THEY CALLED IT PRESENT

COMA (THE FACT THAT WE ONLY HAVE ONE CHANCE)

I want to know who you are

Junhong masuk kedalam ruang guru tepat setelah bel jam pelajaran berakhir. Hari ini untungnya tidak ada jadwal B.A.P manggung jadi Junhong tidak perlu merasa bersalah kepada lima hyungnya juga kepada agensi. Junhong melangkah menghampiri seorang guru yang sedang membaca buku. Junhong dapat melihat perempuan yang menjadi gurunya itu tengah mengenakan kacamata.

“Selamat sianga, Saem.” Sapa Junhong. Guru perempuan itu yang tak lain adalah Song Jihye menoleh dan mengangkat kepalanya menatap Junhong tanpa melepaskan kacamata ataupun meletakkan bukunya. Junhong menahan nafasnya saat melihat Jihye yang mengenakan kacamata, Dia terlihat cantik, luar biasa cantk. Batin Junhong.

“Kau sudah datang. Baiklah. Tunggu diluar aku akan mengganti bajuku.” Ujar Jihye sambil meletakkan bukunya. Meskipun bingung Junhong mengikuti perintah Jihye. Beberapa guru diam mengawasi pasangan guru dan murid itu. Jika Junhong keluar ruangan dan menunggu, sebaliknya Jihye masuk ke kamar mandi, mengganti rok selututnya dengan celana training yang membentuk tubuhnya sempurna dan baju yang lebih santai berupa hoodie hitam.

Rambut Jihye yang berwarna hitam dengan sentuhan warna tosca tampak diikat ekor kuda. Jihye kemudian mengambil raket tennisnya. Dia sudah mengecek semalam, kalau kelemahan Choi Junhong adalah Tennis, dan beruntungnya itu adalah salah satu olah raga favorit Jihye. Jadi Jihye akan memberikan pelajaran pada Junhong dengan cara mengajaknya bermain tennis. Detensi yang cukup adil dan mendidik.

JIhye keluar ruangan guru kemudian menyerahkan satu tas besar berisi 4 buah raket milik Jihye dan dua botol bolanya. Tentu saja Junhong mengernyit bingung membawa tas berat itu. “Saem ini?”

“Ikuti aku. Detensimu adalah bermain melawanku.” Ujar Jihye dingin. Junhong kemudian mengikuti Jihye. Tapi kemudian Jihye berhenti dan berbalik, “Ah iya, aku ada atribut untukmu.” Kemudian Jihye mengeluarkan gulungan karton dan mengalungkannya pada Junhong. Gulungan itu tepat terpasang di dada dan punggung Junhong, gulungan yang bertuliskan, “AKU TAK AKAN MENGERJAI GURU LAGI.”

Tulisan yang cukup efektif. Wajah Junhong memerah karena malu. Beberapa siswa perempuan terkikik geli namun mengagumi bagaimana Jihye menghukum muridnya. Sesampainya dilapangan tennis yang ternyata disekitarnya masih banyak siswa menggunakan fasilitas olah raga, Jihye melepaskan hoodie hitamnya, menunjukkan pakaian olahraga khususnya untuk bermain tennis.

Mata Junhong dan murid laki-laki membulat sempurna melihat tubuh putih Jihye yang tercetak jelas karena bajunya menempel dengan sempurna, bahkan bagian perutnya sedikit terbuka. “Kau, Choi Junhong. Coba kalahkan aku. Baru kau terbebas dari hukumanmu. Selama bermain tennis kau tak boleh mengganti seragammu ataupun melepas atribut yang kuberikan.”

Junhong mengumpulkan kembali kesadarannya, menatap sosok gurunya yang benar-benar berbeda. Junhong membenci tennis seperti dia membenci mentimun dalam makanannya. Junhong menarik nafas kemudian memasang kuda-kudanya.

……

 

Sudah 4 kali ronde Junhong tetap tak bisa mengalahkan Jihye. Jangankan mengalahkan, membalas pukulan Jihye saja tidak bisa dilakukan Junhong. Dia benar-benar malu dikalahkan sedemikian rupa. Semua guru dan juga kepala sekolah melihat bagaimana cara Song Jihye menaklukkan Junhong si raja pembuat onar hanya dengan satu buah cara. Tennis.

“Aku menyerah.” Ujar Junhong setelah kelima kalinya dia kalah. Jihye tersenyum dingin, “Sudah kukatakan, peraturannya adalah kau harus mengalahkanku atau kau tak bisa terbebas dari hukumanmu. Kau mau melanggarnya? Atau seperti itulah kau? Terbiasa melanggar peraturan.” Sindir Jihye. Belasan guru-guru bersorak terutama satu orang guru olah raga bernama Song Jaerim. Jaerim sendiri sudah menyerah untuk memberikan hukuman pada Junhong.

“Aku akan mengalahkanmu.” Teriak Junhong. Lalu sebuah bola melesat setelah dipukul Jihye dan tepat mengenai dahi Junhong.

……

 

Jihye meniup-niup dahi Junhong yang kini sudah diberi plester kompres untuk meredakan ruam karena efek terkena pukulan bola dari Jihye. Junhong dapat merasakan rasa gatal disekujur tubunya manakala Jihye meniup ruam di dahinya tadi. Junhong bahkan harus menahan nafasnya saat jihye berada sedekat itu darinya.

Jihye kemudian melepas pegangannya dikedua pipi Junhong, satu-satunya cara yang diketahuinya untuk mempermudah saat dia meniup dahi Junhong yang memerah terkena pukulan bolanya. Degub jantungnya tak sekalipun dapat sedikit tenang saat berada sedekat ini dengan Junhong. “Kau akan sembuh.” Ujar Jihye mencoba setenang mungkin. Dia beranjak dari duduknya namun terlambat, Junhong lebih dulu menggapai pergelangan tangannya.

Jihye menoleh, degub jantungnya makin kencang. Dia mencoba menepis tangan Junhong namun tidak berhasil. Bukannya melepaskan, Junhong malah mempererat genggamannya. Ekspresinya tak dapat didefinisikan oleh Jihye, dan ini membuat Jihye takut. Belum ada yang pernah membuatku begini lemas. Choi Junhong siapakah dirimu? I want to know who you are.

Jihye mencoba meronta tapi Junhong sama sekali tak melepaskannya. “I want to know who you are.” Junhong berujar persis seperti apa yang dikatakan Jihye didalam pikirannya. Jihye terdiam, membuat Junhong makin berani. Junhong bangkit dari duduknya dan menghadapi tubuh mungil Jihye yang puncak kepalanya hanya sebatas dadanya yang bidang. Terasa sekali Jihye bergerak mundur perlahan. Tapi junhong tidak berhenti disitu.

Dicengeramnya kuat-kuat kedua bahu ringkih dan kurus milik Jihye, membuat kepala Jihye terangkat dan menunjukkan ekspresi tidak nyaman. “Who are you, Song Jihye? Kenapa baru sehari kau menyita terlalu banyak ruang dipikiranku. Siapa kau yang sebenarnya?” Jihye makin mematung saat sepertinya Junhong bukan bertanya dari hatinya tapi mengungkapkan semua isi pikiran Jihye. Jihye menelan ludahnya.

“Aku guru barumu Choi Junhong. Bukankah sudah jelas?” ujar Jihye mencoba berani menghadapi Junhong. Junhong menggelengkan kepalanya tanda tidak puas. Kemudian tangan Junhong terlepas dan dia segera meraih tas ranselnya lalu beranjak meninggalkan ruang kesehatan dimana mereka berdua berada. Jihye menggigit bibirnya.

“Jangan lupa besok untuk datang ke detensi, jam dan tempat yang sama.” Ujar Jihye cukup tegas. Junhong menghetikan langkahnya. Menoleh untuk menatap sepasang mata Jihye yang tengah menatapnya. Seringai Junhong melesat dan itu membuat jantung Jihye makin berdegub kencang, “Tidakkah ini hanya alasanmu saja untuk berdekatan denganku?” tanya Junhong.

Jihye menelan ludahnya. Karena tak ada respon dari Jihye, Junhong berbgegas. “In your dream student.” Kali ini Jihye berteriak.

......

 

I Should forget you since long time ago

Jieun menatap ruang rapat siang itu, dia harus memulai meeting bersama B.A.P dan itu tandanya dia akan bertemu dengan Kim Himchan lagi. Sebeneranya tinggal menunggu waktu saja sejak kemarin dia menemui Youngguk untuk pertama kalinya, kemudian insiden pertemuannya dengan Himchan dan berakhir pada Youngguk yang mengantarkannya pulang. Untunglah semalam Jihye belum pulang, hanya sempat mengiriminya sms kalau dia pulang terlambat akibat salah satu muridnya harus menjalani detensi dengannya.

Kalau Jihye tau soal B.A.P dan terutama Youngguk yang mengantarnya pulang tentunya Jihye akan memarahinya. Soal B.A.P sudah jelas, karena ada Himchan disana, pastinya Jihye akan memaksanya mencari pekerjaan lain. Berbeda kalau soal Youngguk, JIhye yang sangat protektif sejak kejadihan beberapa tahun silam memperlakukan semua laki-laki begitu dingin dan acuh. Jihye membenci siapapun laki-laki yang mendekati Jieun. Dan tentunya penampilan Youngguk yang notabene sebagai anggota Band Rock sama sekali tidak akan mendapatkan nilai plus dari Jihye.

Jieun membulatkan tekatnya, kemudian dia mendorong pintu yang terbuat dari kaca tebal dan masuk kedalam ruangan rapat. Setidaknya ada 5 anggota B.A.P yang duduk dimengelilingi meja elips. Bersama 2 manajer dan beberapa asisten manajer mereka. Tak ketinggalan coordinator pakaian dan juga make-up plus hair stylist. Semua duduk rapih menunggu Jihye.

Jieun langsung menemukan sepasang mata Youngguk yang tersenyum simpul namun cukup hangat padanya. Tapi tatapannya jatuh pada sepasang mata Himchan yang memandangnya dengan tatapan yang sukar didefinisikan. Jieun menarik nafasnya. “Aku tidak melihat Choi Junhong?” sapa Jieun untuk pertama kalinya, yang disayangkan bukanlah kalimat pembuka yang tepat.

“Maknae kami sedang sekolah, menghadapi detensi.” Ujar Daehyun. Jieun tahu kalau yang satu ini pasti Daehyun, dia sudah memeplajari profil lengkap B.A.P tadi selama perjalanan.

Jieun mengangguk, “Baiklah kita mulai pertemuan hari ini.

……

 

Rapat selesai 15 menit lebih awal dari yang dijadwalkan. Hal ini tentunya membuat B.A.P punya waktu ekstra untuk beristirahat, terutama sekalian menunggu kedatangan Junhong dari sekolahnya. Bang Youngguk menghampiri Jieun yang tengah membereskan dokumen-dokumen yang dibawanya. Tapi dia kalah cepat dibandingkan dengan Kim Himchan.

“Jieun-ssi.” Panggil Himchan. Jieun menahan nafasnya. Mengangkat wajahnya yang perlahan merebak seperti orang yang hendak menangis. Himchan menghela nafasnya, kalau begini akan berat rasanya. Batin Himchan.

“Kau ada waktu ekstra 15 menit kan? Boleh bicara berdua sebentar?” tanya Himchan pelan, berharap tak seorangpun dari mereka yang berada diruang rapat memergoki mereka berdua sedang berbicara. JIeun nampak mengecek jam dipergelangan tangan kanannya. Kemudian dia mengangguk dan melangkah keluar bersama setumpuk dokumen, Ipad dan buku catatannya.

Himchan mengikuti perempuan yang pernah mencintainya, perempuan yang sama yang pernah dia lukai. Mereka mencapai balkon ruangan terbuka. Keduanya saling diam. “Jieun-ah…. Kenapa kau kembali?” tanya Himchan akhirnya, memecahkan keheningan disekitar mereka. Jieun menoleh tak mempercayai pendengarannya. Sebegitu bencikah Himchan padanya sehingga tak menginginkan dirinya kembali. Jieun menarik nafasnya. “Aku kembali karena Jihye yang ingin kembali.” Setelah berkata demikian Jieun berjalan meninggalkan Himchan sendirian.

I Should forget you since long time ago. Batin Jieun. Hatinya telah salah masih menyimpan sejumput perasaan sayang itu untuk Himchan seorang.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Febbya17
#1
Chapter 4: please update soon :)