THE FATE BRING THEM AGAIN IN ONE BUBBLE

COMA (THE FACT THAT WE ONLY HAVE ONE CHANCE)

The way you make my heart beating faster and faster

Jihye berdiri sejenak di depan pintu dengan tanda ruang kelas XII-1 dimana yang menjadi kelas pertamanya di hari pertamanya menjadi guru. Tadi Jihye sempat mengecek daftar absen dan dia menemukan sebuah nama. Choi Junhong.

Dia juga sempat mendengar beberapa guru mengatakan kalau Junhong adalah salah satu anggota dari Band Rock yang sedang naik daun bernama, B.A.P. Jihye ingin mengecek grup band itu, namun belum sempat dia menjelajah di internet, bel tanda pelajaran sudah berbunyi. Karena itulah kini Jihye berdiri menatap pintu berwarna coklat itu. Bersiap dan menyiapkan diri untuk mengajar.

Jihye menggeser pintu coklat itu dan melangkah masuk. Kakinya melangkah mantap dan menuju meja guru. Senyumnya diedarkan. “Selamat siang. Saya Song Jihye, saya akan menjadi guru sastra kalian yang baru.” Ujar Jihye mantap. Matanya mengedar mencari sosok berambut putih blonde yang diingatnya dengan baik. Dia disana duduk dipojok kelas, menatapku dengan angkuh. Jihye menarik nafasnya kuat. Dan menghembuskannya. Berusaha menenangkan diri.

“Selamat siang. Baiklah kita mulai pelajaran hari ini.”

……

 

Junhong mengetuk-ketukkan jemarinya yang panjang dengan tidak sabar. Dia lelah menunggu waktu yang terasa lama. Yang diinginkannya adalah sekarang jam pelajaran olah raga yang kalau sesuai jadwal harusnya akan dimulai tepat sepuluh menit setelah kelas sastra selesai.

Kringgg…

Tepat seperti dugaan Junhong. Tanpa menunggu aba-aba, semua teman sekelasnya langsung berlarian keluar menuju loker mereka dan tentunya menuju ruang ganti, untuk mengganti seragam olah raga. Junhong tak perlu repot-repot melakukan semua rutinitas disekolahnya, karena dia selalu dapat prioritas disekolah itu. Dan karena semalam manajernya sudah memberitahukannya bahwa dia tidak perlu ikut pelajaran olah raga, maka disinilah Junhong. Duduk sambil melipat kedua tangannya didepan dada dan menatap guru baru yang bernama Song Jihye.

Merasa terganggu karena diawasi, Jihye menoleh dan balik menatap Junhong. “Kau tidak ikut pelajaran olahraga, Choi Junhong?” Junhong menyeringai karena disapa demikian. Junhong bangkit dari kursinya dan bergerak kedepan kelas yang hanya berjarak 4 kursi siswa. Jihye tau ini adalah ancaman baru. jihye merapatkan kedua kakinya, serta menggenggam erat buku-bukunya.

Junhong tersenyum dengan senyuman yang penuh intimidasi. Kedua tangannya mencengkeram bahu Jihye. Mata Jihye membeliak karena terkejut, “Choi Junh…” suaranya terputus karena dihentikan Junhong dengan kecupan yang sangat berani. Ciuman yang hanya terdiri dari 3 detik saja. Tapi membuat Jihye begitu lemas.

Choi Junhong,  you make my heart beating faster and faster again. It’s been long time my heart didn’t feel this way. Jihye mengenyahkan pikirannya. Tangannya sudah hendak melayang dan hampir menampar Choi Junhong. Tapi dihentikannya. Dia tahu, tamparan itu justru tak menghentikan sikap Junhong padanya.

Jihye tersenyum sambil mengusap bibirnya, seolah menandakan ciuman Junhong tidak berarti sama sekali. “Choi Junhong, mungkin kau sudah biasa melakukan kecupan atau sekedar sentuhan yang seperti kau lakukan baru saja dengan groupiesmu atau bahkan mungkin ada yang membayar mahal untuk itu. Sayang sekali saya tak mengapresiasi itu. Detensi. Aku tunggu besok sepulang sekolah diruang guru. Jangan terlambat. Dan aku tak peduli dengan jadwal manggungmu. Detensi tetaplah detensi. Kalau keberatan, silahkan manajermu atau siapapun walimu menghadapku. Mengerti?”

Tanpa perlu menunggu jawaban Junhong, Jihye melangkahkan kakinya keluar dari kelas meninggalkan Junhong. Begitu pintu kelas tertutup, wajah Jihye memerah seperti ingin menangis. “Apa yang dia lakukan? Kenapa jantungku tak berhenti berdetak seperti ini. Aku bisa gila.”

Yang tidak diketahui Jihye adalah Junhong sendiri merasa bingung dengan apa yang dilakukannya. Rasa bersalah menghinggapinya. Dia tak pernah mencium siapapun sebelumnya. Dia tak pernah peduli dengan romansa-romansa yang menurut Himchan harus dilalui oleh mereka yang sedang dalam masa puber. Dan bagaimana Daehyun mendeskripsikan cara mencium atau melakukan aneka skinship untuk berpacaran.

Tapi bagi Junhong, untuk saat ini, tertarik pada perempuan bukanlah hal yang menarik. Dia lebih menyukai dunia music dan tenggelam saat belajar bersama leadernya. Karena itulah, setelah beberapa detik tadi dia mencium Jihye rasanya dia ingin menampar dirinya sendiri. Karena dia memang pantas untuk itu. “Kau bodoh Choi Junhong. Apa yang kau lakukan? Apa yang kau inginkan dari dia Junhong?”

……

 

First time seeing your tears

“Yooo Maknae. Apa yang terjadi?” tanya Yoongjae begitu Junhong masuk kedalam van hitam dan duduk disebelahnya. Wajah Junhong benar-benar ditekuk berkali-kali. Junhong menoleh sebentar kemudian tangis manjanya pecah, “Aku mendapatkan detensi. Benar-benar menyebalkan guru baru itu.” Ujarnya sambil terisak. Daehyun yang mulutnya penuh potato-chips dengan ekstra keju hanya tertawa.

“Hari pertama dengan guru baru pula kau sudah mendapatkan detensi. Tahun ini tentunya akan jadi tahun yang buruk untukmu, maknae.” Ujar Daehyun. Junhong segera menghapus air matanya sebelum semakin dihina-hina hyungnya. “Junhong, bukankah sudah kuingatkan tahun ini kau tak boleh membuat masalah?” tanya Himchan sambil memutar kemudianya. Mengarahkan ke jalanan menuju kantor agensi mereka.

“Hyung!!!!” teriak Youngjae tiba-tiba kepada Himchan tak berapa lama setelah mereka menunggalkan lingkungan sekolah Junhong, tepatnya dijalanan pusat bisnis dimana kantor mereka berada. Himchan menoleh, “Kenapa sih Youngjae?”

Youngjae berkedip, “Bukankah itu Youngguk hyung? Sedang apa dia? Bukankah harusnya dia meeting dengan tim pengacara yang baru? yang menjadi supervisor manajer kita?” Himchan segera menginjak rem dan menoleh kearah yang ditunjuk oleh Youngjae.

“Ah, iya, itu Gukkie. Kalian tunggu disini.” Himchan melepaskan sabuk pengamannya dan segera turun untuk mengejar Youngguk yang sepertinya sedang berjalan pelan mengikuti seseorang. Himchan berjalan menyusul Youngguk, berusaha menjajarinya. “Gukkie.” Panggil Himchan.

Youngguk berhenti dan kemudian menoleh, “Eoh, Channah. Kau sedang apa?” himchan terkikik, “Bukankah harusnya aku yang bertanya, sedang apa kau disini? Mengikuti gadis itu?” tanya Himchan sambil menunjuk pada gadis berbaju hitam yang berjalan menjauhinya. Youngguk mengikuti arah jari telunjuk Himchan kemudian tersenyum.

“Dia? Dia ketua tim pengacara kita yang baru, sekaligus supervisor manajer yang baru, Nona Song.” Jelas Youngguk. Mata Himchan yang kecil melebar tanda kaget dan senang, “Benarkah. Kalau begitu kita beri tumpangan. Tunggu.” Tanpa menunggu respon Youngguk Himchan sudah berlari mencapai gadis yang berjalan makin menjauh.

Youngguk hanya tertawa tapi kemudian mengikuti Himchan yang begitu bersemangat. “Nona Song!” panggil Himchan.

Yang tidak diketahui Himchan adalah Jieun yang berusaha mengabaikan panggilan dari suara yang sangat dikenalinya, “Jangan berbalik Jieun. Jangan!” Tap. Sebuah tangan besar menyentuh bahu kanan Jieun dan dengan kuat membalik tubuh Jieun. Tubuh Jieun berputar dan tepat menubruk Himchan. Mata Himchan sempurna melebar karena kaget.

“Jieun-ah?” panggil Himchan lirih. Jieun mengangkat kepalanya dan menatap sepasang mata Himchan. Langkah kaki Youngguk berhenti, mengobservasi apa yang terjadi. perlahan air mata Jieun luruh. “Oppa.” Panggil Jieun. Tangan Himchan terlepas begitu saja kemudian berbalik dan kini menatap Youngguk.

“Guk-ah, aku kembali kedalam mobil saja. Yang lain menunggu.” Ujar Himchan dingin. Youngguk mengernyitkan dahinya. Menyadari perubahan sikap Himchan. Himchan selalu ramah terutama pada perempuan tapi tidak pada Song Jieun. “Channah, apa yang terjadi.” Tap. Himchan menepuk bahu Youngguk sekali lalu berjalan pergi.

“Kau redakan tangisnya.” Bisik Himchan pelan. Bisikan yang cukup untuk didengar Youngguk seorang. Youngguk menoleh pada gadis berambut kecoklatan didepannya,  It is my frst time seeing your tears.

……

 

I am not a bad guy

“Here.” Ujar Youngguk sambil memberikan sekantong es batu untuk Jieun, Jieun menoleh dan memandang tangan youngguk yang membawa kantong es batu. “Suapaya matamu tak makin bengkak. Berhentilah menangis.” Ujar Youngguk lembut. Jieun tersenyum seklias kemudian menerima uluran es batu dari  tangan Youngguk, “Gomawo, Youngguk-ssi.” Youngguk mengangguk.

“Mau sandwich? Aku lapar jadi aku beli beberapa.” Tawar Youngguk setelah beberapa menit mereka berdiam diri.

Jieun menoleh, tersenyum tapi tangannya mengambil satu potong sandwich isi telur dan memakannya pelan. Youngguk kembali diam dan mengunyah sandwichnya, membuat Jieun merasa tidak nyaman. “Emm, kau tak bertanya kenapa aku menangis?” tanya Jieun. Youngguk menoleh kemudian tersenyum dan menggeleng, “Aku tahu kau pasti tak mau menjawabnya, itu hak privasimu kok.” Lalu Youngguk kembali memakan sandwichnya.

Jieun kembali menatap sandwich pemberian Youngguk ditangannya. Memakannya pelan. “Nona Song.” Panggil Youngguk pelan. Jieun menoleh menatap sepasang mata yang memandangnya hangat, “Ummm.”

“Boleh aku panggil kau Jieun-ssi saja?” tanya Youngguk. Jieun tersenyum kecil kemudian mengangguk. “Tentu saja boleh.” Sekarang giliran Youngguk yang tersenyum puas. “Boleh aku antar kau pulang?” tanya Youngguk, Jieun melebarkan matanya karena terlalu terkejut dengan jenis pertanyaan itu. Youngguk tertawa, “Kau curiga sekali Jieun-ssi. I am not a bad guy. Aku kan bukan orang jahat. Aku hanya ingin mengantarmu pulang hari ini.”

Wajah Jieun bersemu tapi kemudian dia mengangguk, “Tentu saja boleh. Kau boleh mengantarku, Youngguk-ssi.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Febbya17
#1
Chapter 4: please update soon :)