Chapter 6

lost and found

IU POV

“Tapi, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Byun Hyun oppa padaku. Dia membawaku keluar dari kelasnya setelah Eunra eonni menampar pipiku. Sekarang kami berdua duduk di taman halaman depan sekolah. Dia tidak mengajakku ke taman halaman belakang karena takut Eunra juga ada di sana.

“Apa yang perlu aku jelaskan?” tanyaku.

“Aku tidak mengerti kenapa malam itu kamu dan Taemin berciuman.” Jadi itu yang ingin ditanyakan oleh Byun Hyun oppa. Aku tersenyum mengingat kejadian itu, malam itu. Malam yang ternyata menjadi malam terakhir aku bertemu Taemin. Dia mengalami kecelakaan setelah aku menemuinya.

“Mianhae,,,” ucapku pelan, Byun Hyun oppa menatapku. “Mianhae,, aku menyukai Taemin,” akuku. Hhhhh,,,, sudah berapa lama aku ingin mengatakan kalimat ini kepada sepupuku.

“Kamu menyukainya? Lalu bagaimana Taemin?”

Aku tersenyum. “Oppa, sebenarnya dari awal Taemin oppa masuk ke ruang latihan, aku sudah mengetahui kalau dia sengaja mendekatiku agar aku luluh dan menerima ajakkannya melakukan operasi. Aku tau itu semua rencana kamu,,,”

Byun Hyun oppa tampak salah tingkah. “Mianhae,” gumamnya.

“Mian untuk apa? Aku sungguh berterima kasih kepadamu,” selaku cepat-cepat. “Aku juga punya kesalahan dalam kejadian ini. Aku,,,, aku menyukai Taemin oppa semenjak dia masuk ke dalam ruang latihan musik hari itu. Dia menyanyikan lagu yang sangat bagus. Sayangnya lagu itu bukan untukku,” aku tersenyum simpul sesaat, lalu melanjutkan penjelasanku. “Setelah operasi, aku ingin mengatakan perasaanku kepada Taemin oppa. Dia bilang dia tidak bisa membalas perasaanku kerana dia menyukai Eunra eonni. Aku mengerti hal itu, dan,,,,”

“Mwoga?” desak Byun Hyun oppa tidak sabaran.

“Aku menciumnya, aku yang menciumnya untuk pertama dan terakhir kalinya. Aku berjanji padanya setelah menciumnya aku akan menganggap kalau aku tidak pernah jatuh cinta padanya,,,”

“Ah jadi seperti itu,,,”

Aku mengangguk. “Ini semua hanya kesalahpahaman,,,”

“Hhhhhhh,,,,,” kudengar Byun Hyun oppa menghembuskan nafas berat. “Aku sudah mengerti, yang tidak aku mengerti kenapa Eunra hanya melupakan aku.”

“Eunra eonni harus sembuh dan bisa mengingat kamu.”

 

L&F

 

Author POV
Sepulang sekolah Byun Hyun berlari mengejar Seunghyun di koridor. Berulang-ulang kali sudah dia meneriaki namja itu, tapi dia tak dihiraukan. Seunghyun berjalan sambil melamun. Byun Hyunpun berlari lebih kencang lalu menepuk pundak Seunghyun dari belakang dengan keras.

“KAMU TULI?!” bentak Byun Hyun dengan mata membulat. Seunghyun melongo. “Aish,,, namja ini menjadi sangat idiot!” cacinya sambil mencibir ke arah Seunghyun.

Plak! Seunghyun memukul kepala Byun Hyun. “Bicara sembarangan, HAH?!” balasnya membentak dan siap menampar Byun Hyun.

“Camkan!” cegat Byun Hyun mengangkat kedua tangannya menahan tinju Seunghyun. Dia segera melepaskan diri dari tangan Seunghyun yang menguncinya. “Jangan sekasar ini padaku, aish,,,,”

“Ck,, mwo? Wae?” tanya Seunghyun jutek.

“Aku punya rencana, dan kita harus melakukannya malam ini.”

“Mwoya?”

Byun Hyun menarik tubuh Seunghyun merapat padanya dan membisikkan rencananya di telinga Seunghyun.

“Michisseo?” sentak Seunghyun, mendorong tubuh Byun Hyun menjauh darinya.

“Ani,,, ini sangat benar. Palli kajja!” Byun Hyun menarik tangan Seunghyun, bukan, dia menggenggam tangan Seunghyun mengajaknya berjalan.

“Hya, ige mwoya?! Aku masih normal” teriak Seunghyun, buru-buru menarik tangannya.

“Ara,, aku juga normal, tapi kalau tidak dengan cara begini kamu tidak akan mengikutiku,” ujar Byun Hyun.

“Aish,,,, Aku lelah, jadi aku ingin pulang saja.”

“ANDWE!” seru Byun Hyun nyaring. “Palli!” desaknya dengan tampang imut.

“Arasseo, arasseo,,, “ sahut Seunghyun malas. “Dan jangan menggandeng tanganku!”

“Asalkan kamu tidak kabur dariku.”

Seunghyun berdecak.

“Ini kunci motorku, kamu yang bawa, jadi kamu tidak bisa kabur.”

“MWO?”

Byun Hyun nyengir saja.

 

L&F

 

Byun Hyun menyuruh Seunghyun diam di kamarnya sampai malam tiba, namja itu menyiksa Seunghyun dengan tidak meminjamkan baju ganti. Alhasil sampai langit gelap yang artinya malam sudah tiba, Seunghyun masih menggunakan seragam sekolahnya. Dan, dia hanya menyuguhinya dengan jus jambu merah. Seunghyun tidak suka itu, jadi dia tidak meminum atau apa memakan apapun dalam beberapa jam. Seunghyun hanya uring-uringnyan di atas kasurnya dan membuatnya berantakan.

“Aku harus diam di sini sampai kapan?” tanya Seunghyun dengan suara serak. “Lapar,,,,,,,,,,,” rintihnya. Seragamnya sudah tidak karuan.

“Kita harus menunggu Eunra tidur,” sahut Byun Hyun santai, dia asik dengan game online nya.

“Mwo? Bagaimana denganku? Noona-ku akan membunuhku kalau aku tidak pulang. Dia akan mengaduk kepada eommaku. AAAGGGHHHH!!!” teriak Seunghyun mengacak-acak kasur Byun Hyun.

“Hya, sangat berisik! Menganggu permainanku saja.”

“Dan kamu menganggu ketenangan hidupku,” ujar Seunghyun gusar.

Byun Hyun bersabar. “Tunggu beberapa saat lagi, noona-mu juga akan mengerti apa yang kamu lakukan sekarang. Dia mendukungmu. Namja harus melakukan hal gila sesekali untuk mengejar yeoja. Bukankah kamu menyukai Eunra?” Seunghyun langsung diam, dia membalik tubuhnya membelakangi Byun Hyun.

Setengah jam kemudian.

“Seunghyun-ah, lampu kamar Eunra sudah padam. Dia sudah tidur,” kata Byun Hyun membangunkan Seunghyun.

“Lalu?” tanya Seunghyun dengan sebelah mata terpejam.

“Ka,,,”

“Eoddi?” tanya Seunghyun semakin bingung dan malas membuka mata.

“Kamar Eunra,” ujar Byun Hyun santai.

Seunghyun langsung bangun dan tertawa. “Aish,,,, jinja! Kamu menyuruhku masuk ke dalam kamar yeoja? Menguntit? Aku bukan namja sejenis itu, Byun Hyun-ah! Sirheo.”

“Ani,,, kita tidak menguntit. Kita hanya mencari buku harian Taemin dan membaca buku itu. Kita harus mencaritahu. Kamu ingin dia sembuh kan?” Seunghyun berpikir. “Palli!” desak Byun Hyun lagi.

“Tapi,, bagaimana aku bisa masuk ke kamar Eunra?” tanya Seunghyun.

Byun Hyun tersenyum. “Tarawa,,,” ajaknya.

Byun Hyun keluar menuju balkon kamarnya. Di sana ada tembok horizontal yang menjadi jembatan antara balkon kamarnya dan kamar Eunra. Byun Hyun mengajak Seunghyun melewati jembatan itu. Dalam hitungan detik mereka tiba di balkon kamar Eunra. Pintu kamar itu terkunci.

“Eotte?” tanya Seunghyun.

Byun Hyun memerhatikan sekitar, dia mendekati jendela. Memeriksanya yang ternyata bisa di buka. Jendela itu tidak di kunci. Dia membuka jendela itu lebar-lebar mempersilahkan Seunghyun masuk. Seunghyun menngeleng kuat menolak cara itu. “Palli!” desaknya berbisik.

Seunghyun manyun, tapi tetap melakukan. Dia merayap menaiki dinding setinggi pinggangnnya, mengangkat kaki untuk melewati dinding itu dan lebih menundukkan kepalanya agar tubuhnya bisa melewati jendela itu. Dia mendapat sedikit kesusahan, badanya terlalu tinggi jadi perlu lebih rendah menundukkan kepala agar bisa masuk.

“Appo,” keluh Seunghyun setelah berhasil masuk dan kepalanya terbentur bingkai jendela. Byun Hyun sudah di sisinya. Dia masuk dengan sangat susah. “Kamu terbiasa masuk ke kamar orang melewati jendela?” tanya Seunghyun menyindir.

“Kamu berteman dari TK, dan dari TK pula aku terbiasa masuk kamar Eunra diam-diam melewati jendela.”

“Dan kamu bangga dengan keahlianmu itu? Penguntit!” caci Seunghyun.

“Ani,,,!” bantah Byun Hyun nyaring, kemudian dia menutup mulutnya sendiri, menyadari kebodohannya bicara keras.

“Aku sangat curiga, sejak TK bisa masuk kamar ini sesukanya tapi kalian tidak melakukan apapun,” ujar Seunghyun sambil memicingkan matanya.

“maksudmu?”

“Apa kamu namja normal? Tidak tertarik melakukan apapun kepada Eunra padahal hanya berdua saja di tempat ini. Kamu tidak menyukainya, eo? Eotte isseo?”

“Aish,,, Jangan berdebat sekarang. Sudah cari saja di mana buku harian itu,” ujar Byun Hyun mengalihkan pembicaran.

“Tak perlu susah, aku sudah menemukannya,” kata Seunghyun. Dia mendekati rangjang Eunra, menghadap Byun Hyun dan menunjuk biru di samping bantal Eunra, memberitahu Byun Hyun di mana buku itu.

Byun Hyun mengangguk saja. Tiba-tiba Hp-nya berbunyi, eomma-nya memanggilnya segera turun ke dapur. “hhh eotte?” tanya panik.

“Wae?” tanya Seunghyun santai.

“Eomma memanggilku.”

“Eomma-mu tidak pernah tau kalau selama ini kamu sering bermain di kamar yeoja?” Seunghyun terkekeh.

“Jangan berdebat sekarang. Lakukan sesukamu. Aku harus menemuinya kalau tidak dia akan memarahiku” Byun Hyun buru-buru keluar dari kamar Eunra melalui jendela. Dia menghilang, tersisalah Seunghyun seorang di dalam kamar Eunra selain si pemilik kamar.

Canggung,,,,,,,
Seunghyun tidak tau harus melakukan apa. Kamar itu hanya diterangi oleh lampu tidur, tidak gelap juga tidak terlalu terang. Tidak nyaman untuk memerhatikan kamar seseorang dalam penerangan seperti itu.

“Ah, baca buku harian itu saja,” gumam Seunghyun.

Diapun mengambil buku harian Taemin di samping kasur Eunra, duduk di samping ranjang itu di dekat lampu tidur agar dia bisa membaca buku harian itu dengan jelas.

Halaman pertama buku harian itu

“Dengan menulis buku semacam ini, aku hanya mencoba membayangkan kalau hari-hariku akan selalu bersama Eunra. Melakukan semua yang aku mau bersamanya. Suatu hari nanti,,, kalau Eunra menjadi yeojachinguku ,,,”

Seunghyun menaikkan sebelah alisnya. “namja ini mempunyai imajinasi yang kuat. Atau,,,, dia namja yang sangat pemalu sampai-sampai harus menulis buku seperti ini. Berangan-angan. Ckckckck,,, malang, taemin-ah, aku lebih hebat darimu ternyata.”

Dia melanjutkan kegiatannya membaca buku itu. Halaman demi halaman, kalimat perkalimat yang dia baca di setiap halamannya, dia mulai menyimpulkan sesuatu. Eunra terpengaruh dengan buku harian ini. Eunra masuk ke dalam dunia imajinasi yang Taemin tuliskan di buku harian itu. Selama ini, selama dia memperhatikan gerak-gerik Eunra, yan g dilakukan Eunra sama persis dengan apa yang tertulis di buku itu. Eunra hanya mengikuti apa yang buku itu tulis.

Akhirnya dia mengerti, Eunra tidak mengenali Byun Hyun karena nama namja itu tidak tetulis di buku harian itu. Taemin hanya menulis dunianya dan Eunra. Byun Hyun menjadi semacam orang ketiga kalau dimasukkan ke dalam buku harian itu. Taemin ingin menciptakan dunia cinta antara dia dan Eunra, sedangkan dunia dia, Eunra dan Byun Hyun adalah dunia pertemanan saja.

Seunghyun menutup buku harian itu dan menatap Eunra yang tertidur. Dia berpikir sambil memandangi Eunra. Sebuah ide muncul dan dia langsung melakukannya. Mengambil pen di atas meja dan menulis sesuatu di halaman kosong di dalam buku harian taemin.

Dia meletakkan kembali buku harian itu ke tempatnya semula, mencium kening Eunra. “Saranghae,,,” ucapnya bersenandung lalu pergi.

 

L&F

 

Seunghyun POV
Beberapa hari kemudian, aku meyakinkan diriku kalau aku harus melakukan sesuatu yang gila untuk menyembuhkan orang gila. Saat aku tak sengaja pergi ke taman halaman belakang sekolah , aku bertemu Eunra bicara sendiri. Kebetulan yang tepat, aku tidak berniat membuntutinya hari ini tapi aku menemukannya. Aku mendekatinya.

“Mwoya?” tanya jutek menatapku.

Aku mendengus. Dia jauh lebih cantik saat tertidur. “Bisakah aku bicara dengan Taemin?” tanyaku. Ini benar-benar gila.

Eunra menatap ke sampingnya, Taemin. Aku mengikuti arah pandangannya. “Apa dia boleh?” tanyanya kepada angin. Dan aku menunggu . “Chua, aku akan meninggalkan kalian bicara sendiri.”

Taemin setuju bicara denganku? Hahahaha,,, benar-benar lucu. Sabar Seunghyun-ah,,, dan ingat kamu harus berpura-pura kalau Taemin itu ada. “Gomawo mau bicara denganku,” kataku kepada angin. Aku tersenyum seolah-oleh senyumanku itu untuk Taemin.

“Aku pergi dulu,” kata Eunra dan meninggalkanku.

Aku sendirian di taman ini, itu yang aku lihat dengan mata warasku. Aku harus gila,,, kataku dalam hati kemudian kupejamkan mataku. Mengingat wajah Taemin yang pernah kulihat beberapa kali dari photo kecil milik Byun Hyun.

“Bicaralah,,,, aku akan mendengarkanmu,”

Aku segera membuka mataku mendengar suara orang lain di sampingku. Ruangan kosong di sampingku tiba-tiba muncul sesosok orang yang kukenal. Taemin ada di sampingku, dan dia begitu nyata terlihat oleh mataku. Aku ingin menjerit, tapi kugigit bibir bawahku yang hanya gumaman tak jelas keluar dari mulutku.

 

L&F

 

Taemin POV
Dia menjadi aneh saat aku menampakkan diriku padanya. Dia takut? Kenapa harus takut kepada sosok hantu yang normal seperti aku? Wajarku tidak menyeramkan. Hhhh,,,,, namun aku benci ekspresi takutnya itu, aku mencoba bersikap normal. Aku tersenyum padanya.

“Kamu kaget?” tukasku.

“Kamu terlalu nyata!” ucapnya sangat jelas kaget melihat aku begitu nyata di hadapannya.

“Tak usah takut kepadaku, wajahku tidak menyeramkan kan?” ujarku ambil tersenyum.

Seunghyun mengalihkan pandangannya. “Yah, bahkan kamu terlalu manis untuk seorang namja,” ujarnya, membuat sebelah alisku terangkat. Wajahku menjadi aneh dan beruntung dia tidak melihatnya.

“Jadi, apa yang ingin kamu katakan?” tanyaku, aku tak mau berlama-lama dengannya, otakku sudah mulai bertanya di mana Eunra sekarang ini.

Seunghyun menjadi canggung. Dia menyusun kalimat di dalam kepalanya sebelum mengatakannya kepadaku. “Taemin-ah,” ah dia benar-benar tau namaku. Dia menatapku, dan dari sorot mata seperti itu, dia ingin mengatakan sesuatu yang serius. Aku menunggu kelanjutan kalimatnya.

“Bisakah kamu melepaskan Eunra untukku?” lanjut Seunghyun berkata kepadaku.

DEG! kalimat itu seperti palu yang memukul jantungku dengan sangat keras.

“Kamu dan Eunra, kalian berdua sekarang ada di dunia yang berbeda.”

Aku tau itu Seunghyun-ah, maka dari itu aku menghindari kenyataan itu.

“Sadarilah, kamu dan dia tak boleh bersama lagi.”

Dua kali jantungku dipukul dengan palu, bagaimana sakitnya? Hentikan kalimatmu Seunghyun-ah.

“Eunra terlalu jauh terpengaruh buku harianmu. Itu tidak baik untuknya. Ketahuilah, karena buku harian itu juga dia lupa teman baiknya dari kecil. Aku yakin kamu bukanlah orang jahat, dan aku yakin kamu tidak mungkin tega membuat Eunra terus melupakan Byun Hyun. Aku mencoba mengerti sebesar apa cintamu kepada Eunra, tapi itu bukan berarti kamu harus menghapus sayangmu terhadap seorang teman bukan? Byun Hyun adalah salah satu dari tiga sekawan yang kalian bangun dari TK. Dia juga menyayangi Eunra. Dia masih memerlukan Eunra sebagai teman baiknya. Dia sudah kehilanganmu, apa dia harus kehilangan Eunra juga?”

Aku hanya menatap Seunghyun dengan mulut sedikit terbuka. Ingin bicara tapi belum mampu.

“Taemin-ah, jangan bilang kamu merasa sangat bahagia saat Eunra selalu di sisimu padahal dia menjadi gila karenamu,,,,”

Seunghyun menghembuskan nafas lembut. “Lepaskan dia, dia harus hidup selayaknya. Kamu bisa melakukan itu.”

Dengan perlahan, aku menggelengkan kepalaku.

“Waeyo?” tanya Seunghyun.

“Aku sangat mencintainya.”

“Kamu ingin mencintainya sampai mati?” tanya Seunghyun. Mati?

“Aku sudah mati Seunghyun-ah,,,” sahutku, dia menyadarkanku akan sesuatu. Kenyataan yang menyakitan. Aku sudah mati, sedangkan Eunra ,,,,,,

“Aku pernah mendengar kalimat seperti ini,,,” ujarnya. “Cinta abadi, bukanlah pasangan yang selalu bersama sampai mati. Cinta abadi adalah cinta yang akan selalu ada meskipun orang yang dia cintai tak selalu ada bersamanya, bahkan di saat orang itu adalah milik orang lain, dia tetap mencintainya sampai akhir ayatnya.”

“Cinta abadi tak selalu harus saling mencintai. Kalau kamu ingin terus bersama Eunra, itu namanya pasangan abadi. Bukan cinta. Orang-orang bisa saja terus hidup bersama meski mereka tidak saling mencintai.”

Aku benar-benar membatu sekarang.

“Jaebal, lepaskan dia Taemin-ah,,”

“Dengan alasan apa aku harus melepasnya? Kami saling mencintai,,,”

“Lepaskan Eunra untukku. Aku akan menyayanginya lebih darimu. Dan aku akan mengajarinya mencintaiku,,,”

“Tak semudah itu,,,” gumamku.

“Cinta pertama tak selalu menjadi cinta terakhir,” ujar Seunghyun semakin memaksaku untuk menyadari kenyataan. Memaksaku sampai pada titik pemikiran yang lebih dewasa. Dia memaksaku dengan cara yang benar-benar bisa membuatku sadar, aku sudah tak bernafas. Aku sudah mati.

“Kamu terus membicarakan sesuatu yang membuatku merasa terpojok,” kataku jujur kepadanya.

“Mianhae tapi aku benar-benar ingin membuatmu bisa melepaskannya untukku.”

“Aku sangat mencintainya Seunghyun-ah, kamu harus punya sesuatu yang bisa meyakinkanku kalau aku harus melepaskannya untukmu.”

“Hanya satu kalimat,” Seunghyun menatap lurus ke dalam mataku. “Aku. Mencintai. Eunra.”

Seunghyun berdiri, dan dia meninggalkanku.

 

L&F

 

Author POV
“Aku bisa melihat Taemin,” desah Seunghyun setibanya di kelas. Dia menghempaskan tubuhnya di bangku di sebelah Byun Hyun dan menyandarkan tubuhnya ke tubuh Byun Hyun.

“Mwo?”

“Kamu bilang, aku harus masuk ke dalam dunia khayalannya kalau aku ingin membuat Eunra sembuh. Aku menuruti saranmu itu. Aku masuk ke dunianya yang gila itu. Membayangkan diriku sedang bicara dengan Taemin dan memintanya melepaskan Eunra untukku. Kamu tau?! Taemin muncul di hadapanku. Aku bicara dengannya. Aku bisa melihatnya dan itu benar-benar nyata,” Seunghyun menjelaskan.

“Kurasa kamu tertular gilanya Eunra sekarang,” ujar Byun Hyun sambil terkekeh.

“Byun Hyun-ah, aku serius,,,,” ujar Seunghyun memohon agar Byun Hyun mempercayainya. “Aku benar-benar bicara dengan Taemin beberapa menit yang lalu. Percayalah,,,,”

Byun Hyun menatap Seunghyun.

“Taemin menjadi hantu,,,” ucap Seunghyun.

“Apa yang dia katakan kepadamu?” tanya Byun Hyun.

“Semua yang ingin kukatakan. Byun Hyun-ah, aku mencintai Eunra. Yah, aku yakin itu! Jadi, ijinkan aku melakukan hal yang lebih agar dia sembuh. Mungkin dia akan menangis.”

“Apa yang ingin kamu lakukan?” tanya Byun Hyun mulai khawatir.

“Ijinkan aku,” ujar Seunghyun.

“Terserah,,,” cetus Byun Hyun.

Seunghyun bangkit dari kursinya. Dia segera berlari ke luar kelas. Lari menuju perpustakaan sekolah. Mendapati Eunra di sana. Ditariknya tangan Eunra, mengajak yeoja itu ke arah parkiran secara paksa.

“Eoddigayo?” tanya Eunra bingung.

“Ikuti aku,,” seru Seunghyun singkat. Memasakangkan helm ke kepala Eunra. Menyuruh Eunra menaiki motornya dan pergi membawa yeoja itu ke makam Taemin.

Dari kelas yang ada di lantai atas, Byun Hyun berdiri di depan jendela menyaksikan Seunghyun membawa Eunra pergi.

 

L&F

 

Pemakaman
“Ini,,,” Eunra mengenali tempat yang dia datangi bersama Seunghyun sekarang ini.

“Kamu tau kita di mana,” kata Seunghyun.

Sedikit memori itu terbayang di benak Eunra. Dia hanya sekedar merasa mengenali tempat ini, tapi tak tau ini di mana. “Apa yang akan kita lakukan di kuburan?”

“Menyembuhkanmu,” cetus Seunghyun.

“Aku tidak sedang sakit Seunghyun-ah,,” ucap Eunra getir.

“Aku yang sakit, bukan kamu.”

“Kalau kamu yang sakit, kenapa mengajakku ikut kamu berobat ke tempat ini.

“Aku sakit dan kamulah penyebabnya.”

“M,m,mmwoya?”

“Dan kamu juga yang bisa menyembuhkanku.” Diraih Seunghyun tangan Eunra. Mencengkram pergelangan tangan yang kecil itu dengan kuat, tidak mengijinkannya melepaskan diri. Memaksa Eunra mengikuti langkahnya yang lebar untuk menyusuri barisan nisan-nisan mencari nama Taemin di sana.

“Baca dan lihat ini, Eunra!” seru Seunghyun menunjuk batu nisan di hadapannya. Menyuruh Eunra membaca nama di nisan itu dan melihat photo siapa yang terpajang di sana.

Mata Eunra melebar. Dia merasa batu berukir nama Taemin. Dia mengambil photo Taemin dari tempatnya. Membersihkan debu di permukaannya. “Taemin-ah,” gumamnya.

“Apa sekarang kamu sadar?” tanya Seunghyun tak sabaran.

“Sadar?” tanya Eunra bingung.

Seunghyun mengembalikan photo Taemin di tangan Eunra ke tempatnya semula, ditariknya bahu Eunra menghadapnya. “Eunra-ya sadarlah, Taemin sudah meninggal setahun yang lalu!” katanya tegas. Eunra membalas tatapan matanya. “Taemin sudah meninggal, Eunra,,,,” Eunra menggeleng, seakan menolak kenyataan itu. Masih yakin Taemin masih hidup dan dia tidak mau mendengar kenyataan yang lain.

“Dengarkan aku!” Seunghyun menekankan jari-jarinya di bahu eunra. “Taemin meninggal setahun yang lalu akibat kecelakaan saat mengejarmu. Dia tertabrak mobil dan kamu tidak menyadari itu. Kamu hanya tau Taemin meninggal setelah semuanya terjadi. Karena kesalahanpahaman itu. Kamu melihat IU mencium Taemin, kamu marah dan berlari tak memperdulikan Taemin yang mengejarmu untuk menjelaskan semuanya. Kamu meninggalkannya dengan bus tapi dia tetap berlari dan akhirnya tabrakan itu terjadi.

“EUNRA-YA, SADARLAH TAEMIN SUDAH MENINGGAL DAN KAMU HARUS MENERIMA KENYATAAN ITU!!”

Eunra terisak terlalu mudah.

“Kenapa menangis? Apa karena bentakkanku?” tanya Seunghyun dengan nada tinggi.

Eunra menggeleng.

“Lalu apa?”

“Taemin-ah,,, aku,,,”

“Kenapa Taemin?”

“Aku, sangat mencintainya,,,,” tutur Eunra lirih.

“Jeongmal?” Eunra mengangguk lagi. “Karena itu kamu tidak bisa menerima kematiannya?”

“Dia belum meninggal,” ujar Eunra.

“Kamu harus terima dia sudah meninggal Eunra-ya!” seri seunghyun berusaha keras membuat Eunra mengerti kalimat semacam itu.

“Andwe,,,, Dia akan terus tetap hidup untukku. Itu pasti,” kata Eunra, masih menangis.

“Kamu harus melupakannya. Dia juga harus hidup di dunia yang seharusnya dia tempati. Ara,, sangatlah susah menerima kenyataan seperti itu. Tapi, kamu tak bisa terus begini. Ini menyakitkan. Arasseo Eunra-ya,,”

“Andwe,,,,,” kata Eunra pelan.

“Kamu harus melupakannya karena kamu segera mulai belajar untuk mencintaiku,” ujar Seunghyun tugas. Eunra berhenti terisak dan menatapnya. “Aku mencintaimu,,,”

Seunghyun mengambil kesempatan ini, disaat Eunra melemah dia menarik tubuh itu ke dalam pelukannya. Memeluk Eunra dengan cara terlembut yang pernah dia lakukan terhadap orang lain.

Seseorang akan tersentuh saat dia terpuruk datang sebuah pelukan hangat yang menjadi sumber semangat untuknya saat itu. Bahkan, karena pelukan yang tulus, seseorang yang emosi di dalam tubuhnya tak bisa dikontrol, emosi itu akan musnah.

Seunghyun mengalihkan sudut pandangannya, di ujung penglihatannya dia bisa melihat Taemin. Menatapnya.

“Kita harus segera kembali ke sekolah,” ujar Seunghyun melepaskan pelukkannya. “Kalau tidak guru akan tau kita keluar dari sekolah.” Dia mengenggam tangan Eunra, menunjukkannya kepada Taemin, dia bisa menyentuh Eunra secara nyata sedangkan Taemin tidak. Dia mengarahkan langkah Eunra ke arah Taemin dan mereka berjalan menembus Taemin. Melewati tubuhnya yang tidak nyata.

Taemin-ah, jaebal biarkan Eunra bersamaku,,,

 

L&F

 

Sesampainya di sekolah, Seunghyun dan Eunra terlambat masuk ke dalam kelas matematika. Kelas sudah dimulai sat mereka tiba. Seunghyun masih menggandeng tangan Eunra ketika mereka masuk ke dalam kelas. Seunghyun menyuruh Eunra duduk di bangku dengan lembut dan dia juga duduk di bangkunya di samping Byun Hyun. Semua mata menatap mereka berdua. Heran Eunra dan Seunghyun datang bersama dan bergandengan. Bahkan, songsaenim saja merasa takjub dengan pemandangan itu. Setahun belakangan ini Eunra tidak pernah bersama-sama dengan murid lain. Dan Seunghyun?

“Darimana saja kalian?” tanya Byun Hyun kepada Seunghyun.

“Makam Taemin,” jawab Seunghyun datar.

“MWO?” sentak Byun Hyun, semua mata beralih menatapnya dan membuat suasana kelas lebih cangggung.

“Aish,,, pelankan suaramu,” ujar Seunghyun mendesah.

“Sudah,,, sudah,,, Byun Hyun-ah dan Seunghyun-ah, jangan bicara lagi. Semuanya, konsentrasi ke papan tulis. Perhatikan aku!” seru songsaengnim di depan sambil mengetuk papan tulis dengan penggaris.

Seunghyun mengeluarkan buku catatan, dia mencoba berkonsentrasi dengan kelas matematika. Tapi, beberapa saat kemudian konsentrasi itu buyar. Dilihatnya Eunra membaca buku harian Taemin.

“Dia seharusnya berhenti membaca buku harian itu,,,” kata Seunghyun. Byun Hyun menoleh ke arahnya, membuka matanya lebar seakan bertanya ‘ada apa?’ Seunghyun menggeleng dan kembali memerhatikan songsaengnim.

Dan, tanpa sepengetahuan Seunghyun, Eunra menoleh ke arahnya.

 

L&F

 

Hujan turun di jam pulang sekolah. Semua murid tampak enggan pergi dari kelas mereka, memilih untuk menunggu hujan reda dulu, baru pulang ke rumah. Tapi, ada juga beberapa anak yang beranjak pergi menggunakan payung mereka menuju halte bus.

“Mau ikut bersamaku, pulang dengan motorku?” tanya Byun Hyun ke Seunghyun.

“Hujan-hujanan?”

“hhhh,,, aku harus pulang dan menyelesaikan permainanku,” kata Byun Hyun sambil menatap langit.

Seunghyun mencibir saja. Matanya beralih ke Eunra yang duduk di samping Byun Hyun dan dia masih membaca buku harian Taemin.

Eunra menutup buku harian itu dan beranjak pergi, dia keluar kelas. Seunghyun mengikutinya. Yeoja itu berjalan di tengah hujan yang turun dengan derasnya.

“Apa dia sungguh tidak waras?” gerutu Seunghyun sambil berkacak pinggang. Dia tidak mau menuruti Eunra berhujan-hujan ria karena dia pikir dia waras, jadi dia tidak mau melakukan itu. Dia meminjam payung kepada seorang teman dan baru mengikuti Eunra. Yeoja itu berjalan menuju halte bus tanpa memperdulikan hujan yang turun.

“Aish,,,, seragamnya basah semua dan itu membuat tubuhnya terlihat jelas,” ujar Seunghyun lagi. “Kenapa membagi tubuhnya itu dengan orang lain?!” Seunghyun mencibir. Dia memerhatikan sekitar, tak ada seorangpun di jalan dan halte sangat sepi. Saat bus datang, hanya ada beberapa orang di dalamnya.

Eunra masuk ke dalam bus dan duduk di kursi nomer dua dari deretan paling belakang bus. Seunghyun mengikutinya. Dia menutup payung pinjamannya dan duduk di kursi paling belakang bus. Memerhatiakn Eunra.

“Apa kamu tidak kedinginan?” tanya Seunghyun, tidak tahan lagi membiarkan Eunra berdiam dalam keadaan basah kuyup.

Eunra tau yang bertanya itu Seunghyun, dia tidak menoleh. Dia menggeleng saja. Dia menangis sebenarnya sambil memegangi buku harian Taemin yang terbuka di pangkuannya.

Bus tiba di halte yang seharusnya Seunghyun turun karena di dekat halte itu rumah noona-nya. Seunghyunpun bangkit, dia berdiri di samping Eunra, mengeluarkan sebuah jaket dari tasnya dan memberikannya kepada Eunra. “Pakai ini kalau tidak kamu akan segera masuk angin. Dan,,, aku tidak suka tubuhmu terlihat jelas karena bajumu basah,” ujar Seunghyun mengakui itu.

Eunra tidak menyahut.

“Pakai saja,,, aku tidak menuntutmu mengembalikannya,” ujar Seunghyun lagi. Dia meletakkan jaketnya di pangkuan Eunra dan pergi.

“Camkan,” tiba-tiba Eunra menarik tangan Seunghyun menahan namja itu. “Gajima,” ujarnya.

“Eo?” bengong Seunghyun.

“Aku ingin kamu menemaniku.”

“Mwo?”

“Temani aku,” ulang Eunra.

Setengah hati, itu karena kebingungannya akan permintaan Eunra, Seunghyun duduk di sebelah Eunra. Dia tertegun tak percaya tangan Eunra menggenggam pergelangan tangannya dengan erat. Mencoba membebaskan tangannya, tapi jari-jari Eunra bergerak mempererat pegangannya. Tak mau melepaskan.

Ini sebenarnya ada apa? Tanya Seunghyun heran menatap Eunra. Yoeja itu tidak bergerak, menatap buku harian Taemin yang tertutupi jaket Seunghyun.

“Chua, aku akan menemanimu dan mengantarkanmu sampai ke depan pintu rumahmu,” kata Seunghyun, dia menyandarkan tubuhnya. “Tapi, maukah kamu melepaskan tanganku sebentar?”

Eunra menggeleng. “Nanti kamu akan pergi.”

“Aniya,,” ujar Seunghyun lembut. “Lepaskan tanganku sebentar saja. Aku ingin membantumu memasangkan jaket itu. Setelah itu, silahkan pegang tanganku kembali.”

Jari-jari Eunra terbuka, dia membiarkan tangan Seunghyun terlepas darinya. Dan, Seunghyun langsung memakaikan jaketnya di tubuh Eunra, sementara Eunra diam saja.

Seunghyun mengulurkan tangannya di hadapan Eunra. “Sekarang, kamu boleh memegangi tanganku kembali.”

“Jeongmal?” tanya Eunra pelan. Seunghyun tersenyum dan mengangguk.

Pelan-pelan Eunra mengangkat tangannya mendekati tangan Seunghyun.

“Kamu,, maukah mengajariku untuk mencintaimu agar aku bisa melupakan Taemin?” tanya Eunra. Tangannya berada di atas tangan Seunghyun. Matanya menatap Seunghyun menunggu jawaban.

Sebelah alis Seunghyun terangkat.

“Ajari aku mencintaimu,,,” ulang Eunra.

Seunghyun mengangguk, dia menggenggam tangan Eunra dengan lembut.

“Apa kamu mau?”

Seunghyun mengangguk lagu.

“Gomawo,” ucap Eunra datar.

“Tapi, kenapa meminta aku untuk melakukan itu?” tanya Seunghyun.

“Aku,,,,” gumam Eunra.

“Wae?”

Eunra menarik tangan Seunghyun, sentak tubuh Seunghyun mengikuti arah tenaga yang menarik tangannya. Dia menjadi lebih dengan dengan Eunra. Dan secara cepat, Eunra mencium bibirnya. Seunghyun memejamkan matanya, apa ini nyata? Tanya di dalam hatinya.

Mata Seunghyun terbuka kembali, dan Eunra masih mencium bibirnya.

Ini nyata,, katanya di dalam hati. Tapi, kenapa dia menciumku?

“Karena aku tau kamu mencintaiku,,,” kata Eunra usai mencium Seunghyun.

“Geure,,” gumam Seunghyun. Dipeluknya Eunra. “Benar, aku mencintaimu.” Seunghyun tersenyum. Dia puas dengan apa yang dia lakukan benar-benar menyembuhkan Eunra. Dia yakin, kalimat yang dia tulis di lembaran akhir buku harian Taemin berhasil membuat Eunra sadar dari mimpi panjangnya.

~THE END~

 

 

Ini pesan terakhir dari buku harian yang kutulis,

Entah atas dasar apa aku menulis ini. Hanya saja,, aku suka memikirkan hal buruk setelah memikirkan hal baik. Itu akan membuatku berhati-hati.

 

Apabila suatu nanti, pada akhirnya aku tidak denganmu. Kumohon, datanglah kepada namja yang mencintaimu,,,

 

Seseorang yang takut kamu kedinginan dan meminjamkan jaketnya untukmu,,,

Seseorang yang berani membentakmu untuk menyadarkanmu dari sesuatu yang bodoh,,,

Dan seseorang yang berani mengatakan kalau dia mencintaimu,,,

 

Taemin

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet