What I got and what we got

That's okay, I'm your brother.

Hari demi hari berlalu, tahun demi tahun. Mereka beranjak menjadi pribadi yang lebih dewasa. Tapi Suho masih  merasa bersalah atas apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Sehun seakan lebih membencinya setelah itu. Apa pernyataannya waktu itu tidak mengubah pemikiran Sehun?

Entahlah, Sehun sama bingungnya.

Pernyataan Suho panjang lebar bahwa ia menyayangi Sehun tentu berdampak besar, terutama pada hati Sehun. Sehun selalu diselimuti mimpi buruk dan perasaan yang membuatnya bingung. Dia juga merasa bersalah.

--

Tapi meskipun kau membenciku, kau tetap akan ku jaga. Aku tidak punya alasan untuk berhenti memerhatikanmu. Aku kakakmu Sehun! Aku kakakmu..

 

Sehun bangun dari tidurnya dengan kepala pusing. Ia mencoba menghentikan sakit yang mengganggu kepalanya itu dengan memijit keningnya pelan. Mimpi buruk lagi.

‘arghh.. hyung maafkan aku!’

 

Sehun mengulangi perkataan yang masih segar di otaknya. Perkataan yang selalu dia ulang-ulang dalam mimpinya.

 

“huff.. aku minta maaf pada Suho hyung? Lagi? Kenapa potongan mimpiku yang lain tidak bisa ku ingat?” Sehun mendesah pelan, badannya masih kaku dari tidur. Sehun menghempaskan badannya lagi ke ranjangnya. Ia hanya bergeming selama beberapa menit sambil memandangi langit-langit kamarnya.

 

“arghhh..” Sehun kembali gelisah dan mengacak-acak rambutnya.

 

“apa yang harus ku lakukan? Heuh.. - Hoam.. aku masih mengantuk!!” dia menguap dan berucap malas sambil mengucek matanya, membuat matanya semakin merah.

 

Tapi seberapa berat badannya yang ia rasakan sendiri, seberapa kuat badannya yang menempel pada kasurnya bagai lem dan kertas, ia harus bangun. Sehun harus bangun untuk kesuatu tempat.

--

Sehun berlari-lari kecil untuk mencapai tempat tujuannya lebih cepat. Sehun memegang gulungan kertas yang ia bawa sejak tadi dengan erat yang bisa saja membuat kertas itu remuk. Tapi tentu saja Sehun tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia memegangnya kuat agar tidak telepas dari genggamannya dengan kasih sayang. Kertas itu berharga.

 

Sehun tiba-tiba berhenti dan bernafas lega. Ia melihat sosok yang ingin ditemuinya sejak tadi. Orang itu berdiri tak jauh darinya. Senyumannya ramah seperti yang Sehun tahu, tak pernah lepas dan masih sama seperti dulu. Bibirnya ikut tertarik membuat garis senyuman di wajahnya.

 

Sehun menunggu orang tersebut berhenti bicara dengan lawan bicaranya. Ia tetap berdiri di sana dan menunggu dengan sabar.

 

Meski menunggu adalah hal yang menyebalkan dan dibenci oleh Sehun. Sehun benci menunggu.

 

Setelah orang itu pergi, Sehun mulai berjalan mendekati kakaknya. Ya, kakaknya. Orang itu adalah Suho, kakaknya. Orang yang ia tunggu sejak tadi. “hyung..” panggil Sehun. Suho yang baru saja berbalik ingin pergi langsung berbalik menghadap Sehun. Suho memandang wajah Sehun sejenak. Sehun masih setia dengan wajah datarnya seperti biasa. ‘kapan aku melihat senyumanmu lagi Sehun? Di depanku secara langsung?’ Suho membatin. Suho tidak tahu bahwa sebelumnya Sehun tersenyum kearahnya.

 

Mereka tetap berdiri disana saling menatap tanpa bicara. Suho menunggunya mengungkapkan apa yang ingin ia bicarakan. Di sisi lain, Sehun menunggu respon Suho.

Sampai keduanya bosan dan Suho yang pertama kali memecah keheningan. “Kau ingin membicarakan sesuatu? Ayo masuk ke ruanganku..” kata Suho. Sehun mengangguk dan mengikuti Suho dari belakang, masuk keruangannya.

 

“apa yang ingin kau bicarakan?” Suho memulai. Mereka berdua duduk di kursi yang tersedia di ruangan Suho dan Sehun telah menyesuaikan diri. Sehun memandang ruangan kakaknya, ruangan bernuansa putih yang hampir tidak pernah ia kunjungi. Sehun yang mendengar pertanyaan kakaknya menoleh dan mulai menatap Suho kembali. “hm.. aku ingin.. ini..” Sehun menyodorkan gulungan kertas yang ia pegang sejak tadi.

 

Suho membaca isinya. Isi yang membuatnya bingung, sedih, dan terkejut. Perasaannya kembali bercampur aduk. Kenapa Sehun selalu berhasil membuatnya begitu? Setelah beberapa waktu lalu mereka bertengkar. Kini Sehun kembali membawa kertas yang membuat Suho semakin membenci dirinya sendiri. Ia menganggap dirinya adalah alasan Sehun menjauh.

 

“apa ini?” Suho tidak menerima kenyataan yang diberikan Sehun. Sehun menjadi orang lain. Bukan Sehun yang dikenal Suho. Dia benar-benar orang lain.

 

“kau tahu itu Suho hyung. Apa kau tidak membaca judulnya?” Sehun menatap Suho. Suho menyimpan gulungan kertas itu di samping berkas-berkasnya yang menumpuk. Suho sebenarnya sibuk dan perkerjaannya, membuatnya pusing. Dan sekarang Sehun datang dan makin memperparah. “kau..” Suho mendesah pelan dan memijit keningnya.

 

“apa yang ingin kau lakukan, hm? Katakan semua maumu Sehun, semuanya sampai tak ada yang tersisa. Katakan di depanku sekarang” Sehun tidak menyahut untuk menanggapi Suho. Ia justru tersenyum, lebih tepatnya menyeringai. Rupanya Suho tidak mengerti. ‘kau tidak mengerti hyung’ Sehun berucap dalam hati. Suho melihat reaksi Sehun yang tidak pernah ia harapkan.

 

Suho ingin melihat senyumannya, bukan seringai yang menyebalkan.

 

Suho mendesah lagi dan menyandarkan punggungnya ke kursi. “terserah apa yang ingin kau lakukan sekarang. Aku tidak tau harus berbuat apa lagi denganmu” Suho menatap Sehun lekat-lekat. Sehun kembali membuka mulut, tapi menutupnya kembali. Ia menatap kertas yang tergeletak di samping tumpukan map milik Suho. kini ia menyenderkan punggungnya juga, mengikuti gaya Suho. Mata Sehun bergerak untuk menatap Suho lagi.

 

Suho menunggu jawaban Sehun dan mata mereka kembali beradu pandang. “kau hanya perlu menyetujuinya hyung” Sehun kembali berbicara. “oh, bukannya sudah? Lakukan saja Sehun. Terserah apa maumu” Sehun menatap Suho datar. ‘ini.. ini akibat dari perbuatanku. Suho hyung mulai berubah. Biasanya dia tidak akan membiarkanku begitu saja’. “kau sekarang membiarkanku?! Woah, hyung. Kupikir kau akan menahanku lagi”

 

“kau sudah besar Sehun. Kau tahu yang mana yang benar dan mana yang salah. Ini pilihanmu. Semuanya ada ditanganmu. Aku hanya bisa melihatmu dari jauh, dan tentu menjagamu seperti yang pernah ku katakana dulu. Janjiku tetap ku pegang. Tidak ada hubungannya dengan pilihanmukan? Hyung tidak membatasimu” balas Suho panjang. Sehun melihat kakaknya yang duduk di seberang meja.

 

“aku.. tentu ini pilihanku. Aku yang memutuskannya, seperti katamu tadi. Hanya ingin mengabarimu dan berjaga-jaga siapa tahu ayah bertanya dan kau tidak tahu”. “oh tentu, terima kasih informasimu. Jadi, ayah sudah tahu atau tidak?” Suho menimpali. “belum, aku akan menemuinya nanti.”

 

‘Suho hyung.. aku ingin membiarkan ini semua berlalu. Aku tidak tahu harus bahagia kau membiarkanku atau tidak. Aku tidak paham dengan diriku sendiri.’

 

Mereka kembali diam. Dentingan jarum jam di ruangan Suho terdengar jelas, membuat mereka bergerak gelisah. “ambil saja Sehun. Jangan khawatirkan yang macam-macam. Kau cukup membuat Suho hyung bangga. Ambil tawaran itu. Hyung akan meluangkan waktu untuk mengantarmu.” “tidak perlu hyung. Kurasa masih banyak pekerjaan yang menunggumu. Aku pergi dulu.” Dengan begitu Sehun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu. Suho hanya memandangi Sehun beranjak pergi tanpa mengantarnya keluar.

 

Pikirannya menahannya untuk ikut beranjak dari tempatnya. Suho masih memikirkan Sehun.

--

‘kau tidak mengerti hyung. Aku ingin mendengar suaramu yang memanjakanku, yang terlalu peduli dan perhatian padaku. Aku ingin melihatmu overprotective lagi. Tapi tak kusangka meminta ijin padamu kali ini begitu mudah. Kau begitu mudah membiarkanku.’

 

Sehun mendesah lagi. Kini ia berada dalam rumahnya.

 

Sehun yang baru sampai dari menemui Suho tadi, kembali ke rumahnya dan langsung masuk ke kamarnya. Ia membuka jaketnya dengan pikiran penuh. Sehun bimbang. Ia menghempaskan tubuhnya ke atas ranjangnya lagi dan menatap setiap sudut kamarnya. Sehun yang berbeda. Kamarnya yang dulu berwarna biru dengan segala macam gambar hewan kini berwarna cream tanpa hiasan. Mungkin ia memang lebih dewasa. Setelah beberapa tahun setelah pertengkaran untuk kesekian kalinya dengan kakaknya sendiri.

 

Sehun akan pergi. Ia akan keluar dan melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Universitas yang diimpikan orang banyak menawarinya untuk masuk ke sana. Ini perbuatan siapa? Sehun dulu memang bercita-cita akan masuk ke beberapa universitas, salah satunya universitas itu. Universitas terbaik di Cina. dan setelah lulus sekolah menegah atas beberapa waktu lalu, ia hanya mencoba untuk ikut mendaftarkan diri. Tapi pengumuman yang ia dapat lebih mengejutkan. Tanpa tes tentu membuatnya terkejut.

 

Universitas itu menerimanya langsung setelah identitas dirinya ia kirim satu hari sebelumnya. ‘tapi.. apa ayah tahu dan membuatku diterima? Ayah punya banyak kerabat. Terutama di Cina. Tapi bukankah ayah tahu aku sudah mengikuti beberapa tes di universitas kota ini?’

 

Pikiran Sehun bercampur aduk. Ia mau menerima tawaran universitas di Cina tersebut tapi seperti ada beberapa hal yang menahannya.

 

Tapi mau diapa lagi? Suho sudah membiarkannya. Ayah tentu mendukungnya juga. Dan Sehun sudah mengirim beberapa data yang diminta oleh tempat kuliahnya nanti.

 

Beberapa tahun berlalu, dan Sehun masih belum berbaikan dengan Suho.

Berapa tahun Sehun harus menyelesaikan kuliahnya di Cina dan kembali ke rumahnya?

Berapa tahun lagi yang mereka harus lalui?

Dan.. mereka justru akan berpisah.

 

 

 

---

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
0shanaa
Yuhuuuu!! xD TO, IYB-nya update haha.. kayaknya cuma aku yg senang :P Check it :3

Comments

You must be logged in to comment
Skylarie
#1
Chapter 8: so eumm... kalo masih ada yang nyasar ke sini, asal tau aja ini ff udh stop wkwkk
authornya lupa password dan email akunnya XD
dia nyampein permintaan maaf krna tibatiba ngilang gitu aja><
atik_han #2
Chapter 8: Ditunggu next ch nya kak
ririrein #3
Chapter 8: ditunggu updatenya kaka
figting
keyhobbs
#4
Chapter 5: yahh...jadi mau ditunda nih? tapi jangan lama lama ya, and semoga laptopnya cepet bener lagi hehe
arainy #5
Ahhh sehunnya kenapa ?
keyhobbs
#6
Chapter 1: ahh~~~kesian suho:( Sehun,aku heran kenapa kamu bisa benci pada hyungmu sendiri nak?? I'll wait for the next chapter authornim