mungkin saja Kyungsoo melupakannya. Mungkin saja Kyungsoo pernah bertemu sebelumnya namun Kyungsoo tidak lagi mengingatnya. Ya, bisa saja.

“Wuaa akhirnya aku bisa melihatmu dengan jelas.”

Sebuah suara berat menusuk telinga Kyungsoo saat ia sedang memandangi foto keluarga anak laki-laki itu. Dan ia sangat yakin bukanlah anak yang sebaya dengannya itulah sang pemiliknya karena anak itu sekarang sedang berada di kamarnya membereskan barang-barang.

“Perlakukanlah adikku dengan baik. Kau paham Do Kyungsoo.”

Suara itu kembali mengusiknya. Namun Kyungsoo bertingkah seolah tidak mendengarnya dan kembali mengamati foto tiga orang yang telah meninggal itu. Kedua orang tuanya yang tersenyum senang dan seorang laki-laki tinggi yang duduk dengan senyum lebih bahagia memperlihatkan gigi putihnya.

“Kenapa kau terus melihat foto keluarga kami? Apakah aku terlalu tampan di sana?”

Kali ini Kyungsoo tidak dapat menutupi sandiwaranya karena tiba-tiba saja sesosok anak laki-laki dengan tinggi jauh di atasnya tiba-tiba muncul tepat disampingnya. Kyungsoo hampir saja terbatuk kalau ia tidak pandai menahannya. Sosok itu tidak menyentuh tanah dan Kyungsoo dapat mengira sosok itu adalah seseorang dengan sederet gigi putih yang berada di figura photo.

“Aku sudah selesai.” Anak laki laki itu mengagetkannya dan membuat Kyungsoo beralih pandang. Tidak banyak yang dibawanya, hanya sebuah ransel di punggungnya dan sebuah tas jinjing yang tidak terlalu besar.

“Bisakah kita pergi sekarang?” Kyungsoo bertanya, ia akhirnya bisa melihat sosok itu dengan jelas. Kini melayang di belakang  sang anak laki-lakai. Namun Kyungsoo masih mempertahankan kebungkamannya bahwa ia bisa melihat sosok itu.

Anak itu mengangguk. Namun begitu ia hendak mengunci pintu, ia kembali kedalam rumah. “Tunggu sebentar, aku melupakan sesuatu.”

Kyungsoo dapat melihat anak itu mengambil figura foto yang tadi ia pandangi. Pastilah itu sangat berharga baginya. Saat yakin bahwa tidak ada lagi yang tertinggal, mereka pun akhirnya pergi. Namun satu hal yang membuat Kyungsoo risih adalah, kenapa hantu itu terus mengikutinya dan tidak berhenti mengoceh dari tadi.

Tidak bisakah kau menjauh dariku dasar hantu cerewet. Kyungsoo mengumpat dalam hati.

“Umm hai, maaf  jika ini menyinggung perasaanmu, tapi bolehkah aku tahu namamu? Bukan apa-apa, hanya- tadi sebenarnya ibuku sudah mengatakannya, tapi karena ingatanku tidak begitu bagus akhir-akhir ini maka aku melupakannya.”

“Baekhyun, namaku Byun Baekhyun.”

“Oh, baiklah Baekhyun.”

~~~

Memandang ibunya dengan tatapan sinis itu tidak akan mengubah keputusan. Kyungsoo harus tetap tidur dengan Baekhyun malam ini. Meskipun Baekhyun mengatakan ia akan tidur di ruang tengah, tapi Ibunya tidak cukup tega membiarkan itu terjadi.

“Oh ayolah!” Kyungsoo memutar bola matanya. “Aku sudah menggantikan ibu menjemputnya tadi siang. Dan sekarang biarkanlah aku sedikit tenang. Aku tidak mau Baekhyun tidur bersamaku.” Anak itu kembali mengeluh.

“Hanya malam ini kau tidak bisa bersabar untuk itu? Kau egois sekali Kyungsoo-ya. Besok pamanmu akan mengantarkan tempat tidur baru. Jadi bertahanlah hanya untuk semalam.”

Kyungsoo hanya mendesah kesal kemudian masuk ke kamarnya dan kamar Baekhyun mulai dari sekarang.

“Aku akan tidur di bawah jika kau keberatan.” Baekhyun berujar kepada Kyungsoo yang sedang asik dengan komputernya.

“Sudahlah, ibu akan menghajarku kalau tahu kau tidur di lantai. Tapi ingat, jangan lakukan apapun dan menyentuhku karena aku bukan gay, kau paham?” Tiba-tiba saja Kyungsoo menatap Baekhyun serius.

Baekhyun hanya mampu mambalas dengan tatapan melongo. “Mwoya? Aku bahkan tidak tertarik dengan tubuhmu yang pendek itu.” Anak laki-laki itu mengoceh pelan.

“Apa? Kau bilang aku pendek? Kau kira aku tidak mendengarmu? Ya! Kau pikir kau punya tubuh yang bagus? Sudah baik kami menerimamu disini Byun Baek!” Kyungsoo kini sudah sukses mengunci Baekhyun dengan gerakan jujitsu andalannya.

“Ya! Lepaskan Kyungsoo-ya. Kau membuatku tercekik.”

~~~

Bermalam di tempat asing dan begitu jauh dari rumahnya membuat Baekhyun tidak bisa tidur. Kegelisahan terus saja mengusiknya, entah kenapa. Disampingnya, Baekhyun dapat melihat Kyungsoo tidur dengan lelapnya. Sesaat ia pandangi wajah Kyungsoo yang damai itu. Sungguh ia tidak mempunyai rasa apa-apa, hanya saja ia sedang mematut dan meyakinkan hatinya akan anak laki-laki sebayanya itu. Dan tetap menjaga pesan terakhir ibunya.

Ada bekas seperti garis di dekat alis Kyungsoo, tampak seperti bekas luka. Meskipun ia tampak tidur dengan damai namun Baekhyun melihat napas Kyungsoo beradu tidak teratur.

Baekhyun masih belum bisa tidur bahkan sampai ia mengubah posisinya. Membelakangi Kyungsoo. Namun sesaat kemudian, begitu ia baru saja meletakkan ponsel sekedar memeriksa jam di dekat bantalnya, Baekhyun mendengar Kyungsoo bergerak tidak nyaman di sebelahnya. Napasnya terdengar lebih keras dan anak laki-laki itu terbatuk.

Saat itu Baekhyun hendak berpikir untuk membalikkan badannya dan melihat apa yang terjadi pada Kyungsoo, namun ia menggurungkan niatnya saat ia pikir Kyungsoo akan marah kepadanya. Dan lagi pula jika Kyungsoo benar-benar membutuhkan bantuannya, pastilah anak itu akan membangunkannya.

Dengan pendengarannya Baekhyun hanya bisa menyimpulkan bahwa Kyungsoo saat ini telah duduk di ranjangya, masih dengan deru napas yang semakin keras. Menciut-ciut. Lalu beberapa saat kemudian, anak itu bangkit dan keluar kamar. Baekhyun masih bisa mendengar Kyungsoo berjalan ke arah dapur dan menuangkan air kedalam gelas.

Kemudian Baekhyun hanya mengangkat bahu, mungkin dia hanya mimpi buruk. Lalu Baekhyun mencoba kembali memejamkan mata.

~~~

Mereka kembali bertatap muka saat sarapan pagi itu. Kyungsoo sedang melahap nasi di mangkuknya dan Baekhyun baru saja selesai mandi. Kyungsoo sudah tampak rapi dengan seragam sekolah yang dipakainya dan tas yang tersangkut di sandaran kursi.

“Kemana ibumu?” Baekhyun membuka percakapan pagi itu saat menyadari Nyonya Do tidak ada di rumah.

Kyungsoo menelan nasi yang memenuhi mulutnya dengan cepat. “Ibu berangkat pagi hari ini. Bosnya mengamuk karena perusahaan mereka mendapat masalah.” Ujarnya kemudian meminum air.

Baekhyun hanya mengangguk kemudian mengisi mangkuknya dengan nasi.

“Aku harus berangkat sekarang.” Kyungsoo bangkit dan menyandang tasnya. “Aaaa ibu bilang kau diminta untuk mengisi beberapa data untuk kepindahan sekolahmu. Filenya ada di atas meja belajarku. Hufftt, haruskah aku satu sekolah juga denganmu Baek?” Ujar Kyungsoo kesal yang masih belum bisa menerima keberadaan Baekhyun.”Aku pergi!” Dan Kyungsoo menutup pintu rumah sederhana mereka.

“Haruskah kau berkata seperti itu kepada adikku? Tak tahukah kau itu menyakiti perasaannya?”

Sosok itu kembali mengagetkan Kyungsoo begitu ia baru saja menutup pintu. Hampir saja ia melompat kaget kalau ia belum terbisa mengalami hal-hal seperti ini sebelumnya.

“Tapi, terimakasih  ya, kau perlahan mulai menerima Baekhyun.”  Sosok itu kembali mengoceh, kini ia melayang-layang di hadapan Kyungsoo. Kyungsoo hanya berdecak pelan. ‘Siapa bilang aku menerima Baekhyun’, ia mengumpat dalam hati.

Sosok laki-laki itu terus saja mengikuti Kyungsoo sampai ke sekolahnya dan tak berhenti mengoceh.

“Kyungsoo-ya, Kyungsoo-ya sepulang sekolah nanti, ayo kita beli eskrim. Dan belikan juga untuk baekhyun. Dia suka rasa coklat. Bagaimana Kyungsoo-ya? Kau harus membelinya. Hari ini sangat panas.”

Lagi-lagi tak ada respon dari Kyungsoo dan anak laki-laki itu masih bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa.

“Aiisshh kau bodoh, mana bisa dia mendengamu?” Sosok itu mengumpat sambil memukul kepalanya sendiri. “Tapi tidak ada salahnya aku mencoba”   Nada bicaranya kembali terdengar riang.

“Kyungsoo-ya, bisakah kau mendengarku?”

“Kyungsoo-ya, apa kau tidak punya teman di sekolah ini? Kenapa dari tadi tidak ada yang kau sapa?”

“Kyungsoo-ya! Kyungsoo-ya! Kyungsoo-ya!”

“AIIISSHH TIDAK BISAKAH KAU DIAM!”

Pertahanan Kyungsoo akhirnya runtuh. Ia berteriak keras kepada udara dihadapannya. Anak-anak yang berada di koridor lantai 2 hanya memandanginya heran sambil berpikiran dia adalah orang gila karena berbicara sendiri.

“Eoh? Kau-kau bisa mendengarku?” Sosok itu tampak terkejut. “Kau bisa melihatku juga?”

~~~

“Wuuaaaa daebak! Aku tidak pernah menyangka kalau kau bisa melihatku? Aku bahkan tidak begitu berharap sebenarnya kau bisa melihatku. Pada awalnya aku hanya berniat mengawasi Baekhyun, tapi ternyata disni aku menemukanmu yang bisa melihatku. Dan aku sungguh senang sekali. Aku tidak merasa kesepian lagi. Aku bisa mengajakmu mengobrol.”

Sosok itu bahkan tak berhenti mengoceh saat Kyungsoo sudah dalam berjalan pulang dari sekolah.

“Kau berisik, kau tahu itu?” Kyungsoo membalas.

“Oh iyakah? Menurutku aku tidak berisik, hanya saja terlalu ramah jadi aku banyak bicara.” Sosok itu kini kembali melayang-layang dihadapan Kyungsoo. “Oh, sebentar, berhubung ini adalah interaksi pertama kita, jadi aku akan memperkenalkan diri. Namaku Chanyeol kakak Baekhyun.” Ia tersenyum sambil mengulurkan tangannya kepada Kyungsoo dihadapannya yang masih melangkah tanpa tertarik sedikitpun. Ia sudah cukup berpengalaman akan tabiat hantu-hantu yang ditemuinya. Mereka akan berlagak baik untuk mendapatkan sesuatu yang belum terwujud dimasa hidupnya. Dan hal itu membuat Kyungsoo terjerumus masuk untuk mengurusnya juga jika ingin hidupnya kembali tetram.

“Kau pikir aku bisa menjabat tanganmu?” Kyungsoo berkata sinis.

Chanyeol langsung mengubah raut wajahnya sedih. Dan menurunkan tangannya. “Aku tahu, aku bukanlah manusia lagi sepertimu. Tapi setidaknya kau jangan berkata seperti itu. Kau menyakiti hatiku Kyungsoo.”

Kyungsoo menghembuskan napas kuat. “Baiklah-baiklah, maafkan aku.”

“Tidak masalah” Chanyeol kembali menyunggingkan senyumnya dengan sederet gigi putihnya itu. Seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Aneh. Batin Kyungsoo.

“Kyungsoo-ya, Kyungsoo-ya. Ayo beli es krim.” Chanyeol kembali memulai tingkah menyebalkannya begitu mereka melewati sebuah minimarket. “Apakah kau tidak merasa haus? Hari ini sangat panas. Dan jangan lupa belikan juga untuk Bekhyun, dia kelaparan di rumah. Kyungsoo-ya-Kyungsoo-ya.”

Kyungsoo menghentakkan kakinya sedikit keras. “Ya! Chanyeol! Berhentilah bersikap seolah kau seperti manusia. Kau bukan seperti itu lagi. Kau seharusnya tidak ada disini lagi.”

“Eoh? Kau marah?”

“Iya, kau terlalu berisik dan itu menggangguku. Selama aku bertemu dengan hantu belum pernah ada yang menyebalkan sepertimu. Kau tahu.”

“Maafkan aku.”

Kyungsoo menghentikan langkahnya. Ia berbalik menghadap Chanyeol yang berada di samping yang sejatinya hanyalah udara kosong yang ditatapnya. Dan Kyungsoo tidak memperdulikan pandangan orang kepadanya.

Anak laki-laki itu kembali menghembuskan napas kuat, dan meatap Chanyeol serius. “Begini saja, apa keinginanmu yang masih belum terwujud? Maka aku akan membantu mewujudkannya. Kau tahu, hantu yang gentayangan sepertimu ini pastilah punya sebuah hal yang belum terselesaikan di dunia sebelum kau mati, jadi kau tidak bisa pergi ke alammu dengan tenang. Maaka dari itu, aku bersedia membantumu, asalkan saat masalahmu itu selesai kau tidak lagi menggangguku. Bagaimana?”

Chanyeol tampak berpikir. Sesaat kemudian ia pun berujar. “Seingatku tidak ada hal yang belum terselesaikan sebelum aku mati.”

“Lalu kenapa kau masih bergentayangan seperti ini dan mengganggu hidupku?” Chanyeol hanya menggeleng. “Arrgh sudahlah.” Kyungsoo pun dengan kesal melanjutkan langkahnya.

“Aku hanya merindukan Baaekhyun. Aku hanya belum puas hidup bersama Baekhyun. Aku hanya ingin melihat Baekhyun bahagia. Aku hanya- hanya ingin melihat impiannya terwujud”  Chanyeol kemudian kembali berciloteh sambil mengambang mengiringi langkah Kyungsoo.

Dan saat itu, Kyungsoo kembali menghentikan langkahnya untuk yang kedua kali. “Baiklah, jadi itulah masalahmu, kau ingin melihat Baekhyun mewujudkan impiannya. Kalau begitu aku akan membantumu, tapi setelah itu kau berjanji harus pergi  dan membiarkanku menjalani hidup dengan tenang.”

“Baiklah, baiklah.” Chanyeol menjawab dengan kesal. “Padahal aku masih betah berlama disini.”  Gumamnya pelan.

~~~

 

 

Siang itu Baekhyun baru saja mengangkat jemuran dari luar saat Kyungsoo datang dan melemparkan sesuatu kepadanya. “Seragam barumu.” Anak itu pun langsung menghambur ke ranjangnya. “Songsaengnim bilang kau sudah boleh masuk mulai besok.”

“Benarkah? Gomawo.” Senyum mengembang di pipi Baekhyun dan ia pun langsung membuka seragamnya yang masih terbungkus rapi di dalam plastik.

“Ya Baekhyun-ah!” Sessat kemudian Kyungsoo bangkit dari tidurnya. “Apa kau punya suatu hal yang belum terwujud sebelum keluargamu meninggal?”

Hening cukup lama dan Baekhyun tampak terpaku di tempatnya. Sedikit muncul rasa sesal di hati Kyungsoo karena merasa Baekhyun tersinggung dengan apa yang baru saja di ucapkannya. Namun cepat atau lambat ia tetap harus menanyakan hal ini.

“Tidak, aku rasa tidak ada. Kenapa?” Baekhyun balik bertanya sambil memasukkan seragamnya kedalam lemari.

“Apa kau yakin? Kau tidak melupakannya?”

“Tidak.” Baekhyun menggeleng. “Kenapa tiba-tiba kau menanyakan hal itu?”

“Tidak, tidak ada apa-apa.” Kali ini Kyungsoo lah yang menggelengkan kepalanya. “Aku mengantuk, aku ingin tidur siang. Kau jangan mengangguku kau paham?”

~~~

“Kau berbohong kepadaku?”

“Eoh? Berbohong tentang apa?”

Kyungsoo berdecak kesal. “Tentang apa lagi kalau bukan tentang keinginan adikmu yang belum terwujud itu.”

“Aku tidak pernah berbohong. Untuk apa aku berbohong.”

“Lalu kenapa saat kutanyakan kepadanya dia mengatakan bahwa tidak ada impiannya yang belum terwujud? Apa kau hanya mengarang-ngarang cerita agar tinggal lebih lama disini?”

“Benarkah? Baekhyun bilang dia tidak punya impian yang belum terwujud? Waaahh apa yang salah dengannya? Apa dia melupakannya?”

“Mana aku tahu.”

“Begitukah? Padahal aku masih ingat betul impiannya itu kenapa dia sampai melupakannnya?”

Mata Kyungsoo langsung membulat begitu Chanyeol mengucapkan perkataan terakhirnya. “Kau tahu apa impiannya? Kenapa tidak kau beritahu saja aku dari awal. Kau benar-benar bodoh Chanyeol!” Kyungsoo meringis kesal. Jika seandainya ia bisa menyentuh Chanyeol pasti ia sudah membuat Chanyeol mengaduh kesakitan. “ Jadi apa keinginannya itu?”

Chanyeol memandang Kyungsoo serius. “Tidak akan kuberitahu.”

“Ya! Park Chanyeol kau- argghh”

Namun tiba-tiba pintu kamar terbuka. “Kau berbicara dengan siapa?” Baekhyun muncul dibaliknya dan memadang Kyungsoo heran.

“Hah? Tidak, aku tidak bicara dengan siapa-siapa. Kau hanya salah dengar Baekhyun-ah.”

“Tidak, sungguh aku mendengarnya dengan jelas. Dan kau berteriak memanggil nama kakakku. Park Chanyeol? Seingatku aku tidak pernah memberitahumu namanya. Bagaimana kau bisa tahu?”

“Hah?” Kyungsoo membeku di tempat tidur. Ia menggigit bibirnya gugup. Kebiasaan buruknya. Mencari-cari alasan yang pantas dan masuk akal untuk menjawab pertanyaan Baekhyun agar ia tidak curiga. Sebenarnya, hal ini bukanlah apa-apa, hanya saja Kyungsoo tidak ingin orang tahu tentang keistimewaannya ini.

“Kyungsoo?” Baekhyun kembali mengangetkannya.

“Hah? Itu-aku- maksudku ibuku yang memberitahu. Ya sewaktu itu aku bertanya tentang siapa laki-laki yang duduk di sebelahmudi foto itu dan ibuku mengatakan dia adalah kakakmu Park Chanyeol.”

Baekhyun mengerutkan keningnya. “Lalu kenapa kau berteriak memanggil namanya?”

“Eoh? Be-benarkah? Aku rasa aku bermimpi.” Kyungsoo berusaha tersenyum disaat Baekhyun melayangkan tatapan curiga kepadanya.

~~~

“Ya! Kyungsoo Hyung” Pagi itu Jongin memanggilnya saat mereka baru saja memasuki gerbang sekolah. Jongin berlari dan menepuk pundak Kyungsoo. “Eoh? Siapa-“

“Sepupuku” Kyungsoo langsung memotong perkataan Jongin begitu ia memandang seseorang yang berada di samping Kyungsoo dengan heran.

“Aaah, Jongin, namaku Kim Jongin”

“Baekhyun.” Baekhyun menjawab singkat sambil tersenyum ramah.

“Ya hyung kau punya sepupu? Bukankah ibumu anak tunggal? Atau Baekhyun dari keluarga ayahmu?”

Kyungsoo mengangkat bahunya. “Entahlah, aku pun tak tahu jika aku punya sepupu.”

“Tapi, rasanya aku tidak asing denganmu? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” Jongin tampak serius memperhatikan wajah Baekhyun.

Seketika, ekspresi Baekhyun sedikit berubah “Hah? Benarkah?”

Jongin mengangguk singkat. “Lupakan lah, itu bukan masalah penting. Aku harus segera masuk kelas. Tugasku masih belum selesai. Sampai jumpa nanti hyung.” Dan Jongin pun berlalu.

Tiba-tiba Kyungsoo memandang Baekhyun dengan cermat.

“Mwoya?” Baekhyun yang merasa risih dipandangi pun protes.

“Benarkah itu?”

“Mwo?”

“Jongin pernah bertemu denganmu sebelumnya?”

Baekhyun kembali tampak tidak nyaman. “Entahlah, aku tidak tahu.”

 

TBC

JJAANGGG!! Chapter 1 done

O ya, aku cuma mau bilang kalau ada beberapa karakter atau part yang menurut kalian terasa mirip dengan beberapa ff lain, jujur itu hanya untuk membuat ceritanya lebih bagus. Lagi pula aku juga banyak terinspirasi dari ff yang aku baca jadi kemungkinan jalan cerita atau sekedar sifat tokonya juga sedikit mirip. Maaf ya :(

Tapi... makasih udah baca, tetap tungguin chap selanjutnya ya :)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
haninur32 #1
Chapter 4: Sequel nya ditunggu yaa :) ceritanya baguss. Menyentuh.
kyungsoosaid #2
Chapter 4: SEQUEL PLEASEEEEE!

suka banget ma komunikasi chansoo yg ringan, suka banget ma baeksoo yg uhh brother banget! terharu, walaupun ibu kyungsoo kaya cuek tapi sebenarnya dia itu sok tegar,,, drama banget, angst lah. 10 tumbs for author
xiaodeer
#3
Chapter 4: AAAAHHH BAGOEESSS T A T mau sequelnyaa:<
ubayega #4
Chapter 2: Sumpahh ini ff amazing banget, sampe2 pagi2 udah banjir airmata, scene yang pas kyungsoo digebukin ayahnya sama nyonya do yang mabuk bener2 nyentuh hati banget sumppahhh :-( lanjut yaa authorr
kyungsoosaid #5
Chapter 3: author harus lanjut semua ff author! ide ide yg dituangkan bukan ide sembarangan yg umum, bahasa yang tertata, alur yang pas, yang sangat rugi jika ff sebaik ini hanya author yg tahu -simpan sendiri- keep writing thor, :)
kyungsoosaid #6
Chapter 2: ini benar benar mengharukan. jam satu malam, tapi aku masih menangis membaca ff kakak, aku fans kyungsoo dan ini ff terbaik tentangnya. otsondor juga. aku baru buat akun, maaf ini komentar pertamaku. aku harap author melanjutkannya segera :-D <3 :-)