The Only Moment We Were Alone

Clarity

[song recommendation]

 

Jongin mengetuk-ngetukkan kakinya di lantai kayu kamar Sehun. Pikirannya sibuk berputar mencari rencana yang bagus untuk menarik perhatian Puteri Krystal. Sedangkan Sehun yang sedang duduk di kasurnya hanya menatap Jongin bingung.

"Jadi kau sudah datang sejak dua jam yang lalu, berkata kau butuh bantuanku, dan sekarang malah sibuk sendiri. Ada apa sih?" Dan seperti yang sudah Sehun duga, Jongin tidak menghiraukannya.

"KIM JONGIN!"

"Hm?" Akhirnya Sehun mendapat sedikit perhatian dari Jongin. Baguslah.

"Cepat katakan apa yang kau inginkan. Aku ada janji dengan Sulli 15 menit lagi," kata Sehun. "Dan aku tidak akan mengutamakan temanku yang bahkan tidak menghiraukanku. Jadi, katakan apa maumu. Sekarang."

Jongin menatap Sehun dalam. Dan itu membuat Sehun bergedik jijik. Dia tidak suka tatapan itu.

"Bagaimana caranya menggoda anak perempuan?" Tanya Jongin akhirnya.

"A-apa?" Sehun terbelalak, Jongin hanya menatap anak itu heran. Memangnya ada yang aneh dengan pertanyaannya? Dan Jongin mengerutkan keningnya ketika melihat bocah di depannya itu tergelak. "Dude, apa yang baru saja kau tanyakan? Cara menggoda anak perempuan?"

Jongin menaikkan sebelah alisnya, "...ya? Memangnya apa yang lucu?"

"Man, kemarilah," Sehun mengisyaratkan Jongin untuk duduk di sebelahnya. Dan Jongin menurut. Lalu tangan Sehun dengan seenaknya saja bersantai di bahu Jongin. "Aku tahu kau sedang jatuh cinta, biar kutebak, uhh, Bomi?"

Jongin mengerutkan keningnya jijik, "tentu saja tidak, bodoh."

"Lalu?" Kata Sehun, "siapa lagi orang yang kau suka kalau bukan dia?"

Jongin menghela napas berat dan menurunkan tangan Sehun dari bahunya, "bukan karena cinta, ini menyangkut hidup dan matiku," Jingin melirik Sehun yang sedang menatapnya bingung. "Ini berhubungan dengan status raja yang kau tahu sendiri, aku butuhkan."

"Ngg," Sehun mencoba mencerna kalimat Jongin barusan, "jadi kau ingin menggoda Puteri Krystal?"

Jongin mengangguk, "dan aku serius soal ini."

"Kau....benar-benar serius?"

"Uh-huh,"

Sehun memijat keningnya pusing, dan Jongin hanya menatap anak itu dengan ekspresi datar. Sehun ini terkadang memang overacting.

"Dia...Princess, Jongin." Kata Sehun.

"Aku tahu."

"Dia Puteri Krystal, Jongin."

"Aku tahu."

"Dia Puteri Krystal yang tidak can   "

"Tidak cantik," Jongin memotong. "Aku tahu."

Sehun menatap Jongin serius, "jadi kau benar-benar melakukan ini untuk uang?"

Jongin tidak menjawab, ia tahu Sehun mengerti.

"Jongin," Sehun menatap Jongin prihatin, "kau punya aku, juga Chanyeol, kau tidak perlu melakukan ini demi uang atau apapun itu, kami bisa membantumu," kata Sehun. "Sungguh."

Jongin tersenyum. "Tidak perlu. Lagipula cara ini juga tidak terlalu buruk, kan?"

Sehun membuka mulutnya, ingin membantah ucapan Jongin. Tapi Jongin langsung memotongnya, "aku tetap akan melakukannya."

clarity

Kebetulan yang luar biasa.

Kebetulan luar biasa yang lebih dari luar biasa.

"Yeah, aku tahu dari Jiyeon, minggu depan keluarga kerajaan akan mengadakan kunjungan ke sekolah kita. Aku tidak tahu itu benar atau tidak, tapi yang jelas, ini kesempatan emasmu, Jongin."

"Kau serius?" Jongin sudah mengatakan 'kau serius?' Untuk yang kesekiankalinya hari ini dan Sulli mulai jengkel dibuatnya.

"Aku serius, Jongin. Biasanya Jiyeon memberikan berita yang akurat. Percayalah."

"Kau se--"

"Stop," Sulli memotong. "Berhenti menanyakan itu karena, ya, aku serius."

"Sulli," Jongin menatap gadis itu dengan mata yang berbinar-binar. "Aku tidak tahu bagaimana harus berterima kasih padamu--"

"Oh sudahlah," Sulli memotong ucapan Jongin, lagi. "Kau tahu ini memang hobiku--bergosip--jadi kau tidak perlu berterima kasih." Sulli tersenyum, "kalau tidak ada yang perlu kita bahas lagi, aku akan pulang," gadis itu bangkit dari kursi kayu milik Jongin dan mengambil sepatunya di rak. "Sampai jumpa,"

Jongin mengangguk. Ia melambaikan tangan pada Sulli yang sudah melangkahkan kakinya keluar dari pintu rumahnya. Ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa karena DIA LUAR BIASA SENANG. Ia tidak tahu harus mengatakan apakah perasaannya senang atau bahagia atau bersemangat karena ia merasakan ketiganya dan...dan ia rasa ia akan meledak karena perasaannya sendiri.

Jongin merasa ini adalah takdirnya. Ia yakin teman-teman di sekolahnya tidak ada satupun yang berniat menjadi Raja karena, yeah, mereka punya pacar masing-masing dan mereka terlalu malas untuk menjalani tugas kerajaan kelak. Jongin tahu itu.

Jadi, tidak ada yang akan menghalangi rencananya. Dan, well, sepertinya Puteri Krystal itu mudah dihasut. Dia terlihat lemah, dan Jongin selalu berpikir bahwa orang yang lemah itu mudah dihasut. Yeah, semoga saja tebakannya benar.

clarity

Ini hari kunjungan keluarga kerajaan dan Jongin panik dibuatnya. Rencananya belum sempurna. Belum sama sekali.

Jongin mengacak-acak rambutnya frustasi. 15 menit lagi mereka akan sampai dan,

Jongin benar-benar tidak tahu bagaimana caranya menculik Puteri Krystal dari keramaian dan yang paling penting, caranya untuk menghasut si Puteri sialan itu. Memang merepotkan. Tapi sayangnya si Puteri Sialan adalah kunci dari segala-galanya. Jadi apa boleh buat.

Jongin mengetuk-ngetukkan kukunya di atas meja kayu sambil berpikir keras. Tapi sekeras apapun Jongin berpikir, tetap saja suara teman-teman sekelasnya terlalu berisik dan memecah konsentrasinya. Oh ayolah, Jongin butuh ketenangan.

"MEREKA SAMPAI!" Seru Kibum yang baru saja sampai di kelas. Napasnya tersengal-sengal dan telunjuknya mengarah ke luar kelas. "Mereka sudah sampai di gerbang!"

Seketika suasana semakin riuh.

"Aku dengar salah satu pengawal Puteri Krystal itu tampan!" Ucap Namjoo antusias.

"Benarkah?" Lalu entah siapa yang mengatakan ini. Mungkin Bomi. Atau Hayoung.

"Kalau tidak salah namanya...Do Kyungsoo." Namjoo berkata ragu-ragu.

"DO KYUNGSOO?!" Tahu-tahu saja Minah muncul di tengah pembicaraan. Ugh, gadis itu.

Namjoo mengangguk. "Orang-orang bilang dia itu setan yang berwajah malaikat."

"Ugh, aku tidak peduli," kata Minah. "Bahkan jika ternyata dia adalah monster, aku tetap akan menyukainya karena, hell, dia sangat tampan."

Lalu para gadis-gadis itu berteriak tertahan sambil memukul pundak satu sama lain. Bisikan kecil "ya ampun," dan "oh my," dari gadis-gadis itu membuat Jongin merasa ingin muntah. Gadis-gadis seperti itu memang selalu menjijikkan. Ia harap ia bisa segera menjadi raja agar bisa segera melihat gadis-gadis kerajaan lain yang kemungkinan besar, sangat besar, lebih berkelas daripada gadis-gadis pengganggu ini.

Tapi yang paling penting dari semua ini adalah,

Bagaimana

Caranya

Untuk

Menghasut

Si

Puteri

Sialan

Itu.

Mereka sudah sampai di gerbang, damn it. Dan Jongin benar-benar tidak tahu langkah yang akan ia ambil selanjutnya. Damn damn damn damn damn. Sekali lagi? Damn damn damn damn damn.

Jongin menyandarkan keningnya di meja dan memejamkan matanya. Ia menggumamkan sesuatu seperti "entahlah, entahlah, entahlah" sambil mengetuk-ngetukkan kepalanya sendiri di meja. Ia bertanya-tanya beginikah rasanya depresi. Atau frustasi. Atau keduanya karena sebenarnya Jongin tidak mengerti maksud dari kedua kata itu.

"Dengarkan," Jongin mengangkat kepalanya dan mendapati Kim Hyoyeon, wali kelas mereka, tengah duduk di atas meja guru sambil mengetuk-ngetukkan kuku panjangnya di meja kayu itu untuk mencari perhatian dari para muridnya. Kelas hening. Ia menghela napas dan mulai berbicara lagi. "Keluarga kerajaan mengadakan kunjungan hari ini, ah, kalian pasti sudah mengetahuinya. Jadi bersikaplah yang baik, mengerti?"

Tidak ada yang menjawab. Para gadis sibuk mengobrol dengan bahasa isyarat, topiknya tentu saja tentang si Do Kyungsoo-Do Kyungsoo itu.

Kim Hyoyeon menatap para gadis itu malas dan berganti memandangi seluruh penjuru ruangan. "Intinya jangan bersikap kurang ajar pada keluarga kerajaan. Terutama pada Puteri Krystal." Ia menunjuk Oh Sehun dengan telunjuknya, "dan kau, jangan hanya pacaran dengan Choi Sulli di kelas."

Jongin tersenyum kecil dan melirik Sehun dengan tatapan 'dengar-itu-kawan' dan Sehun hanya bisa memutar bola matanya malas.

Kim Hyoyeon melirik ke luar kelas untuk melihat halaman sekolah. "Mereka sudah disana," katanya pelan.

Lalu semuanya terjadi begitu saja, 40 anak, total jumlah murid di sekolah itu, berdiri di halaman belakang sekolah yang cukup luas untuk menampung mereka semua, ditambah satu panggung luas di tengah-tengah.

"Cuaca yang cerah, cerah sekali," Kepala Sekolah memberi pembukaan. Di belakangnya ada Puteri Krystal dengan pengawal di kanan dan kirinya. Dia kelihatan resah, jemarinya memilin ujung dress putih pendeknya. Rambut merahnya yang dikepang dua terlihat berantakan.

"Lebih tepatnya panas." Ucap Jongin pelan.

"Kau benar," Sehun menimpali. "Dan dimana Raja?" Matanya memincing mencari sosok Raja di antara barisan murid. Konyol memang. Bukan Sehun namanya kalau tidak konyol.

"Mereka bilang keluarga kerajaan yang akan datang." Jongin mendengus dan menatap Sehun, "keluarga kata mereka."

"Keren. Keluarga dengan satu member. Keren. Keren sekali."

"Ah, kalian pasti bertanya-tanya mengapa Raja tidak hadir di sini." Kepala Sekolah melanjutkan, seolah bisa membaca pikiran Sehun dan Jongin. "Raja masih dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk datang kemari. Berita yang sungguh mengecewakan." Lalu terdengar suara isakan Kepala Sekolah yang dibuat-buat. Jongin memutar bola matanya malas.

"Betapa...betapa baiknya jika kita memberikan doa kita...kepada Raja...demi kesehatannya...Raja yang baik...Raja yang selalu menolong kita...Raja yang bijaksana..." Dan Kepala Sekolah terus mengucapkan segala macam bentuk pujian kepada Raja sampai-sampai dia sendiri tidak menyadari bahwa langit menggelap, yang kemungkinan akan menurunkan hujan sebentar lagi.

Jongin mendongakkan kepalanya, menatap langit yang berubah warna menjadi abu-abu gelap itu. Ah, Jongin selalu suka cuaca seperti ini.

Ketika Jongin kembali menatap panggung, semua orang sedang menundukkan kepala mereka. Semuanya. Kepala Sekolah, teman-temannya, pengawal dan Puteri Krystal. Dan Jongin tidak pernah tau sebelumnya bahwa Puteri Krystal bisa terlihat semenarik ini ketika matanya terpejam dan bagaimana bisa rambutnya yang jelek itu terlihat lucu saat ditiup angin?

Jongin hampir tersedak ludahnya sendiri saat Krystal membuka matanya dan menatapnya bingung. Kenapa dia membuka mata secepat itu sementara yang lain masih berdoa untuk ayahnya?

Krystal masih menatapnya bingung. Ia terlihat seperti seseorang yang sedang berusaha mengenali teman lamanya sendiri. Mungkin bukan teman lama, lebih seperti orang asing yang mengambil cukup banyak ruang di album fotonya.

Ah,
Dia Kim Jongin.

Tidak ada hal lain yang bisa Krystal lakukan selain tersenyum kepadanya. Dan Jongin membeku karena itu.

Krystal tidak pernah tahu sebelumnya bahwa ia bisa tersenyum setulus ini.

Dan Jongin tidak pernah tahu sebelumnya bahwa senyum seseorang bisa terlihat semenarik ini.

Jongin gila. Cukup gila untuk melangkahkan kakinya begitu saja ke arah panggung. Tidak ada yang menyadarinya. Semuanya masih berdoa, memejamkan mata mereka dan melantunkan berbagai doa tulus di dalam hati mereka.

Dan semuanya terjadi di luar kesadaran Jongin. Tangannya meraih milik Krystal dan menuntun gadis itu pelan menuruni panggung. Tapi Krystal sadar, sepenuhnya. Dan ia cukup gila untuk menuruti langkah orang asing di depannya ini.

Dan mereka berlari, entah kemana, mungkin ruang musik. Atau olahraga. Jongin tidak peduli. Yang jelas ia langsung menutup pintunya ketika mereka sampai.

Jongin menarik napas dalam, ia rasa ia kekurangan oksigen tadi. Ia memejamkan mata, menarik napas dari hidung dan mengeluarkannya dari mulut. Ia melakukan itu berulang-ulang. Lalu saat ia membuka matanya,

Tunggu,
Apa ini?

Jongin mengerutkan keningnya saat melihat Krystal tengah berdiri di depannya dan menatapnya dengan tatapan bingung.

Kapan dia membawa gadis ini kemari?

Dan kenapa mereka bisa ada disini?

"Kim...Jongin?" Krystal bertanya.

"Jung...Krystal?" Jongin balik bertanya.

Dan mereka saling bertatapan bingung. Krystal bertanya-tanya apakah Kim Jongin ini waras karena...hey, dialah satu-satunya yang membawanya kemari dan kenapa kini Kim Jongin malah terlihat ragu?

Jongin mengernyit. Ia menatap Krystal yang sedang menatapnya juga dengan tatapan bingung. "Kenapa kita bisa ada di sini?"

clarity

"Amin."

"Amin."

Dan ketika mereka membuka mata, Puteri Krystal tidak lagi ada di tempatnya.

clarity

 

 

SORRY FOR THE LATE UPDATE! hope you guys like this and hm yeah, a comment would be nice :)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kkamjung #1
Chapter 1: Lanjuuut lanjuuuut penasaran bgt
meimeipai #2
Chapter 4: Lanjut lanjut lanjut lanjut
dhedho
#3
Chapter 4: Lanjutin dong author?? ::>_<:: ceritanya bagus nih huhuhu..
Ayashaap #4
Haihai!
Bingung mau baca fanfiction kaistal dalam satu blog?
Kunjungi https://kaistalffindonesia.wordpress.com blog dgn +470.000 hits.
Bingung mau baca fanfiction sestal dan kaistal dalam satu blog?
Kunjungi https://sekaistalffindo.wordpress.com lagi ngadain hiring admin dan artworker.
Kami tunggu kedatangannya yaa!
sunggaeul #5
Chapter 4: hahaha jongin.. Jongin.. Nyeret anak orang kok ngga sadar /gelengkepala/
sunggaeul #6
Chapter 3: O.M.G. Jongin..!!!!!!!!!!!!!!!! Ckckck
sunggaeul #7
Chapter 2: waaahh.. Krystal jatuh cinta.. Haha
sunggaeul #8
Chapter 1: pnasran gmna reaksi jongin pas tau penampilan krystal
sunggaeul #9
ceritanya menarik nih..
snxwfall #10
ya ampun, dari awal aja niatnya jongin udah gak bagus. kasian krystal cuma dimanfaatin biar jadi orang kaya. cepet dilanjut ya kimieadachi-sshi.fighting.