Chapter 4

lost and found

Eunra POV

Kenangan setahun lalu tiba-tiba muncul di kepalaku. Aku ingat, Taemin pernah bersama yeoja itu sebelum dia menciumnya di taman, di malam hari dan di bawah hujan. Apa dia dan yeoja itu pacaran? Sejak kapan? Lalu, kenapa dia menyatakan perasaannya padaku?

“Kamu mempermainkanku Taemin?”

“Aku tidak mengerti.”

Aku menatapnya, dahiku berkerut menyadari yang kulihat benar-benar Taemin. Bukankah dia sudah meninggal setahun yang lalu? Aku sering mendengar kalimat sejenis itu setahun belakangan ini. Tapi, dia bisa berbicara denganku setiap kali aku ingin bicara dengannya. Apa aku gila?

“Eunra-ya apa maksudmu?”

Entahlah,, aku tidak mengerti kenapa aku ini sebenarnya.

“Taemin-ah, selain melihatmu mencium bibir yeoja itu, aku juga pernah melihatmu berjalan berdua bersamanya. Dihari ulang tahunmu,” kataku. Apa dia ingat hari itu? Aku menunggu jawaban Taemin. Dia tertunduk. Wae?

Tak lama Taemin mengangkat kepalanya. “Lalu, apa aku harus meninggalkanmu karena itu?” tanyanya membuat hatiku sakit seketika. Aku hanya menatapnya dengan pupil mataku yang semakin melebar. “Geure,, Aku akan meninggalkanmu kalau begitu,” ujarnya membuatku semakin bergetar.

“Mianhae,,,” ujarnya lagi. Aku membatu. “Aku pergi,,,”

Dia pergi, dia berjalan meninggalkanku.

“Gajima,” ucapku melangkah pelan.

“Aku menyakitimu jadi aku harus pergi,” kata Taemin tanpa menoleh ke arahku.

“Gajima,” kataku semakin nyaring.

Taemin berbalik. “Wae?”

Aku mengeluarkan kalung dari saku seragamku. “Ige, aku membeli ini setahun yang lalu sebagai hadiah ulang tahunmu. Tapi, aku tidak memberikannya karena kita tak bersama waktu itu. Kamu bersama yeoja itu.”

Taemin mendekatiku. “Untukku?”

Aku mengangguk. “Aku membeli ini untukmu,,” Kutarik tangannya, meletakkan kalung itu di telapak tangannya. “Simpanlah kalung ini untukmu.”

Tapi apa yang terjadi, saat aku meletakkan kalung itu di telapak tangannya, kalung itu jatuh ke lantai menembus tangannya.

“Ige mwoya?” Aku dan dia saling bertatapan, kami berdua sama-sama syok.

“Taemin-ah,,” gumamku.

 

L&F

 

Seunghyun POV
Aish,,, yeoja itu semakin aneh dan semakin aneh,,, desisku di dalam hati. Pusing memikirkan Eunra. Aku takut aku juga akan jadi gila karena mencintainya. Aku terkekeh memikirkan itu. Koridor sekolah sepi, jadi kupikir aku bertingkah sedikit aneh takkan masalah.

“I’m so cra cra crazy,,,,” ujarku bernyanyi sambil menirukan dance teen top. Meskipun aku tidak pandai menari, tapi meniru gerakan itu, menggoyang kepala sambil menepukkan tangan, menyenangkan.

Aku berbelok ke kanan menuju ke pintu depan gedung sekolah dan aku menghentikan tarianku.

“Ige, aku membeli ini setahun yang lalu sebagai hadiah ulang tahunmu. Tapi, aku tidak memberikannya karena kita tak bersama waktu itu. Kamu bersama yeoja itu.”

Aku bertemu Eunra. Dia berbicara sendiri lagi. Sangaaattt,, malas mendengarkannya bicara dengan angin. Aku mengabaikannya, berpura-pura tidak mendengar dan menyandarkan diriku di dinding menunggunya selesai bicara dengan angin. Ah,, Taemin maksudku!

Eunra mengeluarkan kalung dari sakunya dan gerakannya itu seperti ingin memberikan kalung kepada seseorang di depannya. Tapi, tak ada siapa-siapa di sana. Eunra melepas kalungnya dan jatuhlah kalung itu ke lantai. Dia tampak terkejut.

Aku menegakkan tubuhnya dan mendekatinya.

“Taemin-ah,,,” gumam Eunra berjongkok mengambil kembali kalungnya. “Taemin-ah,,,” isaknya mulai terdengar.

Kutarik tubuhnya agar berdiri. “Uljima,,,”

Eunra meletakkan kepalanya di bahuku dan itu membuatku sangat gugup. Dengan gagap aku meletakkan tanganku di bahunya dan memeluknya. “Uljima,,,”

Panjang ceritanya kenapa aku bisa bersama Eunra di dalam bus. Yeoja itu benar-benar gila. Dia membuntutiku setelah aku bisa membuatnya berhenti menangis. Dia menjadi sejenis ekor buatan yang tak mau lepas dariku.

“Apa aku harus mengantarkanmu ke rumah?” tanyaku, mencoba mengajaknya bicara. Dia terus diam seperti patung memandangi kalungnya. Dia tidak menggubrisku. Aku memikirkan topik lain,,,,

Lima menit kemudian. “Untuk siapa kalung itu?” tanyaku.

“Taemin,” ujarnya menjawabku.

Aku jadi bisu mendengar nama itu keluar dari mulutnya. Aku melempar pandanganku keluar jendela. Diam,,

 

L&F

 

Author POV
“Kita harus turun,” seru Seunghyun. Eunra menatapnya. “Kudengar rumahmu bersebelahan dengan rumah Byun Hyun, jadi kita harus turun di halte ini. Aku akan mengantarkanmu pulang.” Dia menggenggam tangan Eunra mengajaknya turun dari bus.

“Simpan kalungmu kalau tak ingin hilang,” ujar Seunghyun sebelum dia meninggalkan halte itu. Eunra tidak mendengarkannya.

“Aish,,, yeoja ini,” gerutunya mulai habis sabar. Diapun mengambil kalung itu dan memasukkannya ke dalam tas Eunra. “Nah,,, sekarang saatnya kita pulang!”

Seunghyun menggandeng tangan Eunra kembali, menuntunnya menyusuri jalanan kecil menuju rumah Eunra. Dia melangkah pelan, dia tau Eunra seorang yeoja dan yeoja tidak mempunyai langkah sebesar namja. Dia tidak ingin menyusahkan yeoja itu, maka dia akan membuatnya nyaman dengan seperti itu.

Seunghyun memerhatikan tangannya yang menggandeng tangan Eunra. Dia tersenyum tipis, lalu tatapannya beralir ke Eunra. Yeoja itu sangat datar seperti robot yang tak punya program untuk tersenyum.

“Apa Taemin memperlakukanmu dengan baik sehingga kamu sangat mencintainya?” tanya Seunghyun membuka pembicaraan.

Eunra menggeleng. “Dia selalu berpura-pura.”

“Jadi, apa yang membuatmu mencintainya?”

“Dia, tak pernah berani bersikap jujur kalau dia menyukaiku. Dia selalu menyuruh Eru melakukan sesuatu yang ingin dia lakukan terhadapku.”

“Kamu tau itu?” Eunra mengangguk. “Beruntung itu tidak membuatmu menyukai Byun Hyun. Ckckckc,,,,” Seunghyun menggeleng memikirkan kalimat yang dia katakan menjadi kenyataan. Apa jadinya Eunra bersama namja penyuka pink itu.

“Aku tau itu,,,” gumam Eunra. “Aku tau,,, Sikapnya yang seperti itulah yang membuatku menyukainya.”

“Jeongmal? ”

Eunra tersenyum. “Dia sungguh teman yang baik. Dia selalu mengkhawatirkan aku. Dia selalu memerhatikan aku. Aku hanya berpura-pura tidak tau.”

Seunghyun terkesiap melihat senyum Eunra.

“Bahkan dia tau semua tentang aku. Dia selalu ingat kopi jenis apa yang aku suka,,,,” ujar Eunra tersenyum.

“Sepertinya Taemin adalah seseorang yang sederhana,,” kata Seunghyun. Hatinya menciut, dia tak sebaik namja itu. Ini membuat Senghyun ingin melihat Taemin. Seberapa tulus wajah namja itu…

“Yah… Taemin adalah seseorang yang seperti itu,,,”

Seunghyun merenggangkan genggaman tangannya hingga tangannya dan tangan Eunra terlepas. Yeoja itu terus berjalan di depannya, tidak menyadari Seunghyun tidak bersamanya lagi.

Eunra masuk ke dalam halaman rumahnya dan masuk ke dalam rumah lalu menghilang.

“Apa yang kulakukan?” tanya Seunghyun pada dirinya sendiri. Dia menoleh ke kanan, yang adalah rumah Byun Hyun. Dan, di balkon rumah itu dia mendapati Byun Hyun berdiri di balik pagar balkon. Byun Hyun tersenyum tipis untuknnya.

“Pulanglah ke rumahmu,,,” seru Byun Hyun dari balkon.

Seunghyun mengangkat tangannya dan melambaikan tangannya. Diapun pergi dari sana.

 

L&F

 

Auhtor POV
“Palli,” desak Seunghyun ke Byun Hyun. “Palli,,,,,,” dia terus mendesak agar Byun Hyun memberitahunya bagaimana menyembuhkan Eunra dari kegilaannya tentang Taemin. “palli,,,” renggeknya sambil menarik-narik tangan Byun Hyun.

 Byun Hyun menghembuskan nafas dengan gusar dan melototi Seunghyun.

Seunghyun memanyunkan bibirnya dan memandang Byun Hyun meminta belas-kasihan.

“Apa kamu tidak melihat songsaenim masih di kelas? Jangan bicara,,” bisik Byun Hyun kesal.

“Ara,,, tapi aku sangat ingin tau. Jaebal.”

Byun Hyun melepas pen-nya dan menghadap Seunghyun. “Seunghyun-ah, aku benar-benar tidak tau harus melakukan apa. Aku bukan paranormal.”

“Kenapa harus menjadi paranormal?”

“Sesuatu yang berhubungan dengan hantu ditangani oleh paranormal,” cetus Byun Hyun.

Plak! Seunghyun memukul dahi Byun Hyun sangat keras. Membuat semua orang di kelas menoleh dan membuat guru marah. merekapun di suruh berdiri di luar kelas.
“Pabbo,” gumam Seunghyun mencaci Byun Hyun sambil mencibir.

“Aish…. Semua ini karena ulahmu, jangan mengataiku bodoh!” kata Byun Hyun tidak terima.

Seunghyun diam saja. Dia kesal,,,

“Apa kamu sungguh mencintai Eunra?” tanya Byun Hyun tiba-tiba.

Seunghyun menatapnya. “Molla,,,” sahutnya. “Jeongmal mollasseo. Aku sendiri bingung, apa aku benar mencintainya atau aku hanya penasaraan dengannya.”

“Penasaran untuk apa?”

“Kenapa dia bisa hidup selama setahun hanya bicara dengan angin kosong,,,”

“Ani, dia menganggap angin adalah Taemin,” sela Byun Hyun sambil terkekeh.

“Dan kenapa dia hanya melupakanmu,” sambung Seunghyun. Byun Hyun tertunduk.

“Aku pernah mendengar kalau seseorang mati dalam keadaan penasaran, dia akan menjadi hantu. Atau, orang itu akan menjadi hantu kalau dia meninggal sebelum menyelesaikan pekerjaannya.”

“Jadi, kamu pikir Taemin menjadi hantu karena belum sempat melakukan sesuatu?”

Byun Hyun mengangguk. “Taemin meninggal saat dia mengejar Eunra untuk menjelaskan sesuatu. Taemin bilang Eunra salah paham dengan ciuman yang dia lakukan bersama yeoja lain. Tapi, aku sendiri tidak mengerti itu. Taemin benar-benar pergi sebelum dia menjelaskan semuanya dengan jelas.”

“Aku bingung,” gumam Seunghyun menggaruk-garuk kepalanya.

“Aku akan membantumu kalau kamu benar-benar mencintainya,” kata Byun Hyun.

“Wae?”

“Eunra adalah temanku dari kecil. Dia sudah seperti saudara untukku.”

Seunghyun menatap Eunra dari jendela kaca di belakangnya yang bisa membuatnya melihat ke dalam kelas.

“Seunghyun-ah, tetap menghadap ke depan!” teriak guru dari dalam kelas.

“NE!” sahut Seunghyun semakin kesal. “Aish,,,, Michisseo!” gerutunya.

 

 

L&F

 

Seunghyun POV
Usai makan malam, kulihat noona-ku sibuk mencuci piring di dapur. Aku duduk di meja makan di dekatnya.

“Noona,” gumamnya.

“Eum,,, wae?” gumamnya menyahut.

“Aku sedang membingungkan sesuatu?”

“Mwoya?” tanyanya.

“Aku ragu kalau aku menyukai seseorang,” cetusku. Dia berbalik menatapku sekilas dan kembali mencuci piring. “Apa yang bisa membuatku yakin kalau aku menyukainya?”

“Bukankah itu perasaan kamu sendiri, menyukainya atau tidak hanya dirimu sendiri yang tau.”

Aku memanyunkan bibirku dan meletakkan daguku di atas meja makan. “Ara,,, tapi aku sendiri ragu,,,”

“Siapa yeoja itu?” tanyanya.

“Teman sekelasku,” jawabku singkat.

“Apa dia cantik?” Aku mengangguk. “Pintar?”

“Dia murid terpandai di kelas,” jawabku.

“Biasanya yeoja sejenis itu susah didekati.”

“Dia memang sangat susah didekati,,,” ujarku pelan.

“Dan kamu menyerah begitu saja?”

“Dia gila noona,,,,” ucapku.

“Mwo? Gila? Bagaimana orang gila bisa bersekolah dan mendapatkan peringkat pertama di kelas,,,” ujar noona-ku langsung mencerocos. “Atau,,, dia gila terhadap sesuatu saja.” Tebakannnya benar,aku mengangguk saja. “Apa itu?” tanyanya.

“Dia terus berbicara kepada angin dan dia anggap angin itu adalah namja yang dia cintai. Orang itu sudah meninggal setahun yang lalu.”

“Ini rumit,” ujar noona-ku.

“Ne,,, sangat rumit,,,,” ujarku setuju.

“Kalau begitu selesaikan sendiri. Aku anti terhadap sesuatu yang bersikap rumit.”

“Hya! Kamu sangat pelit membantu dongsaengmu!” sentakku kesal. Akhir-akhir ini aku mudah kesal.

Noona-ku mengangkat kedua bahunya tanda acuh.

“Menyebalkan!” kataku, menatapnnya gusar dan pergi ke dalam kamar.

 

L&F

 

Author POV
“Jadi, apa kamu sudah yakin kamu mencintai Eunra atau tidak?” tanya Byun Hyun kepada Seunghyun esok harinya. Mereka berbicara saat jam pelajaran.

Seunghyun menopong kepalanya dengan tangan kanannya dan terus menatap Eunra yang duduk di sebelah Byun Hyun.

“Kamu harus yakin terhadap perasaanmu sendiri,,,” Byun Hyun bicara lagi.

“Aku yakin terhadap sesuatu, aku ketagihan menatapnya,” gumam Seunghyun.

“Jadi, kurasa kamu hanya mengaguminya, bukan mencintainya.”

Seunghyun duduk tegak. “Ah,,, molla,,,,” desahnya dengan ekspresi aneh.

 

L&F

 

Hari ini Seunghyun pulang menggunakan bus lagi, dia berhadap bertemu Eunra di sana dan Eunra tidak sedang bersama Taemin.

Tuhan berpihak padanya, saat dia menaiki bus dia melihat Eunra duduk sendiri. Yeoja itu diam, itu tandanya dia sedang sendiri. Teori ini Seunghyun ciptakan sendiri.

Seunghyun duduk di kursi di seberang Eunra. “Taemin eoddi?”

“Dia sedang ada keperluan,” jawab Eunra datar.

“Apa aku boleh duduk di sebelahmu?” tanya Seunghyun bersemangat, tapi senyumnya menghilang saat Eunra menatapnya jutek.

“Wae? Kamu selalu mengangguku kurasa. Kenapa selalu ingin mendekati. Apa kamu menyukaiku? Andwe,,, aku sudah punya namjachingu,” tutur Eunra.

Seunghyun mengangguk paham. Dia menyandarkan kepalanya dan memikirkan cara lain agar bisa duduk di sebelah Eunra.

“Ah, anggap saja itu balasan karena kemarin aku mengantarkanmu pulang sampai ke rumah,,” cetus Seunghyun.

Eunra tampak ragu, tapi akhirnya dia mengangguk dan mengijinkan Seunghyun duduk di sampingnya.

Seunghyun melempar senyuman kudanya untuk berterimakasih atas kesempatan itu. Dia mengeluarkan Hp dan memasang headset ke telinganya.

“Apa yang kamu dengarkan?” tanya Eunra.

“Kamu ingin mendengarnya?” Eunra mengangguk. “Silahkan gunakan ini,,,” ujar Seunghyun membolehkan Eunra menggunakan headsetnya yang lain. Mereka berbagi.

“Kamu suka Ft.Island?” tanya Eunra lagi.

“Ani,,, hanya mendengarkan lagu mereka sesekali,” kata Seunghyun.

“Lagu mereka menyenangkan untuk di dengar,” kata Eunra dan Seunghyun mengangguk setuju. “Aku juga sering datang ke konser mereka.”

Seunghyun tidak mendengarkannya, matanya sibuk terhadap sosok di samping Eunra, di kursi yang tadi dia duduki sebelum pindah ke samping Eunra. Banyangan itu tampak seperti asap. Tak begitu jelas.

“Wae?” tanya Eunra.

Seunghyun mengalihkan pandangannya dari bayangan itu. “Ani,,,” sahutnya berbohong. Bulu kuduknya berdiri semua.

“Wae?” tanya Eunra lagi.

“Gwenchana,,,” sahut Seunghyun berbohong.

 

L&F

 

Byun Hyun POV
“Ini pikiranku, aku juga tidak yakin ini benar. Penyebab Eunra berbicara sendiri adalah buku harian Taemin. Kemungkinan apa yang Eunra lakukan selama ini adalah perintah dari buku harian itu. Eunra tidak dapat menerima Taemin sudah meninggal, dia terus membaca buku harian itu yang di dalamnya berisi tulisan dari Taemin. Buku seperti jiwa lain dari Taemin. Apa pikirinku ini bisa diterima?”

Seunghyun mengangguk. “Pikiranmu bisa kuterima. Mungkin saja seperti itu,,” ujarnya “Jadi, apa yang harus aku lakukan?”

“Ini juga pikirinku,” ujarku lagi. “Jangan salahkan aku kalau cara ini gagal,,,,”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet