Hyung..

That's okay, I'm your brother.

“Minseookk!!”

 

“Astaga.. awas!” Sehun berlari kecil menggapai tangan Minseok yang mungil. Anak itu hampir saja tertabrak. Sehun yang sedang mengawasinya cemas setengah mati, Minseok benar-benar mengujinya sekarang. “Kau ini.. jangan berlari begitu, paham?” Minseok hanya tertawa kecil. Sehun yang melihatnya, menggelengkan kepalanya melihat tingkah lucu Minseok dan mengangguk setelah mendengar permintaan maaf dari Minseok.

 

‘Kau mendidiknya dengan baik Suho hyung. Minseok benar-benar anak yang pintar. Semoga dia tidak menjadi anak yang pembantah, semoga tidak seperti aku mungkin.’ Sehun tertunduk, malu dengan pengakuan yang ia buat sendiri di dalam benaknya.

 

“Kalian kenapa?” tiba-tiba suara seseorang menginterupsi mereka. “Minseok kenapa?” tanyanya lagi. Sehun sebelumnya kaget kedatangan tamu, tapi langsung tersenyum melihat orang tersebut. “Ahh.. noona, Minseok tidak apa-apa. Hanya saja.. dia hampir tertabrak sepeda tadi. Aku tidak melihatnya berlari ke jalan tempat anak-anak itu bersepeda” Sehun berujar dengan senyum menyesalnya sambil menunjuk ke arah beberapa anak yang naik sepeda.

 

Jihyun melihat anak-anak itu sejenak. Kemudian perhatiannya kembali ia tujukan pada Minseok. “Kau senang jalan-jalan ke sini Minseok?” Jihyun menunduk dan mengusap pipi Minseok dengan lembut. Minseok mengangguk dan menjawab pertanyaan ibunya dengan jawaban ‘iya’ yang manis. Jihyun tersenyum melihat anaknya. Jihyun menegapkan kembali badannya dan menatap Sehun. “Bukannya Luhan ikut bersama kalian?”

 

Sehun mengangguk. “Ya, Luhan hyung ke bakery sebelah sana.” Jawabnya, kini menunjuk ke arah toko roti di pinggir jalan. Jihyun menoleh melihat toko roti yang ditunjuk Sehun, lalu menarik tangan Sehun untuk mencari kursi taman yang sepi. Sehun yang tiba-tiba ditarik menjadi bingung dan spontan menggendong Minseok. “Kita mau kemana noona?” Sehun melihat bingung melihat tingkah aneh Jihyun. ‘Kenapa tiba-tiba menarikku? Apa noona dikejar penjahat?’

 

Sehun masih mengerutkan keningnya setelah sampai di tempat yang menurut Jihyun aman. “Ada yang ingin noona bicarakan Sehun. Dengarkan noona baik-baik, mengerti?” Jihyun memulai percakapannya. Sehun diam sejenak kemudian mengangguk setuju. Jihyun menerima anggukan dari Sehun sebagai tanda untuk melanjutkan ucapannya. “Aku akan ke Busan.” Jihyun diam sejenak, menunggu respon dari Sehun.

 

“Untuk apa? Apa.. kau ke Busan untuk menemui seseorang bersama Suho hyung? Minseok juga ikut?” Sehun melemparkan beberapa pertanyaan sekaligus dan melihat Minseok yang duduk di pangkuannya memainkan gambar baju Sehun yang lucu. Mendengar nama Minseok disebut, Jihyun langsung melihat Minseok. Begitupun Minseok, ia mendongakkan kepalanya menatap Sehun dan bertanya ‘aku?’. Sehun tersenyum dan mengelus kepala Minseok. “Tidak. Noona akan pergi sendiri.”

 

Sehun kembali menatapnya dengan garis keningnya yang mulai terlihat lagi. “Sendiri? Ahh.. pekerjaan? Suho hyung atau Luhan hyung bisa mengantarmu. Aku juga bisa mengantarmu. Kapan kau mau pergi noona?” Sehun memberinya senyuman, menawarkan diri untuk mengantar Jihyun. “Suho oppa pasti sibuk. Kau dan Luhan cukup disini saja menemani Minseok, oke?” Jihyun berucap lagi dan ikut mengelus kepala Minseok.

 

“Kau pergi bersama siapa? Bahaya kalau kau kesana sendiri noona. Apalagi kau hamil.” Sehun kembali mengingatkan Jihyun. Jihyun hanya tersenyum singkat sebelum merespon Sehun. “Temanku akan menemaniku kesana Sehun. Sebenarnya tujuanku kesana bukan karena pekerjaan.” Jihyun mengalihkan pandangannya. Sehun hanya diam dan menunggu penjelasan Jihyun. Mereka terdiam beberapa detik sebelum Jihyun membuka mulutnya lagi. “Kau pernah mendengar ceritaku kan?” dan Jihyun menutup mulutnya sekali lagi, tidak berniat menjelaskan maksudnya dengan cepat.

 

Sehun masih bungkam menunggu lanjutan dari kalimat Jihyun. “Aku kesana untuk menemui temanku. Dia orang yang selalu memeriksa keadaan kakekku Sehun. Kurasa aku juga akan memeriksa kondisiku. Setidaknya dia memberiku biaya gratis.” Jihyun berujar dengan senyum lebar, bermaksud untuk lebih mencairkan suasana dengan bercanda. “Itu bagus, kalau kau selalu mengecek kondisi kakekmu noona. Tapi-” Sehun kembali bungkam. Jihyun menutup mulutnya dengan sebelah tangan “Dia memintaku datang sendiri Sehun. Jadi kau cukup tinggal di sini saja, Ingatkan Suho oppa untuk istirahat dan makan tepat waktu. Kalian juga harus menjaga Minseok dengan baik, mengerti?”

 

Pembicaraan mereka hanya sampai disitu. Sehun berjanji menuruti pesan Jihyun. Jihyun beranjak pergi dan meninggalkan Sehun dan Minseok yang masih duduk menatap kepergiannya. Jihyun masih sempat mengelus kepala keduanya, meninggalkan kecupan singkat di dahi Minseok dan mengucapkan selamat tinggal kepada mereka.

 

Tidak lama setelah itu, Luhan datang dengan dengan kantung plastic penuh dengan makanan. Sehun dan Minseok bersorak gembira melihat Luhan datang dan langsung melahap roti yang Luhan beli. “Perempuan itu siapa?” Luhan tiba-tiba bertanya. “kau melihatnya?” Sehun berhenti mengunyah makanannya dan balik bertanya. Luhan menaikkan satu alisnya menunggu jawaban asli Sehun.

 

“Ahh.. Dia. Itu..” Sehun berhenti melanjutkan kalimatnya dan kembali menggigit rotinya. “Aku melihatnya mengelus kepala Minseok dan tersenyum ke arah mu, sebelumnya ku kira dia kekasihmu. Tapi setelah melihat dia menarik lengan seorang anak. Kurasa.. ahh apa mungkin dia memang kekasihmu? Mungkin saja kan anak itu adiknya.. atau mungkin-” Sehun menggelengkan kepalanya melihat Luhan mulai mengomel. Rupanya yang ia lihat tadi bukan Jihyun, melainkan hanya teman sekolahnya dulu. “Diamlah hyung. Kau tidak mau makan. Aku dan Minseok dengan senang hati menghabiskan semuanya.” Ucapnya memotong omelan panjang Luhan. Luhan mencibir lalu ikut melahap makanan yang ia beli tadi.

 


 

Lama mereka mengelilingi taman, beberapa toko mainan dan makanan, bahkan ke museum dan perpustakaan. Semua tempat sepertinya mereka kunjungi. Minseok tidak cerewet atau pun sangat manja seperti anak-anak yang lain, ia punya sifat pendiam. Meskipun begitu, Minseok termasuk anak yang aktif bergerak tapi kadang-kadang malas. Sehun dan Luhan harus menggendongnya bergantian ketika Minseok mulai merengek kelelahan. Yeah, sifat manjanya kadang-kadang muncul. Hufft.

 

“Kalau begitu kita pulang saja!” Luhan menampakkan wajah kesalnya. Seketika wajah malaikatnya seakan pudar dengan munculnya beberapa lipatan tipis di keningnya. “Aku tidak mau!” Minseok bersikeras menolak ajakan Luhan untuk pulang. Suara kecilnya yang melengking, memaksa Luhan menahan diri untuk tidak menggigit Minseok tepat hidungnya. Sehun sendiri bingung harus bagaimana. Melihat Luhan dan Minseok bertengkar menurutnya adalah tontonan yang menarik.

 

Tapi mereka harus dihentikan. Luhan yang masih menggerutu dan Minseok yang merengek dan jongkok di tempatnya, membuatnya mulai ikut kesal. Beberapa pengunjung toko buku melihat mereka dengan berbagai macam ekspresi. “Ayo Minseok..” Sehun menarik tangan Minseok dengan pelan. Minseok yang masih marah hanya duduk diam dan menolak untuk beranjak. Luhan mengangkat tangannya ke udara lalu memegang belakang kepalanya.

 

“Okee! Kita kemana lagi huh?!” Luhan mulai menyerah. Ia akan menuruti semua kemauan Minseok. “Kau masih tidak mau pulang Minseok? Sekarang waktunya pulang, kita harus kembali sebelum makan malam, ingat?” Sehun kembali menasehati Minseok. Minseok mulain mendongak dan tiba-tiba berdiri. Ia berjalan dengan kaki kecilnya melewati Sehun dan Luhan. “Minseokkie mau ke sana!” ujar Minseok sambil menunjuk rak buku dengan berwarna kuning menyala.

 

“Jadi kau mau ini?” tanya Luhan setelah melihat buku yang dipegang Minseok. Minseok mengangguk dan merangkak menaiki tempat duduk merah di samping rak. Ia mulai membacanya. “Minseok, kita bisa membacanya saat di rumah nanti. Ambil saja kalau kau suka. Luhan hyung akan membayarnya.” Sehun tersenyum manis dan ikut duduk di dekat Minseok. Mendengar penuturan Sehun, Luhan membulatkan matanya. Ia berharap salah dengar. “Oh Sehun, kau salah ucapkan?” Sehun mengangkat kepalanya dan menatap Luhan dengan wajah datarnya. “Memangnya kenapa? Ada yang salah dengan itu?”.

 

“Huh, kau bercanda. Sepanjang hari ini dompetku yang terus terbuka.” Luhan mengomeli Sehun. Sehun yang kembali melihat lipatan kening Luhan mulai tertawa. “Kau kelelahan hyung? Okay, maaf membuatmu repot. Kita sebaiknya membuat Minseok tenang dan membawanya pulang.” Itu adalah ucapan Sehun yang terakhir sebelum mereka sibuk dengan buku di tangan mereka masing-masing.

 

Tidak berselang lama, Sehun mulai merasakan beban di pangkuannya. Minseok sudah tertidur. Ia mungkin kelelahan hanya dengan melihat berbagai macam gambar dinosaurus warna-warni di buku yang ia ambil tadi. Sehun melirik Luhan di samping Minseok. Tidak ada bedanya, mereka semua sudah tidur. Sehun menyandarkan punggungnya lagi dan menghembuskan napasnya. Ia sekilas melirik novel yang ada di tangannya, halaman yang ia baca tadi sudah berada di tengah. Sekarang memang waktunya pulang.

 

Sehun menggoyangkan bahu Luhan dan kata “Hyung~” keluar dari mulutnya sebagai keluhan panjang. Luhan belum bangun meski bahunya telah ia goyangkan beberapa kali. Saat dimana Sehun mulai kesal dan menyerah, Luhan menggumam. “Hyung, bangunlah. Kita harus pulang. Minseok sudah tertidur.” Sehun menatap Luhan yang masih menutup matanya. “Baguslah.” Luhan masih belum menunjukkan tanda-tanda untuk bangun dan beranjak pulang. “Kau sendiri kenapa tidur hyung?! Argh.. aku akan meninggalkanmu di sini.

 

Lama mereka berdebat. Kini mereka telah duduk di dalam mobil. Minseok tertidur dengan lelap di kursi belakang. Kantung plastik dari toko buku duduk di dekatnya. Sehun memutuskan membeli beberapa buku dinosaurus bergambar untuk Minseok, terutama yang ia pegang tadi. Buku yang ia baca dan Luhan baca tadi juga ada di dalam kantung plastik dan beberapa buku lainnya. Setidaknya tur keliling kota mereka membuahkan hasil. Rasa lelah dan buku-buku menarik dari toko. Baju mereka masih lembab karena keringat mereka.

 

Jam tujuh malam lewat beberapa menit terlihat dari jam tangan Luhan. Tinggal beberapa menit lagi jam makan malam habis dan Suho pasti mengomeli mereka. Mereka benar-benar menghabiskan hari di luar hanya untuk bermain. Perjalan pulang mereka hening. Luhan mengantuk dan mulai menutup matanya saat tiba-tiba Sehun mengajaknya bicara. “Jangan tidur hyung! Aku ikut mengantuk melihat kalian tidur. Aku sedang menyetir, kalau kita tertabrak bagaimana?!”.

 

Luhan kembali membuka matanya. Menemani Sehun sepanjang perjalanan dan hanyut dalam pembicaraan mereka. Sehun tidak pernah mengangkat topik tentang Jihyun yang menghampirinya tadi.

 

Suho yang berdiri di halaman rumah menyambut kedatangan mereka. Setelah membawa Minseok masuk ke kamar dan makan malam, suasana mulai menegang. Jihyun tidak bisa dihubungi. Sehun bergerak gelisah. Ia belum terbiasa berbicara banyak pada Suho sekarang. Terpisah jarak selama dua tahun membuat Sehun dan Suho lebih kaku seperi orang asing yang baru bertemu.

 

Perasaan Sehun memuncak. Rasa kurang nyaman yang ia rasakan sejak makan malam menyelimutinya. Ia sudah membicarakannya dengan Luhan. “Kenapa tidak bilang dari tadi bodoh?!” Luhan benar-benar kesal akan tingkah Sehun, namun tetap berkemas seperti yang diinginkan Sehun. Mereka akan menyusul Jihyun.

 

Sehun berniat membicarakan hal ini juga dengan kakaknya. Ia tahu Suho belum tidur karena memikirkan Jihyun dan merasa khawatir. Sehun memberanikan diri. Obat dan air mineral sudah ada di tangannya. Ia menghembuskan napasnya pelan sebelum mengetuk pintu kamar Suho. ada niat lain yang terselip di benaknya, ia berniat merapikan semua kekacauan yang ia perbuat, dengan perlahan.

 

Setelah mengetuk pintu kamar Suho, Sehun masuk. Tidak lama kemudian, ia keluar dengan kakinya yang berlari kecil. Malam itu, satu masalah mereka selesai. Sehun kembali dengan senyum yang terukir di bibirnya dan perasaan yang lega. Ia berjalan ke arah lemarinya dan mulai merapikan semua barang yang akan ia bawa.

 


 

Mereka berempat sudah duduk dengan tenang di dalam mobil. Suho, Sehun, Luhan dan Minseok. Mobil mereka segera meluncur keluar halaman setelah semuanya siap. Pagi itu mereka beranjak dengan perut penuh dari makanan yang Suho sediakan bahkan sebelum yang lainnya bangun.

 

“Apa kau tidak tidur hyung?” Sehun membuka pembicaraan. Suho yang sedang menyetir, melirik Sehun yang duduk di sampingnya. “Hm?!” Suho bergumam dan tersenyum, “Hyung sempat tidur, dan kemudian bangun membuat sarapan untuk kita semua. Di kursi belakang, Luhan dan Minseok duduk diam. Minseok sibuk membandingkan ukuran dan bentuk dinosaurus yang terpampang pada halaman bukunya. Luhan juga sibuk membaca dan sesekali melirik dua kakak beradik di kursi depan.

 

Ia tidak berniat menguping, tapi Luhan punya telinga yang bagus. Suara Sehun dan Suho yang memenuhi udara di dalam mobil tertangkap di telinganya. Mereka tampak akrab. Luhan yakin selain memberitahu Suho tentang keberadaan Jihyun, Sehun dan Suho pasti membicarakan sesuatu. Ia juga tahu masalah Sehun dan Suho.

 

Aku akan memberitahu Suho hyung keberadaan Jihyun noona dan berkemas. Tidurlah hyung, aku akan kembali sebentar lagi. Aku mulai lelah.

 

Luhan tidak tahu berapa menit yang dimaksud Sehun ‘sebentar’ karena ia sudah terlelap tanpa menghitung menit, bukan karena Luhan juga mau. Mereka semua kelelahan. Luhan terlalu sibuk mengurusi dua orang di depannya, sampai ia sadar tangan mungil Minseok menarik lengan bajunya. Luhan berbalik dan mengangkat satu alisnya.

 

Minseok menunjuk satu dinosaurus raksasa di bukunya. “Ini apa?” tanya Minseok. Luhan mengalihkan perhatiannya dan mencermati gambar yang ditunjuk Minseok dengan jari telujuknya. “Ohh.. itu dinosaurus.” Ucap Luhan menatap Minseok dan kembali melanjutkan bacaannya pada baris kalimat di buku yang ia pegang. Minseok berdecak. Ia tahu semua makhluk yang tergambar di bukunya bernama dinosaurus. Sehun sempat mengulanginya beberapa kali saat ia bertanya makhluk apa mereka.

 

“Hanya dia yang tidak punya nama?” Minseok kembali menunjuk dinosaurus yang ia maksud. Luhan mau tidak mau melihatnya sekali lagi. Minseok berhasil mengganggu proses membacanya. Halaman buku Luhan kini tertutupi oleh buku dino milik Minseok. “Ini? Ini namanya T-rax.” Ucap Luhan. Minseok mengangguk mengerti dan mulutnya membulat membentuk huruf ‘o’. Minseok kembali menyerang Luhan dengan berbagai macam pertanyaan yang membuatnya penasaran.

 

Luhan saat itu hanya menjawabnya sesuai dengan penjelasan yang tertulis di buku. Minseok yang belum bisa membaca tentu hanya mengandalkan Luhan. “Ah..” Minseok hanya mengangguk-angguk dan kembali belajar bersama Luhan dengan buku barunya. Luhan yang sibuk menjelaskan ini itu dan berbicara dengan Minseok, tidak menaruh minat pada Sehun dan Suho lagi. Mereka berempat terbawa dengan arus pembicaraan mereka masing-masing.

 

“Ahhh.. Aku lupa!” tiba-tiba teriakan Luhan mengalihkan perhatian mereka semua. Sehun dan Suho berbalik menatapnya. Minseok yang di dekatnya menatap Luhan dengan bingung bercampur kaget karena baru saja Luhan berteriak di dekat telinganya. “Kau lupa apa?” Suho melirik Luhan sesekali dan tetap menjaga fokusnya pada jalanan. Sehun menatapnya heran. Alisnya terangkat satu menunggu penjelasan Luhan.

 

“Aku lupa handphoneku. Aku harus menghubungi ibuku sekarang. Haa.. Yi-ge mengirimiku pesan sebelum berangkat tadi. Katanya ibuku tidak enak badan. Aku lupa menghubunginya.” Ungkap Luhan sambil mengusap wajahnya. Suho berbalik setelah menghentikan mobilnya di pinggir jalan, “Kau taruh handphonemu dimana?” Luhan mendesah kesal. Ia mengingat-ingat tempat ia menaruh handphonenya tadi. “Kurasa aku lupa di atas meja. Aku menaruhnya di sana sebelum mengambil tas Minseok. Aku tidak sadar..”

 

“Yeah, kau perlu kembali untuk mengambilnya hyung. Kau harus tau keadaan ibumu. Aku akan menemanimu pulang.” Sehun memberinya tawaran. Lagipula, mereka belum jauh dan keluar dari kota. Luhan melirik Suho, Suho mengangguk. Luhan juga melirik Minseok dan melihat bibir Minseok yang mulai membentuk wajah cemberutnya. “Maaf.” ujarnya. Mereka semua bingung mendengar Minseok. Tapi akhirnya sadar saat mendengar penjelasan dari mulut Minseok. Luhan memakai Minseok dan tasnya sebagai alasan mengapa Luhan lupa membawa handphonenya.

 

Luhan tersenyum dan mengelus kepala Minseok. Sehun dan Luhan keluar dari mobil setelah Suho mengantarnya ke halte bus. Mereka keluar setelah berpamitan dan meyakinkan Minseok kalau hal ini bukan salahnya maupun tas hamster miliknya. Mereka kembali dengan menggunakan bus. Mereka akan menyusul Suho dan Minseok setelah mengambil barang yang tertinggal.

 

Saat bus yang Sehun dan Luhan tumpangi pergi, Suho dan Minseok ikut pergi meninggalkan tempat mereka. perjalanan mereka kembali sepi. Suho fokus denga jalanan yang ia lewati dan Minseok kembali sibuk dengan buku dino warna-warni yang Sehun beli. Perjalanan mereka damai. Keluar dari kota mereka masih merasa aman. Namun, mobil Suho yang melewati perempatan jalan memasuki wilayah tempat Jihyun berada mengalami musibah. Mereka mengalami kecelakaan. Mobil yang mereka tumpangi terbalik setelah tertabrak truk.

 

Suho dan Minseok yang berada di dalam mobil tersebut segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Kepala Suho berdarah dan terluka parah. Minseok pingsan dalam pelukan ayahnya. Suho sempat melingdunginya dengan memeluk Minseok dengan erat. Sehun dan Luhan yang mendengar kabar tersebut segera menyusul dengan mobilnya.

 

Sehun panic setengah mati mendengar kabar tentang Suho dan Minseok yang mengalami kecelakaan dan terluka parah. Mereka berdua tidak sadarkan diri dan kekurangan banyak darah. Sehun benar-benar pucat. Kali ini Luhan yang menyetir, fokusnya pada jalanan kadang kacau. Mendengar tangisan Sehun membuat konsentrasinya hilang.

 

“Hyungg..!!”

 

---

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
0shanaa
Yuhuuuu!! xD TO, IYB-nya update haha.. kayaknya cuma aku yg senang :P Check it :3

Comments

You must be logged in to comment
Skylarie
#1
Chapter 8: so eumm... kalo masih ada yang nyasar ke sini, asal tau aja ini ff udh stop wkwkk
authornya lupa password dan email akunnya XD
dia nyampein permintaan maaf krna tibatiba ngilang gitu aja><
atik_han #2
Chapter 8: Ditunggu next ch nya kak
ririrein #3
Chapter 8: ditunggu updatenya kaka
figting
keyhobbs
#4
Chapter 5: yahh...jadi mau ditunda nih? tapi jangan lama lama ya, and semoga laptopnya cepet bener lagi hehe
arainy #5
Ahhh sehunnya kenapa ?
keyhobbs
#6
Chapter 1: ahh~~~kesian suho:( Sehun,aku heran kenapa kamu bisa benci pada hyungmu sendiri nak?? I'll wait for the next chapter authornim