4 -end!

Monochrome

Setelah terdiam beberapa saat, Ahri keluar dari persembunyiannya di balik dinding kantin. Sepasang tangannya menggenggam sekaleng soda jeruk, dan ketika ia sudah sampai di depan Yifan, Ahri menyerahkannya. “Buat kamu.”

Yifan yang tadinya tidak menyadari keberadaan Ahri langsung menoleh kaget, dan menunjuk jus jeruk itu. “Beneran buat gua nih?”

Ahri mengangguk dan menyerahkannya pada Yifan. “Kayaknya soalnya kamu capek banget,” katanya, dan mau tidak mau Yifan mengambilnya. Yifan membuka tutup kalengnya dan langsung meminumnya. Karena nggak enak melihat Ahri yang cuma berdiri diam menatapnya, Yifan menepuk tempat kosong di sebelahnya. “Duduk aja,” dan Ahri menurutinya. Ia memanjat meja itu dan duduk di sebelah Yifan.

“Kemarin gua nolak lu, gua nyakitin lu dan bikin lu nangis. Kok lu masih mau ngelakuin ini?” tanya Yifan, dan ia menoleh ke Ahri. Ahri hanya tersenyum dan berkata, “Nggak ada salahnya aku berharap dikit, kan? Meskipun aku yakin harapan itu bakal pupus…”

Yifan terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Ia menatap kosong ke lantai, dan Ahri bertanya lagi, “Kalo boleh tahu, ada orang lain yang kamu suka nggak?”

“Ada…”

“Hae, lu beneran?” tanya Eunra sekali lagi. Baru saja sahabat paling dekatnya menembaknya, dan tentu saja Eunra kaget. Masa sih Donghae bisa suka dia?

Donghae mengangguk, dan dengan sopan berlutut di depan Eunra. “Would you be mine? Gua tahu ini aneh banget, karena tadinya kita sahabat dan entah kenapa gua pengen kita jadi satu tahap lebih dekat. Awalnya gua berpikir, kita ini bener-bener nggak terpisahkan, tapi sepertinya gua nggak bisa kayak gini terus…”

“Donghae,” gumam Eunra memotong pembicaraan Donghae, dan mereka berdua terdiam lama. Eunra melanjutkan pembicaraannya, “Ada orang yang bilang ke gua… katanya, ‘kalo nggak cinta ngapain harus pacaran? Lebih sakit pacaran tapi saling pura-pura,’ gitu.”

“Orang itu pasti Yifan, kan?” tegur Donghae, dan entah kenapa omongannya pas banget. Eunra langsung menunduk, dan mengangguk pelan. Donghae seperti sudah tahu kalau akan ditolak.

“Eunra, gua ngelakuin ini karena takut hal yang gua takutin terjadi. Awalnya gua kira kita sahabat yang sempurna, pas gede nanti bakal pacaran, menikah, dan sebagainya. Tapi akhir-akhir ini gua mulai mikir, gimana kalo lu beralih ke cowok lain… dan kayaknya hal itu udah mulai terjadi. Bener nggak?”

Eunra terdiam. Siapa sih yang dimaksud Donghae?

“Yifan, Eunra. Gua tau lu mungkin nggak ada peka-pekanya, tapi akhir-akhir ini lu beda banget. Apa yang sekarang lu rasain ke dia?” sambung Donghae, dan Eunra masih speechless.

“Gua harap dia nggak mengalami hal kayak gua… Gua harap dia bakal sukses sama lu dan nggak sakit hati. Dan asal lu tahu aja, gua bisa ngerasain kalo dia juga suka lu…” Donghae menatap Eunra lurus, dan bersiap-siap untuk turun dari rooftop. Tapi sebelum Donghae menghilang, Eunra memanggilnya. “Donghae!”

“Ya?”

“Maaf,” jawab Eunra sambil tersenyum. Donghae balik tersenyum, dan menjawab, “Perasaan itu nggak bisa dipaksa.”

Sudah setengah jam ini Eunra duduk di rooftop, merenungi perkataan Donghae. Ia hanya menatap lurus ke pemandangan gedung-gedung di hadapannya, dan tiba-tiba saja tangga menuju rooftop berderit. Eunra menoleh ke belakang, dan ia mendapati Yifan.

“Gua kira apaan, ternyata elu…” gumam Yifan yang sepertinya berlari-lari. Eunra langsung bangkit berdiri, “Emang siapa yang nyuruh lu kesini?”

“Donghae,” jawab Yifan. “Dia suruh gua ke sini cepetan, katanya ada sesuatu yang pentinglah,” dan Eunra mencibir. “Bego, sih.”

Yifan langsung duduk tepat di emperan rooftop (asal tahu, di sini itu serem banget. Sekali melangkah langsung jatuh, apalagi ini di atap lantai enam) dan Eunra ikut duduk di sebelahnya. Yifan berkata, “Pengumuman kejuaraan udah selesai, Jiyong bingung banget karena lu yang mustinya ngewakilin basket 10-A nggak ada.”

“Hm…” Eunra hanya bergumam, dan Yifan menjenjangkan lehernya untuk melihat gedung-gedung. “Lu lihat rumah yang catnya hitam itu nggak?” dan Eunra mengangguk. “Rumahnya gede banget.”

“Itu rumah gua,” jawab Yifan bangga, dan Eunra menatapnya kaget. “Masa sih? Rumahnya keliatannya terlalu bagus buat lu tinggal di sana,” dan Yifan langsung mau menjitaknya, tapi Eunra langsung berkelit. “Eh, nggak bisaaaa.”

Tiba-tiba Eunra teringat ucapan Donghae tadi. Gimana kalo nanti Yifan beneran nembak dia –di tempat dimana Donghae juga nembak dia dan di tempat dimana Eunra nolak Donghae? Mendingan jangan sampe terjadi, pikirnya. Eunra bangkit berdiri, dan Yifan langsung menatapnya bingung. “Mau kemana?”

“Mau ke bawah,” jawab Eunra gugup, ia pun langsung berlari turun dari rooftop, meninggalkan Yifan sendirian.

Yifan menghela napas, memikirkan kata-kata Ahri dan jawaban yang ia berikan. Dia nggak tahu pasti, tapi kenapa harus ngomong ‘ada’ waktu Ahri bertanya tentang cewek yang dia suka? Yifan sendiri masih nggak yakin sama perasaannya.

Cewek yang menjadi tempat curhatnya untuk pertama kali, masa sih dia bisa suka itu cewek? Kalo sama cewek lain, kayaknya dia nggak bakal bisa curhat sebebas sama cewek itu. Tapi dia takut karma terjadi. Dia terlalu sering nolak cewek, dan takut cewek ini bakal nolak dia juga.

Kalo mau optimis, dia bisa aja mikir ‘nggak ada cewek yang nolak gua, gua populer!’ tapi kalo mau realis, pemikirannya yang dari tadi dia pikirin soal karma itu nggak salah.

Yifan hanya bisa berharap kalau sisi optimisnyalah yang akan menang.

Keesokan harinya, Eunra benar-benar menghindari Yifan karena kejadian awkward kemarin. Tiap mereka bertemu di koridor, Eunra yang seharian jalan-jalan sama Sunyoung langsung pura-pura kebelet pengen ke toilet. Tiap nggak sengaja papasan di koridor, Eunra langsung pura-pura ketinggalan baranglah, ngebenerin tali sepatulah, pokoknya dia menghindari Yifan!

Yifan sendiri bingung banget, tapi dia nggak tahu gimana cara bikin Eunra balik kayak biasa. Paling enggak dia berhenti ngehindarin aja udah bagus. Tapi setiap Yifan mau tanya alasan kenapa Eunra kayak gitu, Eunra pasti udah ngacir duluan.

“Woi, Eunra!” panggil Yifan saat Eunra melewatinya, tapi Eunra malah asyik tertawa dengan cewek yang dari tadi jalan-jalan dengannya. Yifan menatapnya sebal, lalu beralih ke kelasnya, membiarkan Eunra.

Sebenarnya Eunra ingin menjawab Yifan, tapi entah kenapa ia nggak bisa menjawab. Sunyoung terus-terusan dipaksa mau jalan-jalan keliling sekolah dengannya, dan Sunyoung sendiri tahu kalo Eunra ngehindarin Yifan. “Lu ada masalah apaan sama Yifan? Dia manggilin lu terus tapi lunya nggak jawab.”

“Banyak,” jawab Eunra males.

“Pastilah banyak, lu aja sampe narik gua jalan-jalan gini,” balasnya, dan Eunra hanya bisa meringis malu. Sunyoung menjawab, “Kenapa nggak ngajak Donghae aja? Biasanya lu kan nempel sama Donghae,”

“Tau ah,” Eunra langsung menghela napas ketika Sunyoung mengatakan itu, dan Sunyoung langsung tahu kalau dua sahabat ini juga sedang ada masalah. Ia menepuk bahu Eunra, lalu berjalan masuk ke kelas mereka.

Donghae sedang duduk di sudut belakang kelas bersama cowok-cowok lain, dan ia memangku sebuah gitar. Bahkan dari pintu kelas bisa terdengar melodi lagu yang dimainkan Donghae, You Are My Everything.

“Galau banget sih lu,” komentar Heechul, cowok yang duduk di sebelah Donghae. Donghae hanya tersenyum kecil dan menyanyikan refrain dari lagunya. “You are my everything, nothing your love won’t bring…”

Sunyoung mengangkat alisnya bingung, lalu ia mengejar Eunra yang sekarang sudah keluar dari kelas. “Woi, lu sama Donghae ada apaan sih? Kok dia jadi galau banget gitu?”

Eunra duduk di bench depan kelas dan mulai bercerita dengan suara pelan. “Jadi, kemarin itu sebenernya dia nembak gua.”

“Hah?!” pekik Sunyoung. “Terus, kok dia bisa galau gitu? Gua tebak, lu nolak ya?!” jawab Sunyoung, dan Eunra langsung mengusap wajahnya dengan dua tangan, dan ia mengangguk pelan. Sunyoung langsung mengangkat kedua alisnya, “Gua kira kalian saling suka!”

“Tepatnya, gua nggak tahu kalo dia pengen kita saling suka,” jawab Eunra pelan. Sunyoung menepuk bahunya pelan, tapi ia tidak bicara apa-apa.

“Lu suka Donghae, kan? Ambil aja, dia udah positif nggak akan sama gua.”

Sunyoung melotot. Kok cewek ini bisa tahu?!

Yifan masuk ke kelasnya dengan bete. Gimana nggak bete, ada cewek yang seharian ngecuekin dia tanpa tahu penyebabnya! Yifan langsung berjalan ke mejanya, membanting kaleng soda yang baru saja dibelinya ke atas meja dan duduk di kursinya.

“Lu kenapa, sih?!” tegur Luhan, namun Yifan hanya mengerang. Luhan langsung duduk di atas meja tepat di sebelah Yifan dan memainkan gitarnya pelan. “Masalah cewek, ya? Lu nolak siapa lagi?” candanya.

“Sekarang malah gua yang dalam tanda kutip ditolak,” jawab Yifan sekenanya, dan Luhan langsung mengangkat sebelah alisnya. “Hah? Tumben. Paling bentar lagi masuk majalah dinding.”

Yifan tiba-tiba terduduk tegak dan bertanya, “Gimana…..”

Luhan memotong pembicarannya. “Eunra, kan?”

Yifan mengangguk pelan, dan Luhan tertawa pelan. “Lu ini gampang banget ditebak. Lu pernah cerita ke gua kalo lu nolak cewek karena ‘kalo nggak cinta, kenapa harus diterima?’ dan frontalnya, ayo sekarang lu balik kata-kata itu. Kalo cinta, kenapa nggak dinyatain aja?”

But how?!”  balas Yifan. “Nembak sih mungkin gampang. Tapi dari kemarin entah kenapa yang gua pikirin itu karma! Gua takut sifat gua yang selalu nolakin cewek ini bertimbal balik. Dan ini, kalo boleh jujur, pertama kali gua cinta cewek.”

Luhan terdiam sejenak. “Cara apapun, itu nggak apa-apa. Mau yang romantis banget, yang konyol banget, yang normal banget juga nggak apa-apa. Yang penting lu tulus.”

Istirahat kedua. Yifan mati-matian mikirin cara yang pantas, sampe-sampe di kelas matematika dia dihukum dua kali. Dan sekarang koridor lantai dua (tempat kelas Eunra dan Yifan) benar-benar penuh, crowded. Mau jalan aja harus antri.

Eunra berjalan keluar dari kelasnya, sendirian karena Sunyoung sedang merencanakan untuk melakukan sesuatu ke Donghae (entah, mungkin nyatain perasaan) dan Eunra memutuskan untuk membiarkannya.

“Misi…” gumam Eunra dengan volume yang cukup besar. Gila, koridor penuh banget! Buat jalan ke kantin aja butuh usaha.

“Eh, Eunra!” sapa Hyojin, cewek yang dikenalnya waktu kompetisi. Hyojin ini langsung akrab dengannya karena punya banyak kesamaan, dan uniknya Hyojin nggak kayak cewek-cewek lain yang tergila-gila pada Yifan. Udah deh, mereka cocok banget buat temenan.

“Hyojin,” balas Eunra. Ternyata tanpa sadar mereka samping-sampingan sekarang, dan mereka langsung mengobrol. “Gila, penuh banget ya koridornya,” kata Hyojin.

“Iya, mau ke kantin aja susah,” jawab Eunra. Eunra berjinjit dan melihat ke belakang untuk melihat seberapa penuhnya koridor, tapi dengan tidak beruntungnya ia malah melihat Yifan sekitar beberapa meter di belakangnya. Kenapa dia harus tinggi sih, batinnya. Eunra langsung kembali ke posisinya dan langsung sok akrab dengan Hyojin.

Yifan sudah tahu kalau sedari tadi di depannya ada Eunra, maka dari itu saat kerumunan sedikit menipis, Yifan langsung bergerak maju.

Eunra tertawa bersama Hyojin, namun diam-diam ia melirik ke belakang. Yifan berjalan maju dan Eunra langsung meringis gugup. Tiba-tiba saja Yifan sudah berdiri di sebelah kirinya. Eunra melirik wajahnya, dan Yifan kelihatan serius dan dingin.

Ini orang ngapain sih, batin Eunra, tapi sebenarnya dia gugup. Tiba-tiba Yifan sedikit merunduk, telapak tangan lebarnya ditautkan dengan tangan berkeringat Eunra dan dengan pelan ia berkata, “Gua suka lu.”

Hyojin yang menyadari situasi ini langsung secara reflek memisahkan diri dan cekikikan sendiri. Eunra bener-bener nggak tahu harus gimana, tapi secara reflek tangannya malah meremas telapak tangan Yifan. Yifan sendiri masih bertahan dengan muka datarnya, namun tiba-tiba ia tersenyum kecil dan dengan gugup ia menghindari pandangan Eunra.

Kedua manusia itu berjalan menuruni tangga dengan posisi yang masih seperti itu.

Diam-diam, Ahri yang sedari tadi ngeliatin mereka tersenyum miris. Bagus, lebih baik begitu saja, batinnya. Tapi tetap saja ia sedih dan ngerasa patah hati.

Tiba-tiba sosok Yonghwa hadir di sampingnya dan memegang kedua bahunya. Ahri kaget, dan langsung memutar tubuhnya, tapi pandangannya malah lurus bertemu dengan Yonghwa. Dengan mantap, Yonghwa berkata “I love you, Song Ahri. Would you be mine?”

Ahri menatapnya kaget sesaat, namun ia menjawab, “Sunbae tahu aku pernah ditolak orang, dan rasanya sakit banget. Aku meminta dia buat nyoba seminggu pacaran, tapi langsung ditolak. Aku tahu rasanya sakit, dan aku nggak mau sunbae ngerasain itu,” dan tiba-tiba ia memeluk Yonghwa erat. Yonghwa tentu saja terkejut, namun ia langsung membalas pelukan Ahri. Ahri berbisik, “Sebenernya sunbae juga lumayan ganteng kok,” dan ia tertawa kecil.

So, hari ini udah ada dua pasangan yang tercipta. Besok ada kejutan apalagi, ya?

FIN!

 

 

Omake:

Sudah setahun lebih berlalu sejak pentas seni itu. Eunra, Yifan, Ahri, Donghae dan Sunyoung sudah kelas 11. Oh iya, pasangan Eunra-Yifan dan Ahri-Yonghwa masih langgeng sampai sekarang. Yifan dan Sunyoung jadi anggota OSIS, dan Yifan memenangkan predikat OSIS favorit dari para adik kelas! Tapi saat ditanya, ‘apa Yifan oppa single?’ yang dijawabnya adalah: ‘sori, gua punya satu orang,’ dan Eunra bangga banget dengernya.

Donghae baru menyadari kalau perasaan cinta tulusnya itu ternyata ke Sunyoung waktu di pertengahan kelas 10. Dan langsung ditembaknya! Maka dari itu pasangan ini baru banget, sekaligus romantis banget.

Satu kabar baik lagi, hari ini hari valentine! Satu Gangnam High School kayak terserang demam hari kasih sayang itu, bahkan OSIS sampe mengadakan servis yang namanya ‘Secret Admirer’. Orang-orang bakal ngirim surat, cokelat, atau hadiah apapun yang mau mereka kasih ke seseorang, dan OSIS yang akan mengirimkan itu. Servisnya keren banget, makanya banyak banget yang mau menggunakan jasa mereka!

Soal kado-kado itu, urusan Sunyoung dan Hyojin (oh iya, Hyojin juga OSIS) yang mensortir. Sang ketua OSIS, Jungsoo yang dulunya juga jadi ketua kelas 10-A, melarang para cowok ikut karena dianggap bisa ngebocorin rahasia surat (masa sih?) jadilah dua cewek ini yang dikerahkan buat ngurusin.

“Gimana paket-paketnya?” tanya Yifan iseng saat mereka berdua keluar dari ruang OSIS, dan Sunyoung cuma menjawab ringan. “Ada aja! Kita udah sortir perkelas, nanti lu ikut bantuin kirim ya,” dan Yifan mengangguk.

Benar, saat jam pelajaran ketiga pendistribusian surat dilakukan. Yifan dan Hyojin berdua kebagian lantai tiga, dan itu kelas mereka berdua juga.

“Permisi…” gumam Yifan dan Hyojin saat mereka berdua memasuki 11-A. Oh iya, kelas A ini kelas spesial dan setiap tahun sampai lulus muridnya hanya mereka semua, jadi kelas ini nggak mungkin dirombak! Anak-anak kelas A langsung penasaran, dan cowok-cowok langsung ngomong, “Surat-surat cinta tuh, bentar lagi gua pasti kebagian.”

Yifan memanggilkan beberapa nama yang mendapatkan hadiah dari penggemar, dan nama terakhir yang disebutnya adalah “Kim Eunra.” Eunra langsung melangkah maju, dan dia tahu pasti dari senyum Yifan kalo hadiah itu Yifan sendiri yang ngasih. Sekelas langsung nyorakin, dan mereka berdua hanya tertawa gugup.

Sampailah mereka di 11-B, kelas Yifan sekarang. Ia mengeluarkan kado satu persatu, dan kado pertama tertulis namanya. Jadilah ia hanya menggumamkan namanya kecil, dan menyimpan kadonya sendiri.

“Wu Yifan,” gumamnya, dan menaruh kado itu di sampingnya.

“Wu Yifan,” gumamnya lagi.

“Wu Yifan.”

 “Wu Yifan.”

“Wu Yifan.”

“Wu Yifan……”

“Curang, lu doang yang dapet!!” teriak Zitao dari ujung kelas, dan semuanya langsung tertawa mendengarnya.

FIN!

 

 

Author Note:
Wow, genap 30 halaman! Gua ngetik ini cuma kira-kira 3 hari, dan jadinya romantis banget<3 Maaf kalo ada kesalahan dan kesamaan alur dan kecepetan alur, ini semuanya original ide gua dan pengalaman nyata gua. Thanks for everything that has inspired me, thanks for all readers who have read mine, and thanks for everyone!!! -@leejigong

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
huskylover #1
ini setting seoklahnya ... sekolah kita banget je =.=
kok ga tambahin guru dwarfism?
xx_Kiss
#2
“Kalo emang cinta kenapa nggak dinyatakan aja?"
Karena aku malu /uhuk uhuk/ .//_//.
exofriend_INA #3
Chapter 1: ini lucu yah, indonesia bangeeeeett hmm~ kangen ff school life gini yaampun >< walau bahasanya gaol gewla *alay* tp bikin penasaran, salam kenal author-nim^^
exofriend_INA #4
sang penulis ini namanya sangat unik ><
laura_kims #5
Chapter 4: lololol, keren bgt dan pastinya kocak abis. Suka bgt!
amusuk
#6
Chapter 1: saya heran kenapa nggak ada yang komen di sini. gaya berceritanya berbeda dari kebanyakan yang saya baca di sini. dan walau agak terkesan kayak orang ibu kota, tapi juga rasanya friendly gitu, lebih kerasa aura pertemanannya.

mungkin yang agak mengganggu cuma pergantian dialog di beberapa tempat. Di saat yang ngomong ganti orang, paragrafnya nyambung, jadi harus baca ulang ke atas untuk memastikan siapa yang ngomong.

dan karena udah malem, saya baca next chap lain waktu :)

keep up the spirit to write!