Chapter 2

lost and found

FlashBack,,,,,

Byun Hyun POV
EunRa terus berjalan. Yeoja itu terus berbicara sesuatu yang tidak penting. Dia bersikap wajar, dia adalah Eunra yang selalu banyak bicara dipagi hari saat kami berangkat ke sekolah. Dan, dia mencari Taemin seakan tidak terjadi apa-apa tadi malam.

Menangis dan berlari, itu sudah bisa menjelaskan kalau apa yang dia lihat tadi malam membuat hatinya sakit.

Dia berpura-pura ,,

 “Eunra-ya,” kupanggil Eunra dengan suara serakku.

“Wae?” Eunra berbalik dan dia terkejut. “Kenapa kamu menangis?” tanyanya bingung. “Di mana Taemin?”

“Taemin mengalami kecelakaan saat mengejarmu. Kita harus pergi kepemakamannya sekarang,,” ujarku. “Ganti bajumu segera.”

Eunra membatu.

“Ini bukan lelucon. Aku tidak mungkin menjadikan kematian temanku sebagai lelucon.”

 

L&F

 

Author POV
Gemuruh hujan mengiringi kepergian seseorang untuk selamanya, dan sesekali guntur terdengar memecahkan keheningan suasana pemakaman.

Byun hyun menghampiri Eunra yang tersedu di depan makam. Ikut berjongkok dan memeluk pundak Eunra.

“Aku mencintainya. Sangat mencintainya,,,,,,,,” ujar Eunra lirih.

“Dan dia sangat mencintaimu,” beritahu Byun Hyun.

“Aku terlalu munafik untuk mengakui perasaanku.”

“Itu salahmu,,,” gumam Byun Hyun sangat pelan.

“Aku sangat  terlambat untuk mengatakannya kan?”

“Molla,” sahut Byun Hyun menggeleng.

“Dan dia menyakitiku Eru-ya,,, Dia mencium yeoja lain dihari yang sama setelah dia menyatakan perasaannya kepadaku. Apa maksud semua ini? Tolong jelaskan,,,”

“Na do mollasseo. Aku benar-benar tidak tau. Aku juga tidak mengerti tentang itu. Dia bilang dia harus bertahan untuk menjelaskan semuanya, tapi dia pergi sebelum melakukan itu,,,”

“Menjelaskan tentang apa?” tuntut Eunra. “Tentang dia dan yeoja itu?”

Byun Hyun diam saja, dia juga tidak tau kenapa Taemin mencium yeoja itu. Dia benar-benar tidak tau.

 

L&F

 

Byun Hyun POV
Selama seminggu tidak hadir di sekolah, aku bisa memaklumi. Eunra pasti sangat sedih dan memerlukan waktu untuk sendiri. Aku membiarkannya sendiri dan aku tidak menjenguknya sekalipun. Aku hanya menatap jendela kamarnya dari kamarku. Terbuka setiap pagi jendela itu, tapi aku tak pernah melihatnya.

Sebulan kemudian, ini waktu yang terlalu lama untuk menyendiri. Dia harus sekolah dan hidup selayaknya. Aku kesepian tanpanya. Tidak ada dia di kelas membuatku merasa kehilangan dua teman sekaligus. Tidak hanya Taemin yang meninggal, tapi Eunra juga.

Bukannya aku tak mau berteman dengan teman yang lain, aku hanya merasa aneh sehari saja tidak bersama mereka.

Sore ini aku memutuskan pergi ke rumah Eunra. Aku dipersilahkan eomma Eunra masuk ke kamarnya.

“Jangan terkejut melihat keadaannya,” kata eomma Eunra.

“Apa rambutnya berantakan seperti sarang burung? Hahaha,,, Aku suka style-nya yang seperti itu,” candaku kepada eomma Eunra. Dia terlihat sedih jadi aku mencoba membuatnya tersenyum. “Aku tidak akan terkejut,” ujarku meyakinkannya.

Eomma Eunra membukakan pintu untukku. “Silahkan masuk,,”

Aku tersenyum dan eomma Eunra pergi. Akupun masuk ke dalam kamar itu. Tak ada yang berubah, kamar itu tetap seperti dulu. Rapi dan penuh dengan photo kami bertiga. Aku senang tak ada yang berubah di ruangan berwarna kuning pucat itu.

“Eunra-ya,,,,” Aku duduk di samping Eunra yang sedang asik membaca buku di ujung kamar dan rambut panjangnya sangat rapi, tidak berantakan seperti yang ada dalam pikiranku. “Eunra-ya,, bogoshippo,” cetusku sambil menahan senyum. “Aku bingung harus menyalin tugas siapa di kelas kalau tak ada kamu.”

“Eunra-ya,,, cepat kembali ke sekolah,” ujarku lagi.

Dia tetap asik dengan buku di tangannya.

“Eunra-ya!!”

“Nuguya?” katanya menoleh kepadaku.

Aku melongo. Beberapa saat aku terdiam. “Hahahahaahahaha,,, Lelucon!” seruku sambil menunjuknya.

“Nuguya?” ulangnya.

“Mwoya,,” ujarku menyenggolnya. “Berhenti bercanda!”

“Eomma!” Eunra meneriaki eomma-nya. “Siapa namja di kamarku?”

“Hya! Berhenti bercanda,” bentakku berdiri sambil menunjuknya.

“Aku tidak tau siapa kamu,” kata Eunra. “Pergi dari kamarku.”

“Aigo,,, Kamu tidak tau aku siapa? Hya!” teriakku kesal dan kupukul kepalanya. “Saatnya serius jadi hentikan leluconmu.”

“Aku benar-benar tidak tau siapa kamu,” kata Eunra.

“jeongmal?” tanyaku mulai merasa aneh dengan sikapnya.

 

L&F

 

Author POV
“Apa yang terjadi pada Eunra, eomma?” tanya Byun Hyun kepada eomma Eunra, dia memanggil beliau dengan sebutan ‘eomma’. Eomma Eunra mengajaknya bicara di dapur. Dia memberi segelas jus jambu merah untuk namja itu.

“Eunra menemukan buku harian Taemin dan setelah membaca buku itu dia menjadi sangat aneh,” kata eomma Eunra.

“Hahhaha,,, Taemin menulis buku harian? Konyol.”

“Buku harian itu diberikan oleh eomma Taemin dan itu sungguh buku harian Taemin,” kata eomma Eunra meyakinkan Byun Hyun. “Aku tidak tau apa isi buku harian itu, tapi karena buku itu Eunra menjadi sangat aneh. Suatu pagi, aku membangunkannya menyuruhnya sekolah, dia bertanya aku siapa. Dia tidak mengenali semua orang di rumah ini dan dia mengunci diri di kamar berhari-hari,

“Hari berikutnya dia keluar kamar. Dia memanggilku, dia kembali mengenaliku. Dia bertingkah sewajarnya. Dia hanya menolak untuk pergi ke sekolah. Dan, Eunra mulai berbicara sendiri. Dia memberitahuku kalau Taemin bersamanya. Dia bicara dengan Taemin.”

“Bicara dengan Taemin?” tanya Byun Hyun dengan alis terangkat. Eomma Eunra mengangguk. “Dan dia tidak mengenaliku eomma,,,,”

Eomma Eunra mengelus punggung tangan Byun Hyun. “Berdoa saja dia akan mengenalimu beberapa hari lagi.”

“Ada alasan di balik semua ini?” tanya Byun Hyun.

“Dokter bilang dia seperti itu karena tertekan. Dia belum bisa menerima kepergian Taemin.”

Lebih dari sebulan, Byun Hyun mulai gerah dengan semua ini. Konyol! Itu yang dia sebut untuk kisah ini. Taemin meninggal dan Eunra lupa siapa dia. Ditambah kebiasan baru Eunra berbicara sendiri, tidak, Eunra menganggap dirinya berbicara dengan Taemin.

Suatu sore Byun Hyun pergi ke makam Taemin. Dia berbicara dengan makam Taemin.

“Aku tidak percaya sesuatu yang gaib. Kamu menjadi hantu. Wae? Kamu sudah meninggal! Kamu dan Eunra sekarang berada di dunia berbeda. Kalaupun kamu menjadi hantu atau apalah, kumohon jangan menghalangi hidupnya. Dia harus sekolah dan hidup seperti remaja pada umunya. Jaebal,,,, Biarkan dia hidup layak. Dia temanku, meskipun kamu mencintainya lebih dari aku menyayanginya, tapi tidak harus seperti ini. Aku benci dia menjadi orang bodoh nantinya,,,,”

Byun Hyun berhenti bicara. Dia diam dan mengatur nafas.

“Mianhae,,,, ” gumamnya kemudian, meminta maaf bicara kasar di depan makam temannya.

Perlahan, Byun Hyun pergi dari makam Taemin dan hamparan makam di atas bukit menjadi sepi. Tak ada siapapun di sana. Kecuali suatu hal yang tidak bisa disebut ‘seseorang’. Dia, makluk yang tak tau apa namanya itu, menatap nanar punggung Byun Hyun yang semakin menjauh.

“Arasseo,,,,” Dia berbicara, menyahut semua kalimat yang Byun Hyun lontarkan di depan makamnya.

“Flashback End”

 

L&F

 

Seunghyun POV
Duduk sebangku dengan Byun Hyun menyenangkan, dalam waktu beberapa minggu aku dan dia bisa menjadi teman akrab. Dia anak yang menyenangkan dan dia mengetahui banyak hal, membuat dan dia bisa membicarakn banyak hal. Bicara membuat orang menjadi lebih dekat. Itu benar!

Hari ini, saat jam pelajaraan olahraga, seongsaengnim mengijinkan kami melakukan apapun. Dia meliburkan kami dari kegiatan berolahraga berat yang biasanya dia perintahkan untuk pengambilan nilai. Hari ini songsaengnim mempunyai pekerjaan lain yang lebih mendesak. Itu alasannya hari ini kami dibebaskan.

Para yeoja di kelasku memilih berkeliaran di halaman belakang sekolah dan berkumpul di bawah pohon untuk membicarakan sesuatu. Mungkin aku?! He,,,, Lain yeoja, lain lagi namja. Aku dan teman namjaku yang lain memilih bermain sepak bola.

“Seunghyun-ah!” namja bernama Lee Byun Hyun itu memanggilku dari pinggir lapangan.

“Wae? Menganggu saja” gerutu di lapangan. Byun Hyun mengganggu konsentrasiku mendrible bola ke arah gawang.

“Seunghyun-ah!” Aish,,,, namja itu memanggilku lagi.

“Wae?” Aku berhenti mendrible bola sesukaku di tengah lapangan, berkacak pinggang menghadapnya. “WAE?” tanyaku lebih nyaring.

“HP-mu terus berdering!” beritahu Byun Hyun juga berteriak.

“Aaahhh,,, arasseo, arasseo,” sahutku malas. Aku meminta maaf kepada temanku yang lain karena aku harus mengangkat telpon itu.

“Ne,,, arasseo eomma,” ujarku mengakhiri ocehan eomma-ku dari seberang sana. Dia mengucapkan semua undang-undang yang dia ciptakan untukku. Di Seoul, aku tinggal bersama noonaku dan dia takut aku berbuat yang aneh-aneh tanpanya di sini.

 “Eomma-mu?” tanya Byun Hyun setelah aku menutup telpon. Aku mengangguk. “Kedengerannya dia sangat cerewet. Hahaha,,”

“Aish,,,, Beraninya kau mengatai eomma-ku!” desisku berpura-pura ingin menamparnya.

“Itu fakta!” kata Byun Hyun menunjuk mukaku sambil tersenyum.

Aku tertawa saja. Haus! Aku meminta air dari botol mineral yang Byun Hyun beli beberapa menit lalu. Tanpa meminta ijin terlebih dulu kepadanya. Aku tau dia tidak akan marah hanya karena itu.

Aku meliriknya, dia sedang asik bermain dengan smartphone barunya. Ada yang membuatku tertarik dengan benda itu. Bukan benda canggih yang dia pegang, kalau itu aku juga punya sama sepertinya, yang membuatku tertarik adalah sesuatu yang bergelantungan di ujungnya.

Aku mendekat. Benda itu berwarna pink dan berbentuk persegi. Sangat manis, ani! Terlalu manis untuk seorang namja. “Buahahahaha,,,,,Aku merasa jijik! Namja setampan kamu membawa benda cute seperti ini kemana-mana dan dijadikan gantungan HP. Itu terlalu feminim untukmu.”

Byun Hyun tersenyum dan mengusap benda itu penuh kasih sayang.

Aku lebih mendekati benda itu. Benda itu adalah pigura pink dengan photo yang sangat kecil di dalamnya. “Camkaman, yang ada di photo ini Eunra bukan? Dan ini kamu,” Aku mengenali dua orang dari tiga yang ada di photo itu. “Lalu siapa namja ini?” tanyaku.

“Photo aku dan sahabatku. Dulu, kami bertiga adalah tiga sekawan yang selalu bersama. Tapi, sesuatu yang buruk terjadi,,,”

Aku berhenti tertawa. “Ah mianhae,,,” sesalku.

“Semenjak itu, Eunra tidak lagi menganggapku teman.”

“Kalian bertengkar?” tanyaku sekaligus menebak.

“Ani,, bukan karena itu.”

“Lalu?” Aku sangat ingin tahu.

Byun Hyun tersenyum sedukatif.

 

L&F

 

“Flashback”
Byun Hyun POV
“Eunra-ya,,,, sampai kapan kamu lupa aku ini Eru. Lee Byun Hyun. Temanmu dari kecil!”

Habis sudah sabarku. Yah, Eunra kembali ke sekolah setelah aku membentak makam Taemin. Ini aneh! Apa Taemin benar-benar menjadi hantu. Dia mendengarkan aku membentaknya, lalu menyuruh Eunra ke sekolah seperti yang aku pinta? Konyol!

Aku tidak perduli dengan semua kekonyolan itu. Eunra masih saja bicara dengan angin yang dia anggap Taemin dan dia tidak tau aku siapa. Dia kembali ke sekolah dan mengingat nama semua orang di kelas, dia mengenali semua guru, bahkan dia masih sepintar dulu. Dia hanya lupa aku. Dia hanya melupakan aku. Dan, itu yang membuatku sangat gerah.

Di suatu pagi, aku menghampirinya di dalam kelas. Dia sedang berbicara dengan Taemin alias angin. Aku membentaknya. Dia membuatku prustasi. Dia harus mengingatku. Harus!

“Apa kamu tidak memikirkan perasaanku?!”

“Apa aku menyakitimu?” Eunra bertanya kepadaku.

Aku terkekeh. “Ne! Kamu menyakitiku. Hanya aku yang kamu lupakan.”

“Mianhae,,, tapi aku benar-benar tidak tau siapa kamu,” ujar Eunra sopan.

“Mwo? Sampai kapan? Waeyo? Kamu hanya tidak ingat aku ini siapa. Aku ini temanmu dari kecil. Aku sama seperti Taemin! Kita bertiga adalah teman dari kecil!!”

Eunra berbalik menghadap bangku Taemin di belakangnya yang sekarang kosong. “Taemin bilang dia tak tau siapa kamu,” ujarnya.

“Mwo? Kamu gila Eunra dan seharusnya kamu berada di rumah sakit jiwa!” bentakku kehilangan kontrol.

PLAK! Tangan Eunra melayang menamparku.

“Michisseo,” desisnya di depanku sebelum pergi.

“FlashBack End”

 

L&F

 

 Author POV
Suatu sore Seunghyun bertemu Eunra di sebuah perpusatakan. Dia datang ke tempat itu atas perintah noona-nya yang menyuruhnya mencari sebuah buku resep makanan khas dari seluruh dunia. Merepotkan!

Eunra duduk di lantai di pojok ruangan. Seunghyun mendekatinya, dia mencoba menciptakan tali pertemanan dengan yeoja itu. Sudah tiga bulan menjadi teman sekelas tapi sekalipun mereka tidak pernah berinteraksi satu sama lain. Ini aneh.

Seunghyun duduk di samping Eunra, lupa apa tujuannya datang ke perpustakan. “Annyeong!” Sapanya sambil tersenyum menampilkan pipinya yang lucu.

 "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Eunra jutek.

Seunghyun memandang sekeliling dan mengangkat bahunya. "Entahlah,,," sahutnya. Dia menatap mata Eunra. Sepertinya aku mengenali wajah ini,,,,, ujarnya dalam hati.

"Kamu buta?" tanya Eunra tiba-tiba dan Seunghyun menggeleng. "Kalau tidak, kenapa kamu di sini? Menggangguku."

"Mengganggu?" tanya Seunghyun heran. "Kamu sendirian di sini dan aku ingin menemani kamu. Apa itu mengganggu?"

"Hya, Song Seunghyun! Kamu buta atau apa?! Aku tidak sendirian. Aku sedang bersama Taemin, jadi aku tidak memerlukan teman!" kata Eunra nyaring.

"Taemin?" kening Seunghyun berkerut. "Dan kamu tau namaku?"

"Wae? Kamu itu teman sekelasku jelas aku tau namamu. Kamu pikir aku begitu bodoh sampai nama teman sekelas saja tidak tau."

Seunghyun menggaruk kepalanya. "Kamu tau namaku. Apa kamu kenal Lee Byun Hyun?"

"Molla!" Eunra setengah berteriak.

"Ini perpustakaan, tolong tenang,,," tegur penjaga perpustakaan.

Eunra melototi Seunghyun. "Aish,, kamu sangat menyebalkan!" ujarnya emosi. "Taemin-ah, palli kajja!" katanya mengajak seseorang yang tak tampak.

"Taemin?" tanya Seunghyun lagi.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet