The Chicken

Wanted

Suasana kota Seoul malam hari tidak jauh beda dengan waktu siang. Hiruk pikuk keramaian masih terjadi di beberapa titik kota. Badan jalan begitu sesak dijejali kendaraan bermotor. Masing-masing bangunan tinggi menempati kordinat lain di sisi bahu jalan. Kokoh dan angkuh. Cahaya lampu dari gedung bertingkat itu saling beradu dan berpendar, menciptakan sebuah pemandangan indah sekaligus arogan. Gemerlap kota ini tidak akan pernah mati. Sepanjang waktu, tidak terputus. Kota besar ini akan menunjukan eksistensinya untuk selalu ‘hidup’. Tak peduli uap konfrontasi dengan negara utara sudah menyublim menjadi kristal.


 

Dan ketika malam hari seperti sekarang, kesibukan-kesibukan masyarakat kota Seoul tidak senantiasa berhenti sampai di sini. Mereka lebih senang menunggu mid night sale sampai dini hari, memborong barang-barang keperluan rumah tangga atau sekedar menambah koleksi pakaian dan tas keluaran terbaru. Mereka tidak mau menyia-nyiakan akreditas kota mereka sebagai kota metropolitan. Hedonitas seakan telah mendarah daging. Dan hal tersebut dianggap lumrah bagi sebagian orang.Termasuk kesebelasan tim football fakultas seni.


“Lima ratus ribu won. Aku akan membayarnya lima ratus ribu won.” Taecyeon mengacungkan tangannya untuk kesekian kali, berharap tak seorang pun mengajukan harga lebih tinggi. Rahang pemuda itu mengeras. Dia tampak ngotot ingin dilayani oleh cewek berbikini yang sekarang sedang mengedip manja dari atas panggung.


Malam ini anggota football berkumpul di salah satu diskotik malam Korea Selatan. Setelah pluit panjang dibunyikan dan skor kemenangan tercetak mutlak, kesebelasan pemuda itu tak membuang-buang waktu untuk menggeber kendaraan mereka dan berkendara mendatangi salah satu club elit di kawasan Gangnam. Dari semua tempat yang direkomendasikan oleh pentolan-pentolan sepak bola itu, Nichkhun memang lebih memilih tempat ini daripada rumah prostitusi yang diusulkan Taecyeon. Alasannya sederhana. Cuaca sedang berada pada hitungan sembilan belas derajat. Ia tidak butuh perempuan untuk memanaskan ranjangnya. Minuman keras lah yang ia butuhkan.


Dan dari berita yang Nichkhun dengar, club malam ini memiliki semua jenis bir dari beberapa negara di luar negeri. Namun Taecyeon tampak berkeras ingin mereka pergi ke tempat pelacuran. Temannya itu memang sedang berada dalam kondisi panas. Ia satu-satunya orang yang tampak gila-gilaan pada pertandingan tadi. Dengan tubuhnya yang besar menyerupai raksasa, tidak terhitung berapa banyak lawan yang ia lempar keluar lapangan. Nichkhun tahu apa yang dilakukan oleh Taecyeon semata-mata ingin menunjukan dirinya kepada Minjun. Tapi sayangnya, cowok cantik itu mengangkat bokongnya dari bangku penonton setelah melihat aksi brutal yang dilakukan oleh Taecyeon. Namanya juga sepak bola, kalau tidak brutal lebih baik mengalah saja. Dan mengalah adalah bukan gaya seorang Taecyeon.


Si besar itu terus mendesak agar mereka mengikuti usulnya. Namun setelah dibujuk oleh Chansung, pemuda itu akhirnya bersedia menganggukan kepalanya. Chansung mengatakan bahwa club malam yang akan mereka datangi sering membuka lelang gadis-gadis seksi yang bisa dipakai untuk memuaskan pria-pria berhidung belang. Dan Ok Taecyeon benar-benar tidak sabaran setelah itu. Hingga sampai lah mereka semua di tempat ini. Tanpa ba-bi-bu lagi, Taecyeon segera mengikuti kegiatan lelang itu yang berakhir dengan suasana ‘panas’ seperti sekarang.


“Tujuh ratus ribu won!” seorang lelaki paruh baya tak mau kalah. Dia mendelik dengki kepada Taecyeon yang dibalas dengan salam jari tengah oleh pemuda itu.


“Bangsat. Tujuh ratus lima puluh ribu won!!” geram Taecyeon kesal.


“Delapan ratus ribu won!!” sahut pria hidung belang yang sama. Tak ada yang menunjukan tanda-tanda akan mengalah. Apalagi Taecyeon. Seumur hidupnya, Ok Taecyeon tak akan pernah berteman dengan kata ‘kalah’. Nichkhun yang melihat pertentangan panas itu hanya diam saja. Diam dan menikmati, turun tangan bila diperlukan. Sedangkan Chansung… dia hanya menyesap wiskinya dengan tenang. Sudah bukan satu kali mereka terlibat pertentangan macam begini, jadi dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi, Nichkhun tidak perlu merasa khawatir. Toh percaya atau tidak, Ok Taecyeon yang akan keluar menjadi pemenang. Coba saja.


“BAJINGAN BUSUK. AKU AKAN MEMBAYARNYA SATU JUTA WON!!”


Benar kan?


Penawaran terakhir. Di jaman krismon seperti sekarang, tidak mungkin ada yang berani menawarkan harga lebih tinggi dari itu. Dan Ok Taecyeon pun tersenyum puas ketika palu diketuk, dan wanita berbikini itu turun dari atas panggung untuk memberinya service terbaik sepanjang malam.


 

∞∞∞


 

Waktu menunjukan pukul tiga saat Nichkhun dan kesepuluh teman-temannya meninggalkan lokasi pesta. Kesadaran mereka sudah terjun payung sejak beberapa jam yang lalu. Dan percaya lah, cowok-cowok yang biasa bersikap garang di kampus kini terlihat tanpa perlawanan. Yeah, mereka semua mabuk berat, dan beruntung Nichkhun tidak terlihat seteler Taecyeon.


“Ngh… kau tidak tau sejalang apa dirimu, hah? Dasar gigolo busuk hm…” Si besar itu mulai meracau macam-macam. “Sssh… dengar, aku tidak tertarik pada si cupu itu, Minjunie…” bau alkohol dan minuman keras sejenis mengaur dari kuap napasnya. Begini lah keadaan Taecyeon tiap kali keluar dari tempat hiburan malam. Ia selalu tepar lebih dulu bahkan sebelum Nichkhun menghabiskan botol keduanya.


“Hei Chan,” panggil Nichkhun setengah sadar. Nadanya seperti orang mengantuk. Husky. Pemuda ini menoleh untuk mengecek keadaan dua temannya. “Hantam saja kepalanya kalau dia terus ngoceh macam-macam.”


“Oh aku pasti akan melakukan itu, mate,” sahut Chansung dengan nada geram. Pemuda itu kebagian menggotong Taecyeon dan terlihat tidak sabar ingin menjejalkan tubuhnya kedalam mobil. Dari semua anak yang berada dalam pengaruh alkohol, hanya pemuda itu yang masih punya akal sehatnya. Nichkhun tidak heran, untuk urusan minum-minum begitu Chansung memang jagonya. “Kau tahu, aku lebih suka melihatnya menghantam kunyuk-kunyuk di kampus ketimbang sedang teler begini.”


 

Agree.”


Nichkhun sudah berhenti tepat di sebelah motor hitam berbadan besar. Pemuda itu kemudian merogoh sakunya untuk mencari sebuah kunci. Sebelum masuk ke dalam tempat maksiat itu, Nichkhun ingat betul kalau ia mengantongi kunci motor di kantong sebelah kanan. Tapi ternyata kunci motor itu tidak ada, bahkan disisi sebelah kiri.


“Bangsat,” desis pemuda itu murka. Nichkhun menendang velg motornya dengan geram. Tubuhnya agak limbung mengingat hangover masih bersarang di kepalanya.


“Ada apa?” Chansung menjulurkan kepalanya dari dalam mobil, sementara Taecyeon terlentang pasrah di kursi penumpang.


“Cewek jalang itu mengeruk seluruh isi kantongku.” Bibir Chansung membuat senyuman asimetris, tampak mengejek. Dia sudah menduga bahwa kejadiannya akan seperti ini. Nichkhun selalu kehilangan barang-barangnya saat kesadarannya sedang tiarap ke titik nol. Chansung tahu kalau temannya itu tidak terpesona pada keseksian penari tiang di club tadi. Efek wiskilah lah yang membuat seorang gentleman seperti Nichkhun bisa tunduk dan hilang kesadarannya.


“Naiklah, aku akan mengantarmu,” ujar Chansung yang disusul dengan bantingan pintu menutup. Nichkhun Buck Horvejkul sudah masuk ke dalam range rover evoque dan duduk bersahaja menempati kursi bagian belakang. Kepalanya bersandar pada sandaran jok dengan mata yang menerawang. Sudah berapa kali pemuda itu kehilangan kesadaran dan begitu ceroboh sampai kehilangan barang-barangnya? Mungkin tiga atau empat, entahlah. Nichkhun tidak mengingatnya. Ia terlalu cuek untuk mengingat hal-hal seperti itu. Lagi pula menurutnya, ia bisa membeli kembali barang-barang yang sudah hilang. Keluarganya kaya raya. Setiap bulan uang dalam jumlah besar selalu mengalir dalam tabungannya. Hingga detik ini, Nichkhun tidak pernah sekali pun merasakan kekurangan materi.


Hal itu memang benar. Karena sudah bukan rahasia lagi bahwa keluarga Horvejkul adalah sindikat mafia terbesar di Korea Selatan. Komoditi utama keluarga itu adalah kokain. Setidaknya bagi Taecyeon dan Chansung, dua laki-laki brengsek itu telah mengetahui bahwa keluarga temannya adalah otak dari semua perdagangan ilegal yang terjadi di negara mereka. Banyak agen pemerintah dan FBI yang menaruh kecurigaan pada keluarga Horverjkul. Terutama dalam kasus penyeludupan kokain dalam jumlah besar. Namun malangnya, kecurigaan itu tak pernah berbuah manis. Keluarga Horvejkul selalu bisa meloloskan diri dan bersikap seolah-olah bersih tidak terlibat. Bagi Nichkhun sendiri yang pernah turun langsung dalam transaksi jual beli kokain di Vietnam, memandang pekerjaan yang dilakukan oleh keluarganya sebagai peluang bisnis sempurna. Tapi sayang, saat itu ia tertangkap oleh polisi lokal di sana dan terpaksa mendekam di penjara selama beberapa hari.


Nichkhun memang terkenal sering keluar-masuk penjara. Ok Taecyeon juga begitu. Bedanya, kasus kejahatan yang dilakukan oleh Taecyeon biasanya berbau pemukulan atau pelecehan seksual. Di antara ketiga predator itu hanya Hwang Chansung yang masih masuk dalam kategori ‘bersih’. Chansung hanya terlibat dalam kejahatan dunia maya. Ia sering membajak jaringan kampusnya dan mengakses data-data yang berbau perkulihan seperti soal-soal ujian semester. Sehingga jangan heran jika diantara nilai mereka bertiga, Hwang Chansung lah yang menempati posisi puncak.


“Ngh… Khunnie... apa alasanmu menyelamatkan jalang itu hari ini? Aku ingin menyantapnya ugh...”


Igauan Taecyeon untuk kesekian kali memecah hening dalam mobil itu. Nichkhun berusaha menghiraukannya. Ia memejamkan matanya rapat-rapat, berpura-pura menulikan telinganya sementara waktu. “Dasar keparat…”


 

“Sialan…” geraham Nichkhun bergetar. Semakin lama kata-kata kotor yang kelar dari mulut Taecyeon membuat telingannya terasa panas. Apalagi pemuda itu membawa-bawa namanya. “Menurutmu, bajingan ini sejak tadi sedang mencela siapa, Chan?” tanya Nichkhun dengan nada datar sambil mengusap matanya. Pemuda ini mengurungkan niatnya untuk tidur. Mungkin mengobrol dengan Chansung bisa menepis rasa kantuknya.


“Minjun?” ujar Chansung dengan suara huski yang sama.


“Jangan bercanda.” Nichkhun memasang wajah serius. Matanya mengawasi Taecyeon sekilas sebelum melanjutkan kata-katanya. “Si brengsek ini pasti akan memuja-muja Minjun jika dia sedang mabuk berat.”


“Ah kau benar, dia begitu tergila-gila pada cowok itu, kan?” Nichkhun tidak menjawab. Karena pertanyaan itu sudah sejelas perkalian matematika 1 × 1 = 1. Bahkan Nichkhun yakin, mahasiswa berkaca mata paling tebal di kampus tahu jawaban itu. Ok Taecyeon tergila-gila pada Kim Minjun. Namun sayang, hingga detik ini Minjun sama sekali tak menunjukan ketertarikan pada tipikal badboy seperti Taecyeon. “Kalau begitu cowok cupu yang tadi pagi nyaris dia grepei.”


Nichkhun mengangkat alisnya.


“Siapa namanya? Puyoung? Buyoung?”


“Aku tidak kenal,” sambar Nichkhun cepat.


Tidak ada percakapan lagi setelah itu. Keduanya benar-benar lelah untuk sekedar memperdulikan nama mangsa Taecyeon tadi pagi. Biarkan saja Taecyeon sibuk dengan halusinasinya dan Chansung dengan setirnya. Nichkhun sendiri sedang tak kuat menahan rasa pening dikepalanya. Rasanya seperti tertusuk ribuan jarum hingga ia menggeram kecil. Dalam keadaan seperti ini, apa jadinya kalau tadi ia pulang mengendarai motornya? Bisa-bisa besok pagi ia terbangun di Rumah Sakit. Untung saja tidak, Tuhan masih sayang dengan bajingan seperti Nichkhun. Pemuda berambut cokelat itu lalu memejamkan kedua matanya lagi, sementara mobil Chansung melaju kencang di lintasan jalan raya kota Seoul yang sedikit lebih lenggang.



 

∞∞∞



 

Nichkhun terbangun esok harinya setelah mimpi aneh muncul dalam tidurnya. Ia tidak tahu mengapa, tahu-tahu mimpi itu mengajaknya kembali pada kejadian sebelum pertandingan football dilaksanakan. Tepatnya pagi hari, ketika dirinya, Taecyeon dan Chansung sedang duduk-duduk di kafetaria dengan Lee Kwangsoo yang berlutut menyembah kaki Ok Taecyeon. Ia hanya menyesap smirnoffnya, sementara Hwang Chansung terlalu sibuk dengan PSP ditangannya.


“Ayolah Taecyeon-ssi. Kami benar-benar memerlukan bantuanmu.”


Taecyeon tertawa keras. “Lupakan lah Kwangsoo, aku tidak punya banyak waktu.”


“Kumohon… tim football benar-benar membutuhkan kalian. Kau tahu, tim kita selalu menang jika kalian masuk ke dalam lapangan. Kumohon, pikirkan sekali lagi.”


Well, kami benar-benar sibuk mate,” kata Taecyeon sambil mendorong tubuh Kwangsoo sampai dia terjengkang kebelakang. Pemuda jangkung itu bangun kembali dan meneruskan apa yang baru saja ia lakukan. Menyembah-nyembah Ok Taecyeon dengan wajah melas, yang Nichkhun pikir mirip seperti gembel-gembel busuk di perempatan jalan raya. Ia berusaha menikmati pemandangan itu, setidaknya bisa sedikit memperbaiki moodnya. Karena kebetulan sekali, pagi-pagi buta Ok Taecyeon mengumpulkan dirinya dan Chansung di tengah kafetaria kampus yang masih sepi. Padahal sebelumnya, mereka bertiga baru saja pulang dari arena balapan liar pada pukul lima pagi. “Begini saja, apa yang bisa kau tawarkan padaku kalau kami mengikuti pertandingan itu?”


Kwangsoo terdiam. Ini benar-benar menarik, pikir Nichkhun. Bibirnya tersenyum miring, sementara gelas smirnoff masih setia menemaninya. Nichkhun ingin tahu apa yang bisa pemuda bodoh itu tawarkan kepada Taecyeon. Apa yang dia punya sehingga bisa bersikap seperti itu kepada rekannya? Uang? Mobil mewah? Ketenaran? Kekuasaan? Sahabatnya itu memiliki segalanya. Apapun yang Taecyeon mau selalu tersedia tanpa harus berusaha keras. Kecuali kalau Kim Minjun masuk hitungan.


“Bagaimana? Kau tidak punya apa-apa Lee Kwangsoo. Kau pikir siapa dirimu, hah?” Nichkhun rasa Taecyeon akan meludah di wajah Kwangsoo saat itu juga. Dan si besar itu benar-benar melakukannya. “Menyingkirlah dari pandanganku. Kau membuat segalanya terlihat buruk.”


Taecyeon menendang bahu Kwangsoo dengan keras. Seingga untuk kedua kalinya, kapten kesebelasan football itu terjungkal ke lantai kafetaria yang dingin. Semuanya jadi terlihat tidak seru untuk Nichkhun. Ia baru saja akan menyiapkan dirinya untuk pergi dari sana. Menghisap rokok rasanya lebih menyenangkan daripada ini. Tapi Kwangsoo kembali bangun dan memeluk kaki temannya dengan erat.


“Tolonglah. Satukali saja, Taecyeon-ssi. Aku akan memastikan Minjun duduk dibangku penonton hari ini.”


Benar-benar berani.


Bahkan Chansung saja sampai mempause permainannya dan menaruh perhatian penuh pada kejadian itu. Taecyeon tampak mempertimbangkan. Sementara dirinya, masih meneguk smirnoffnya dengan sekali tegukan panjang. Ia mengusap bibirnya dan menatap Lee Kwangsoo dengan pandangan remeh. Kim Minjun tidak pernah sekali pun menyaksikan pertandingan football. Bukan karena cowok itu terlalu cupu atau apa, dia lebih senang menggunakan waktunya untuk mengasah kemampuan vokalnya daripada membuang-buang waktu seperti sebagian orang di sini. Cowok itu adalah salah satu primadona kampus yang memiliki suara emas. Dia sering manggung mengisi acara kampus atau sekedar menyanyi di pesta ulang tahun teman-temannya. Jadi menurut Nichkhun, kemungkinan untuk membuat Minjun duduk dibarisan kursi penonton sama saja membuat Lee Kwangsoo menumbalkan tubuhnya untuk dipukuli oleh Taecyeon.


“Baiklah.” kata Taecyeon akhirnya. “Kau akan habis kalau dia tidak di sana hari ini.” Ia bangkit dari kursinya diikuti oleh Chansung dan kemudian Nichkhun. Nichkhun sempat tertawa melihat wajah Kwangsoo, tapi kemudian kakinya segera berlalu mengekori langkah Taecyeon yang sepertinya berjalan menuju lapangan.


Dan benar saja, Nichkhun sudah bediri di tengah-tengah lapangan dengan Taecyeon dan Chansung yang masing-masing menempati posisinya. Ok Taecyeon adalah seorang quarterback dalam pertandingan itu. Tugasnya sederhana, dia hanya menerima operan snap ketika pergerakan bola dimulai. Pemain quarterback bisa memilih untuk menyerahkan bola kepada pemain running back, melemparkannya ke pemain lain, atau sendirian membawa lari bola. Dan Nichkhun sendiri adalah running back yang bertugas memblok dan menangkap lemparan bola, dan kadang-kadang menyerahkan bola ke rekan sesama pemain. Sedangkan Chansung, porsi tubuhnya yang besar menguntungkannya untuk bertindak melindungi quarterback sekaligus membuka ruang bagi pemain yang lari membawa bola sebagai pemain tight end.


Di tengah-tengah latihan serius mereka itu, tidak tahu ulah apa lagi yang sedang dipikirkan oleh Taecyeon. Nichkhun baru menangkap bolanya dan akan mengoperkan bola itu kepada Taecyeon. Namun sayangnya, bajingan itu sudah meninggalkan posisinya dan mendekati cowok cupu yang sedang berdiri di sekitar sana. Oh, mungkin itu maskot football, pikir Nichkhun. Ia mengamati maskot itu dan tertawa kecil. Dengan pakaiaan ayam seperti itu memang berpotensi menggerakan libido siapa saja untuk mendekat, apalagi kakinya terlihat begitu kurus dan ramping. Nichkhun jadi membayangkan sedang menyentuh kaki itu dan kemudian… tahu lah bagaimana pikirannya.


Tindakan Taecyeon selanjutnya benar-benar membuat dirinya terbahak. Bajingan itu berusaha menggerepe ayam itu dan si ayam terlihat tak keberatan. Andai saja Nichkhun tahu apa yang sebenarnya terjadi, mungkin ia tidak akan terbahak-bahak ketika menemukan mangsa baru kawannya memasang wajah menyedihkan, sementara Ok Taecyeon begitu bersemangat menggerepenya. Biasanya sih tidak ada orang yang menolak sentuhan Taecyeon. Semuanya justru berlomba-lomba ingin disentuh oleh pemuda itu. Laki-laki atau perempuan. Semuanya sama saja dimata Nichkhun. Murahan.


Nichkhun kemudian melemparkan bola itu pada Taecyeon. Bagaimana pun, latihan itu harus tetap berjalan. Pemuda ini sama sekali tak merasa bersalah ketika bola itu menghantam punggung Taecyeon dan si ayam bergegas lari meninggalkan lapangan. Oh jadi tadi itu… pikirannya baru saja terbuka ketika maskot itu pergi. Mungkin kah dia keberatan oleh perbuatan Taecyeon? Mungkin kah dia… Ah, masa bodo lah. Nichkhun terlalu malas untuk memperdulikan hal itu. Taecyeon lalu menggeram murka padanya, dan ia hanya mengangkat bahunya pura-pura tidak sengaja.


Mimpi itu kemudian berakhir, dan menyadarkan pemuda berambut cokelat ini bahwa kelasnya sudah kosong melompong. Brengsek. Betapa tolol Taecyeon tidak membangunkannya. Apa dirinya terlalu pulas hingga tidak menyadari bahwa ia sudah ditinggal oleh dua rekannya itu? Dasar busuk, sekali bajingan tetap saja bajingan. Ia bangkit dari kursinya setelah memungut ransel merahnya. Dan tersadar, bahwa dirinya bukan orang terakhir yang meninggalkan kelas hari itu. Masih ada seorang cowok di depan sana. Wajahnya terlalu dekat dengan meja sehingga Nichkhun tak mengenali rupanya. Dari semua mahasiswa di kampus ini, memangnya Nichkhun peduli untuk mengingat wajah mereka satu-persatu? Biar pun pemuda ini tampak acuh tapi ia juga pilih-pilih dalam berkawan. Tapi tunggu dulu, bukan kah cowok itu yang kemarin digerepei oleh Taecyeon? Apa yang sedang dia lakukan disini?


“Hei chicken…” panggilnya dengan suara kasar.


Nichkhun Buck Horvejkul hanya tidak tahu. Kalau suara miliknya menimbulkan efek serius bagi seseorang di depan sana. Ayam itu makin menunduk dan mengigit bibirnya kuat-kuat.



 


...to be continued. 

 

Seperti yang kalian udah perhatiin. Alur disini terasa berjalan terlalu lambat. Aku pakai point of view dari Nichkhun dan Wooyoung doang. Untuk kedepannya mungkin akan ada selingan point of view Taecyeon, Minjun, Junho atau bahkan Chansung. Pokoknya gado-gado deh. Aku udah berusaha maksimal dalam nulis ini ugh... dan mohon maaf kalau masih belum memuaskan. Akhir kata, bersedia kah kalian memberi masukan atas chapter ini? Terimakasih :))

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Tina0608
#1
Chapter 6: Lanjut dong,penasaran setengah idup ne. . .
Apa lg aq channuneo shiper,pleaseeeeee lanjut dong. . .
adeloveskyu #2
Chapter 6: aaaahhh mau channuneo nya lagiii authornim ^^ please update soon.. ga sabar nunggu kelanjutannya terutama channuneo nya ^^ thankyou authornim
Twuland421 #3
Chapter 6: Oohh senangnya author update.. jadi terharu ak.. hehe
Semangat Thor buat chap selanjutnya.. ku tunggu..
hwootestjang #4
Chapter 6: Whoooaaa.. udah lama sih ditunggu. Yeay, khunwoo moment semakin hot.
Chanuneo juga makin evolve ni..
thank you for the story
yeppopjy
#5
Chapter 6: Akhirnya authornim update juga.. Aku udah baca berkali2 tapi masih sebel cerita nya gantung. Hehehe. Momen Khunwoo nya di tambah lebih banyak lagi dan si miss hwang nya segera di hilangkan dari peredaran. Hehehe. Jangan bosen update yah authornim. Fighting!
0430nayoung #6
Chapter 5: Arrrggghhh thor-nim
Akhir akhir ini suka lupa bukan aff
Berhubung satu dan lain hal hiks :'(


Btw tetap suka ceritanya ><
Plisss update secepat cepatnya,jangan kelamaan hiatus
Pada banyak yg nungguin nihh
Hohohoho
oshalalala #7
Chapter 5: Annyeong author-nim. Saya baru baca ini ff. Dan sejujurnya, saya juga ngikutin ff lawless'nya shioonrin-chan yg di ffn. Saya suka bgt penggambaran karakternya disini. Karakter sasuke di lawless tergambarkan dgn baik disini. Juga karakternya gaara.
Oh iya, kalo ini based on lawless, semua tokoh di lawless ada semua ga? Ato memang ada sedikit perubahan? Kalo sama semua, saya ga sabar nunggu siapa yg bakalan jadi neji sama shika. Hehe.. Oh iya, satu req dr saya, porsi channuneo rada dibanyakin ya thor. Yah, walopun mrk cuman pendukung, tp saya berharap ada porsi lebih. Hehe....
Sekian dari saya. Lanjutkan berkarya author-nim ^^
Afhazza #8
Chapter 5: Lanjutkan Thorrr ^_^ gak sabar nungguin kelanjutannya ^_^
Mrs_Jang #9
Chapter 5: Ku pen liat kelanjutannya.... g sbar, cpet update ya author nim.. :D
LenkaChakhi
#10
Chapter 5: Huua kayaknya aku ketinggalan yah ? Udah chap 5 aja .
Ma'af, onnie baru comment
Huaaa i need more . Pokoknya update lagi ayokk