Marquee

Marquee Reflection
Please Subscribe to read the full chapter

“Sial!” rutukku lirih.

Aku berdiri di depan cermin di samping lemari, menelusuri bekas merah yang sedang ku tatap dengan nanar di dalam cermin. Aku menggelengkan kepala tak percaya bagaimana mungkin hal memalukan itu terjadi. Aku ingat semua kejadian semalam. Malam yang sangat indah bersama Sehun tentu saja, tapi ternyata tidak hanya itu yang terjadi. Ada insiden kecil yang−ugh! aku benci mengingatnya!

Sangat menjengkelkan. Dan memalukan.

Aku menepis kejadian-kejadian yang terlintas di pikiranku hingga aku lupa bagaimana runtut kejadian awalanya hingga akhir. Yang ku ingat hanya saat dimana Sehun mulai menenangkanku karena aku berteriak seperti orang gila dan menabraki barang-barang di ruanganku. Secara refleks aku melihat ke sekeliling kamar dan melihat barang-barangku berserakan di lantai. Lalu…. Sial! Sial! Sial! Aku ingat aku menyebutkan nama Jongin semalam. Sial!

Kutekan bekas merah dilenganku sedikit untuk memastikan bagian mana saja yang terasa sangat sakit dan menggertakkan gigi sebal. Aku tau, aku tau setelah kejadian memalukan itu semuanya kembali berjalan lancar semalam, tapi tetap saja, menyebutkan nama Jongin di depan Sehun ketika kami sedang menikmati saat-saat berdua? Oh, aku sudah gila!

Aku hanya tidak mengerti kenapa trauma itu masih ada setelah sekian lama, dan aku tidak tau trauma itu ternyata masih ada. Ingatanku kembali melayang saat dimana untuk pertama kali dan terakhir kalinya aku berhubungan seks dengan Jongin. Semuanya berawal dari saat itu. Dan itulah kenapa hubungan kami berdua berakhir, walau tidak hanya itu saja alasannya.

Bahuku naik turun mengikuti napasku yang cepat, tangisku tertahan, aku ingin meledak, berteriak sesadar mungkin karena membiarkan ingatan bersama Jongin kembali berputar dikepalaku seperti film pendek yang ditampilkan di layar lebar, terlalu jelas dan menyesakkan. Tubuhku merosot ke lantai dan aku menangis dalam diam, seperti yang aku lakukan selama setengah tahun setelah hubunganku dengan Jongin berakhir.

“Eunjoo, kau baik-baik saja?” Sehun bersuara dari atas ranjang dan sedetik kemudian aku bisa merasakan tubuh Sehun berada di belakang tubuhku. Aku cepat-cepat menghapus air mata yang telah mengalir dan berusaha untuk tidak sesenggukan. Ketika ia tau aku sedang menangis, ia beralih ke depan tubuhku dan menatapku khawatir. “Apa yang terjadi?” tanyanya lagi.

Aku menggeleng. “Tidak terjadi apapun, aku baik-baik saja, Sehun.” Suaraku parau karena tangis, aku mencoba bangkit berdiri dan Sehun membantuku. Aku mengerang saat Sehun memegang lenganku yang memar dan dengan gerakan defensif aku menyentakkan tangannya yang menempel dilenganku. Sehun sedikit terkejut saat aku menyentaknya, tapi kemudian ia melirik lenganku, melihat memar yang tidak aku tutupi dengan telapak tangan. Sehun melihatnya.

Ia menatapku dan terlihat semakin khawatir. Dan hebatnya, tatapan itu membuatku merasa hangat, aku tidak mengerti kenapa, tapi aku senang melihatnya memberiku tatapan khawatir seperti sekarang, rasanya tatapan itu penuh dengan cinta dan sedang memelukku lembut, membuatku nyaman dan aku ingin terus seperti ini. Aku menghibur diriku sendiri di sela-sela keganjilan yang terjadi.

“Ya ampun, Eunjoo.” Sehun menyentuh lembut lenganku yang memar, ku akui warna merahnya memang terlihat sangat mencolok. “Jelas kau tidak baik-baik saja.” Ia menekankan.

Sehun memapahku ke atas ranjang dan mendudukanku disana. “Sehun, aku tidak apa-apa, ini hanya memar biasa, sebentar lagi juga akan sembuh.” Aku membela. Entah untuk apa aku membela, aku meringis.

“Tidak, Eunjoo. Aku yang melakukannya, aku yang membuat memar itu. Memarmu bisa saja menjadi semakin buruk.” Sehun mulai berlari di dalam ruangan, menyambar handuk dan baskom di dapur. Ia membuka lemari pendingin, mengambil beberapa es di freezer dan memasukannya ke dalam baskom.

Aku menghela napas, mengerti aku tidak bisa menghentikannya, aku memutuskan untuk menuruti apa yang Sehun lakukan. Setelah meluncur dari pantry, Sehun langsung menggarap lenganku, ia mengompres dan menempelkan es yang terbalut handuk dengan pelan ke seluruh permukaan bekas merah di lenganku.

“Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk menyakitimu, tidak pernah sekalipun. Tapi melihat apa yang telah terjadi−“ ia menuding memar dilenganku dengan dagunya. “−dan memar ini, aku telah menyakitimu. Maafkan aku.” Ia mengatakannya dengan sungguh-sungguh, ada nada penyesalan dalam suaranya, dan itu menyakitkan untukku. Aku memandangi wajahnya yang menunduk menatap memarku dan masih mengompresnya. Ini semua salahku, salahku karena hal sialan itu tiba-tiba muncul, tapi kenapa Sehun yang merasa menyesal? Kenapa ia yang merasa bersalah? Ini semua kesalahanku. Harusnya aku yang merasa bersalah. Sehunlah yang menolongku, ia yang telah membantuku semalam.

“Hei… kau tidak salah Sehun,” aku menyentuh sisi wajahnya dengan tanganku yang bebas. “Jangan minta maaf, ini semua salahku.” Aku mengangkat wajahnya, membuatnya menatapku. Kami diam cukup lama, menelusuri wajah kami masing-masing. Aku membuat senyum untuk menghilangkan rasa bersalahnya. Sehun membalas senyumku kemudian mendekatkan wajahnya pelan pada wajahku. Aku menariknya lebih dekat agar kami lebih mudah berciuman. Napasnya berhembus menerpa bibirku saat wajahnya semakin mendekat, membuat bulu kudukku meremang. Ia melumat bibirku lembut, awalnya ia terlihat ragu-ragu tapi aku tau ia sengaja mempermainkanku. Jadi aku menarik lehernya lebih dalam, bibirnya bergerak pelan namun terasa sangat kasar, tangannya meraih pinggangku dengan hati-hati menghindari gerakan menyenggol lenganku yang memar. Aku menggapai rambutnya dan meremasnya pelan.

Setelah bibir kami berciuman cukup panas, Sehun menarik diri dan bangkit, menjentikan tangannya ke udara, memunculkan sebuah ide.

“Eunjoo, bagaimana kalau kita pergi keluar bersama hari ini?” katanya dengan nada ceria yang dibuat-buat. Aku megangkat kedua alisku. “Sebagai permintaan maaf−“ Sehun berhenti saat aku mendelik padanya. “Oh, bukan. Maksudku, sebagai… kencan pertama kita. Bagaimana? Bukankah itu lebih enak didengar? Ayo kita pergi ke suatu tempat.” Aku melongo melihatnya, aku tidak tau Sehun bisa bersikap seperti ini dan ini membuatku terkejut. Sehun masih berdiri di depanku menunggu jawaban.

Aku memanyunkan bibir, menimbang-nimbang permintaannya. Aku menahan tawa saat usahaku untuk menggodanya membuat ia ikut memanyunkan bibir juga dengan posisi yang lucu. Aku tertawa dan menjawab, “Baiklah.” Senyum merekah di wajah Sehun dan bertepuk tangan heboh ke sekeliling ruangan.

-

Sebelum matahari bersinar tepat di atas kepala kami, kami langsung meluncur ke luar halaman parkir setelah membersihkan diri dan sengaja untuk tidak sarapan di rumah. Kami berencana untuk pergi ke beberapa tempat−yang aku tidak tau. Sehun menolak untuk memberitahuku kemana saja tujuan kami.

Yang kutahu, pertama kalinya kami berhenti setelah mengisi penuh tangki bensin mobil Sehun di pengisian bahan bakar, Sehun membawaku ke restoran kecil dan sederhana di pinggiran jalan. Ia memberitahuku bahwa ini restoran favoritnya dan selalu mampir untuk makan setiap kali akan pergi ke tempat tujuan kami nanti. Menu makanannya sama seperti restoran pada umumnya, tak ada yang berbeda dan aku tidak melihat apapun yang spesial di sini yang membuat restoran ini istimewa, setidaknya di mata Sehun.

Setelah makan siang kami kembali meluncur ke jalanan. Aku masih tidak tau kemana kami akan pergi. Sehun masih saja tutup mulut dan aku hanya memanyunkan bibir melihat sikapnya yang sok misterius. Sehun memutar beberapa lagu western didalam mobil. Dan yang mengejutkan di playlist yang sedang ia putar sekarang ada beberapa lagu reggae, aku tidak tau ia menyukai lagu reggae. Aku tidak ingin menanyakannya tapi aku cukup tau mendengar lagu itu di playlistnya mengindikasikan ia menyukai genre musik itu, terlebih saat ia ikut menggumamkan beberapa lirik dari lagu itu dan menggerakan kepalanya dibalik setir mengikuti irama lagu.

Yang membuatku gelisah yaitu saat salah satu lagu di playlist Sehun diputar dan itu adalah lagu yang sudah lama aku hindari. Lagu dari masa laluku, yang berarti saat-saat aku bersama Jongin. Aku menutup telinga agar aku tidak mendengarkan lagu Dear God milik Avenged Sevenfold, tapi tetap saja masih terdengar. Aku menyerah. Mencoba peruntungan mencari pengalih perhatian di luar jendela mobil.

Aku mencoba mencari pengalih perhatian, tapi yang terjadi aku justru memikirkan perasaanku sendiri, yang benar-benar sedang terjadi. Aku menyandarkan kepalaku ke jendela. Lenganku menekan pada pintu, tapi memarnya sudah tidak terlalu terasa karena lenganku diolesi krim penghilang rasa sakit sebelum berangkat tadi.

Lagu sudah berganti, Counting Star menjadi latar musik menemaniku menyusun untaian kata. Aku menghela napas pelan.

Pada akhirnya aku menerima semua yang Sehun inginkan dan yang telah ia lakukan. Aku bukannya tak berdaya menghadapi pesonanya yang sangat memabukkan, kecil dalam hatiku aku mengakui bahwa aku menginginkan hal yang sama juga seperti yang Sehun lakukan. Maka ketika ia mulai melakukan hal yang lebih denganku semalam, aku menerimanya dan… aku menikmatinya.

Aku bukan remaja lagi, aku tau apa yang aku lakukan. Aku bisa membedakan mana yang benar dan salah, yang baik dan buruk, tapi ketika bersama Sehun rasanya semua hal menjadi positif, selalu benar dan baik. Kesadaranku hanya beberapa persen meninggalkan pemahaman tentang kebenaran yang presentasenya lebih besar. Aku terlalu terbawa suasana saat ini, tapi aku menerima dan menikmatinya, setidaknya aku bahagia. Aku tidak mengerti kenapa aku sebegini gampangnya terjatuh pada hati Sehun. Sekali lagi, karena ia sangat memabukkan.

Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres, tapi aku tidak tau apa itu.

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
marumero
My current on going story; Second Third. Luhan and OC in action, pls give me your support guys :)

Comments

You must be logged in to comment
irnacho #1
Chapter 20: yaelaaah si eunjoo knp ga bunuh diri sekali aja ya. harusnya dia sadar, secintanya sehun sama dia, tapi cintanya sehun ke dia ga lebih besar dari rasa cintanya ke junhee. buktinya sehun ga sedikit pun ngehalangin niat eunjoo pas dia mutusin buat mengakhiri hub mereka. sehun langsung bilang iya tanpa mikir lagi. gila, nyesek meeeeen waktu sehun bilang "baiklah, jika itu yg kamu mau." ih aku klo jd eunjoo udah nangis darah. dan udah fix ga mau ngarepin dia lagi. duh eunjoo nyakitin diri sendiri aja sih. dia mah pusing di buat sendiri.
irnacho #2
Chapter 18: dan sekali lagi aku harus bilang, eunjoo bodoh bgt klo dia masih mau pertahanin sehun setelah apa yg dia tahu dari mulutnya junhee. trus sukaaaa banget pas bagian moment eunjoo-jongin. duhduhduhduh pokoknya sukalah
irnacho #3
Chapter 17: yailah jongin, sepele bener ya alesannya wkwk
tapi mungkin itu jadi batas kekecewaannya dia kali ya, udah mah bete sama sikap eunjoo trus di tambah dia ga inget sama ulang tahunnya. iya sih pasti bakal kesel, sedih, marah, kecewa dan sebagainya. kayaknya jongin bener2 udah ke apus ya dari hatinya eunjoo? atau jangan2 selama ini yg eunjoo rasain ke sehun itu cuma sekedar pelarian. karena kan pas sehun dateng eunjoo blm bener2 bisa ngelupain jongin. bisa jadi bisa jadi. aku harap sih gitu ya. makanya eunjoo susah ngelepasin sehun karena ya emang sehun yg bikin dia nyaman setelah dua tahun itu dia berkutat dgn keterpurukannya. tapi ya tetep aja caranya salah.
irnacho #4
Chapter 15: aku mau komen tapi ga tau harus mau komen aku. terlalu gemes sama semua tokohnya aaarrrgh
irnacho #5
Chapter 12: Aaaarrrgh knp eunjoo oon bgt siiiih
Heuuuu gemes bgt deh pengen nyakar dia
irnacho #6
Chapter 11: Aduuuh baru ini aku baca ff dan ga suka sama tokoh utamanya. Eunjoo tuh ya, trlalu bodoh. Sangking bodohnya pengen bgt unyeng2 rambutnya dia heuheu
irnacho #7
Chapter 10: Eunjoo bikin penyakit doang. Nyakitin diri sendiri aja, udah tau salah masih di terusin ckck
irnacho #8
Chapter 9: Trus sehun jawab : "ga bisa, karena aku udah mau nikah sama junhee." Jederrrr
Knp eunjoo ga cb berpikir ke masa lalu ya? Dia kan prnh di selingkuhin, harusnya dia bs lbh bijaksana. Karena dia pasti tahu gmn sakitnya di selingkuhin. Sekarang dia yg jd selingkuhannya dan ibaratnya dia mau ngerebut sehun dari pacarnya yg udh kenal sehun jauh lbh lama dr dia. Jd keliatan egois.
irnacho #9
Chapter 8: Aduuuuh knp eunjoo jd bodoh bgt ya. Dulu dia bs ninggalin jongin yg udh pacaran lama, knp sama sehun yg baru kenal, istilahnya deketlah, beberapa bulan susah bgt buat ngelepasin?
irnacho #10
Chapter 7: Sehun kacaaaauuu
Dan entah knp aku malah pengen eunjoo balik sama jongin. Rada sebel aja gitu pas dia tau klo slama ini dia jd selingkuhan sehun tp si eunjoo bukannya marah malah nyium sehun. Ya Apa pun alasan sehun, apa yg dia lakuin tetep salah. Klo di terusin justru itu semakin bikin eunjoo sakit sendiri. Jd mending udahin aja. Msh ada jongin, ya walau pun dia jg prnh ngelakuin hal yg sama tp senggaknya jongin sekarang nyesel sama perbuatannya dan yg pasti dia cinta sama eunjoo. Di banding sehun yg nganggep eunjoo ga lbh dr cewe yg cuma di datengin klo lg butuh doang. Berasa kayak tempat sampah.