Author POV

“Yya! Bombie-ah! Gwaenchana? Kau terlihat menyeramkan hari ini..”Kim Namjoo duduk di hadapan Bomi yang tengah memainkan makan siangnya dengan sebal.

“Wae?! Apa aku terlihat seperti monster!? Ne, kau mau bilang aku sangat jelek, benar bukan!?” jawab Bomi tersinggung.

“Sssh.. Yya, tenanglah..pelankan suaramu.. sadarlah, kau sedang berada di kantin..” Namjoo berusaha merayu Bomi agar tak meluapkan amarahnya karena kini mereka sedang berada di kantin pada waktu makan siang tiba.

“Biarkan saja! Menyebalkan.. Huh!” Bomi menusuk dimsumnya dengan kesal dan memakannya asal.

“Yya, kau tahu, tidak seharusnya kau marah padaku. Bukankah aku yang seharusnya marah padamu? Kau membuatku berhasil mendapat angka 5 pada ujian matematika tadi. Huh..kau puas?” Namjoo memicingkan matanya, ketika tak ada respon ia kembali berucap. “Sebenarnya, ada apa denganmu? Sepertinya kau mendapat masalah pagi ini, melihat mood-mu sangat buruk ketika mengerjakan ujian. Wae geurae? Apa gadis-gadis cerewet itu meminta contekan padamu lagi? Mungkin, aku bisa mendengarkan ceritamu, Bbom-ah!” Namjoo mencoba menerka sahabatnya.

            Sejurus kemudian, Bomi terlihat mengeluarkan sesuatu dalam saku jasnya dan memperlihatkannya pada Namjoo.

“OMO! Kenapa hancur seperti ini? Siapa yang berani sekali merusak ponsel-mu?!”

“Aku tidak tahu namanya. Tapi yang kutahu, dia berada di kelas yang sama dengan kita.”

“Mwo? Coba kutebak, Jung Haseo? Gadis onar itu? Tidak, Oh Sehun? Lelaki berandalan yang-“ kalimat Namjoo terhenti, pandangannya kini beralih pada seorang lelaki di kejauhan yang ditunjuk oleh Bomi.

“Itu orangnya! Lelaki bajingan yang tak tahu diri dan tak punya hati!” Sejenak, Namjoo menjatuhkan rahangnya, kemudian menoleh menatap Bomi.“Apa kau yakin? Kau yakin Byun Baekhyun sang bintang tim basket itu yang menghancurkan ponsel-mu?”

Bomi mengangguk mantap, “Sangat yakin 200% Byun sialan itu lah orangnya..”

-

Baekhyun POV

“Yya, Baekie! Kemarilah!” Kulihat Park Chanyeol sedang melambai ke arahku. Aku tersenyum singkat lalu melangkah menghampirinya. Aku sudah janji padanya untuk makan siang bersama dengan tim basketku hari itu. Ya.., kami sedang merayakan kemenangan kami pada pertandingan terakhir dan mungkin juga sekedar bercakap-cakap membicarakan strategi pertandingan berikutnya.

“Yya, Baekhyun-ah! Sebenarnya, apa yang kau katakan pada gadis korban lemparan basketmu tadi pagi? Kuperhatikan, dia sangat kesal dan seperti orang yang siap membunuh siapa saja yang berhadapan dengannya.Apa kau benar-benar sudah meminta maaf padanya?” seorang tim-ku mengubah topik pembicaraan. Aku berhenti mengunyah, menatap semua mata yang kini telah memandangku dengan tatapan benarkah-