Chapter 3

lost and found

Author POV

“Taemin?” gumam Seunghyun di jalan. Dia melupakan apa niatnya datang ke perpustakaan, dia melupakan titipan noona-nya dan dia malah pergi ke sebuah café kopi. Ada Byun Hyun di sana.

“Byun Hyun-ah!” serunya di depan pintu café sambil melambaikan tangan. Dia berlari kecil menghampiri teman sekelasnya itu.

“Kamu ini sangat berisik!” gerutu Byun Hyun melotot.

Seunghyun manyun. “Kulihat kamu memakai headset, jadi kupikir kamu tidak bisa mendengarku.”

“Ini hanya hiasan,” ujar Byun Hyun santai.

“Hah? Hiasan?”

Byun Hyun mengangguk. “Aku punya kebiasaan selalu memakai headset tapi tak ada musik. Lihat ini!” Byun Hyun mengangkat ujung headset yang dia gunakan. Ujung headset itu tidak menancap pada sesuatu yag bisa memainkan musik seperti mp3 atau apalah.

“Apa gunanya?”

“Tidak ada, aku hanya suka memakainya,” sahut Byun Hyun, memasang headsetnya lagi.

Seunghyun memanggil seorang pelayan dan memesan kopi favoritnya.

“Eng,,, Aku bertemu Eunra di perpustakaan beberapa menit yang lalu.” Byun Hyun menatap Seunghyun. “Aku mendekatinya. Aku ingin berteman dengannya. Tapi, dia marah-marah denganku. Dia bilang aku mengganggunya bersama Taemin.”

Byun Hyun terkekeh. “Eunra sedikit gila. Lain kali jangan pernah kau berani mendekatinya saat dia sendiri. Dia tidak sendirian. Dia bersama Taemin. Yah,,, itu yang selalu dia katakan kepada semua orang.”

“Eng,,, Dia tidak ingin siapa kamu kan?” tanya Seunghyun hati-hati.

“Wae?” tanya Byun Hyun curiga.

“Tapi, bagaimana dia bisa tau namaku? Nama lengkapku. Eunra menyebutkan nama lengkapku dengan benar. Dan dia tau aku adalah teman sekelasnya.”

Byun Hyun tertunduk. “Yah,,, dia mengingat semuanya kecuali aku,” gumamnya.

“Wae?” tanya Seunghyun, raut wajahnya sangat ingin tau.

Byun Hyun menatap Seunghyun. “Apa yang sebenarnya terjadi pada Eunra?” tanya Seunghyun.

Byun Hyun memutar-mutar jari di kedua sisi kepalanya. “Sudah kukatakan, dia gila. Dia, bisa dibilang setengah gila.”

Seunghyun tertawa. “Aku serius, jadi jangan bercanda,” ujarnya.

“Ani, aku serius!” tanda Byun Hyun. “Dia hanya tidak bisa mengingat aku, temannya dari kecil. Dan aku tidak tau kenapa itu.”

“Apa yang terjadi pada Taemin?” tanya Senghyun.

Byun Hyun menatap Seunghyun dan Seunghyun menunggu jawabannya.

“Taemin pernah menyatakan perasaanya di café ini kepada Eunra tapi, Eunra menganggap itu lelucon aku dan Taemin. Eunra marah dan langsung pulang. Malamnya, aku menemui Eunra dan meyakinkan dia kalau perasaan Taemin kepadanya bukan lelucon. Taemin sungguh-sungguh menyukainya sejak kami kecil. Taemin hanya malu mengutarakannya. Yah,,, karena kalimatku bisa meyakinkan Eunra, Eunra pergi menemui Taemin di taman malam itu. Itu rencana B kami kalau rencana A gagal. Aku menyuruh Eunra pergi lebih dulu ke taman itu. Tapi apa, saat Eunra tiba di taman, dia malah melihat Taemin berciuman dengan yeoja lain. Aku tidak mengerti kenapa Taemin jadi sebodoh itu. Dia membuat Eunra menangis, berlari. Kami mengejarnya. Taemin bilang dia harus menjelaskan sesuatu, akupun tak tau apa,

“Aku mengikuti Taemin berlari mengejar bus yang dinaiki Eunra. Dan disaat mengejar bus itu, Taemin ditabrak mobil. Aku bisa membawanya ke rumah sakit, tapi dia tidak bisa bertahan. Taemin meninggal karena kecelakaan itu,

“Dokter bilang, yang terjadi pada Eunra disebabkan syok yang sangat hebat karena tidak siap menerima kematian Taemin. Tapi, aku sungguh tidak mengerti. Kenapa hanya aku yang dia lupakan.”

Seunghyun terdiam, dia tak tau harus mengatakan apa.

“Eomma Eunra mengatakan padaku, kalau Eunra mulai berubah setelah membaca buku harian Taemin,” ujar Byun Hyun masih bercerita.

“Buku harian, apa kamu pernah membacanya?” tanya Seunghyun lagi.

Byun Hyun menggeleng.

“Kamu tidak mencoba mencari tahu?”

“Aku sudah mencoba, tapi tak bisa. Terus berusaha agar dia mengingatku hanya membuatku sakit hati. Sungguh!” ujar Byun Hyun bicara, dia terlihat sedih, namun dia tersenyum kepada Seunghyun.

“Aku menganggap kedua temanku sudah meninggal setaun yang lalu,” kata Byun Hyun lagi.

“Wae,,,?” kata Seunghyun, keberataan dengan pemikiran Byun Hyun.

“Pemikiran itu membuatku lebih baik. Hahaha,,,,” tawa Byun Hyun terdengar aneh. “Dan, kalau bias, aku juga ingin pindah rumah.”

“Apa hubungannya?”

“Rumahku dan rumah Eunra bersebelahan. Jendela kamarku dan jendela kamaranya berhadapan Song Seunghyun,,,,,” Byun Hyun menjelaskan.

Seunghyun diam sesaat. Dia menatap Byun Hyun. “Jangan-jangan kamu juga menyukai Eunra,” cetusnya.

“Mworageo!” bentak Byun Hyun dan melempar bantal kecil tepat ke muka Seunghyun.

“Cinta segitiga. Mungkin saja kan?!” Seunghyun masih saja mencerocos.

“Aish,,, Bagaimana bisa pemikiran itu muncul di kepalamu yang kecil?”

“Ukuran kepalaku normal, Pabbo!” caci Seunghyun dan membalas Byun Hyun melemparinya dengan bantal. ” Itu mungkin saja!” ujarnya kukuh.

“Ani,,,, tidak seperti itu!” ujar Byun Hyun membantah.

“Aku meragukanmu.”

“Aku sudah mempunyai yeojachingu sebelum Taemin menyatakan perasaannya ke Eunra, jadi tidak mungkin aku menyukai Eunra!” tandas Byun Hyun sambil berdiri dan bicara di depan muka Seunghyun.

 

L&F

 

Setiap harinya aku dan Eunra akan duduk bersama di bangku taman sekolah saat jam istirahat. Duduk berdua sambil membicarakan sesuatu dan menikmati udara siang itu menyenangkan.

“Aku benci Seunghyun. Aku tidak menyukainya. Dia itu sangat aneh,” kata Eunra kepada Taemin. Dia cemberut.

“Waeyo?” tanya Taemin kalem.

“Dia itu sangat aneh. Aku tau dia terus memata-mataiku setiap hari. Apa dia tidak punya pekerjaan lain? Dan dia selalu menganggap kamu tak ada bersamaku. Itu bukti kalau Seunghyun sangatlah aneh,” ujar Eunra.

“Dia menyukaimu,” kata Taemin sambil tersenyum, berniat menggoda Eunra dengan senyumannya itu.

“Mwo?” sentak Eunra dengan mata membulat.

“Eum,,, mungkin saja kan dia menyukaimu.”

Eunra berpikir, lalu, “Apa benar dia menyukaiku?” tanyanya kemudian.

“Mungkin saja,” sahut Taemin bergumam.

“Aish,,, Sudah berhentilah membicarakan Seunghyun! Aku tidak peduli dia mencintaiku atau tidak. Aku hanya mencintaimu,” tandas Eunra dan menggembungkan pipinya.

“Aku juga hanya mencintaimu,” kata Taemin sambil tersenyum lebar. Dia tertunduk malu menyembunyikan pipinya yang merona.

“Waeyo?” tanya Eunra heran dengan tingkah Taemin.

“Gwenchana,,” sahut Taemin masih tertunduk.

Eunra menengok muka Taemin. “Aigo,,, pipimu memerah. Apa itu karena aku mengatakan aku mencintaimu?” tanya Eunra sambil menusuk-nusuk pelan pipi Taemin yang memerah. Taemin mengangguk. “Cute!” gemas Eunra langsung memeluk Taemin.

 

L&F

 

Seunghyun POV
Eunra,,,, seminggu ini kuperhatikan, dia sungguh bicara sendiri dan menganggap dirinya bicara bersama Taemin. Aku juga pernah mendengarkannya bicara sendiri dan yang dia bicarakan adalah aku. Apakah dia gila?

Aku berdecak dan memiringkan sedikit kepalaku.

“Waeyo?” tanya suami noona-ku sambil menepuk bahuku.

“Gwenchanayo,,,” ujarku cepat-cepat.

Dia duduk di sampingku dan menyalakan tivi. Aku tidak peduli yang dia lihat. Aku terlalu sibuk dengan pikiranku tentang Eunra.

Apa Eunra mengalami sejenis amnesia? Tapi, kenapa hanya Byun Hyun yang tidak dia kenali.

“Kamu berpikir sangat serius rupanya, sampai tidak menghiraukanku bicara kepadamu,” kudengar suami noona-ku bicara kepadaku.

“Ah, mianhae hyung,” kataku sekilas.

“Wae? Kamu bisa cerita padaku. Aku berjanji tidak akan memberitahu noona-mu;” ujarnya berbisik kepadaku.

Kulirik noona-ku yang asik memasak sesuatu di dapur.

“Eng,,,, Teman sekelasku bersikap sangat aneh. Dia punya kebiasaan selalu bicara kepada angin. Dia berpikir angin itu adalah temannya, temannya yang sudah meninggal setahun yang lalu. Aneh bukan?”

“Dia gila,” cetus suami noona-ku menyimpulkan.

“Ani, tidak bisa dibilang seperti itu. Dia bisa mengingat semua orang dan dia tetap menjadi murid pintar di kelas, hyung,” ujarku. “Yang membuatku heran, dia hanya melupakan satu orang saja dalam hidupnya, temannya sejak kecil. Itu sangat aneh bukan?”

“Benarkah?”

Aku mengangguk. “Dokter bilang dia seperti itu karena syok, tapi bukankah tetap aneh kalau hanya melupakan satu orang saja?”

Suami noona-ku menatapku. “Kenapa kamu memikirkan hal ini?” tanyanya, membuatku kaku. “Wae?” tanyanya lagi.

Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal, kemudian aku menyeringai aneh. “Na do molla,” sahutku.

“Untuk apa kamu pusing memikirkannya, yang membuatnya aneh bukan kamu,” ujarnya.

“Aish,,,,,,,” desisiku kesal. “Kau menyebalkan,” gerutuku, menyambar jaketku yang tadi kulempar ke sofa lain dan masuk ke dalam kamarku.

 

 

L&F

 

Berapa hari ini aku mengikuti Eunra mencari tau apa saja yang dia lakukan dalamsehari-harinya. Aku lupa menghitung sudah berapa hari aku mengikutinya seperti spy dan aku lupa sejak kapan aku tertarik dengan keanehan yeoja itu.

Hari ini, sebenarnya tak ada rencana mengikutinya. Kelasku mendapat jam pelajaran tambahan dan terpaksa kami semua harus pulang sangat terlambat.

Sekarang pukul 06.45. Langit lebih gelap dari sore biasanya. Apakah Hujan akan turun?

Keluar dari kelas, aku mendengar Byun Hyun menawariku pulang bersamanya, namun aku menolak. Kupikir noona akan sempat menjemputku, namun ternyata Hp-ku mati dan aku tidak bisa menghubunginya agar dia menjemputku.

Aku harus pulang dengan bus,,, desahku dalam hati. Dengan malas akupun melangkah menuju halte. Menunggu bus beberapa menit tanpa melihat sekitar. Buspun datang dan aku memilih duduk di kursi paling belakang.

Langit semakin gelap, hujan benar-benar akan turun malam ini.

Aku memerhatikan sekitar. Hanya ada aku dan seorang yeoja. Huuhhh,, bus ini pun sangat sepi. Andai aku menerima tawaran Byun Hyun pulang bersamanya, aku pasti sudah berada di kamarku yang hangat sekarang.

Ini benar-benar hari yang sial menurutku, aku paling benci Hp-ku mati saat aku diluar rumah,,,

Ciiit,,, Bus berhenti di sebuah halte di dekat apartemenku. Saatnya aku pulang,, ujarku dalam hati. Aku bangkit dari kursiku dengan malas. Aku menoleh kepada penumpang lain di bus ini. Ya, kepada yeoja itu.

“Eunra-ya,” ujarku, mengenali yeoja itu. Dia Eunra, teman sekelasku.

Eunra menunduk saja, kurasa dia tidak mendengar aku menyebut namanya.

“Jaket ini,” cetusku secara tiba-tiba. Eunra menoleh.

“Waeyo?” tanya Eunra menatapku jutek. “Ada apa dengan jaket ini?”

Deg! Jantungku berdetak sangat kencang di satu hentakan. Itu sakit.

“Hya,, Song Seunghyun,,,” Kudengar Eunra menyebutkan nama lengkapku lagi.

Kalian tau apa yang membuatk terkejut? Wajah ini, aku pernah melihatnya di suatu tempat. Aku pernah ,melihatnya sebelum saat ini. Di mana? Dengan linglung aku memerhatikan bus yang kami tumpangi. Aku juga pernah berada di dalam sebuah bus sesepi ini, hanya ada aku dan seorang yeoja.

Mengeluarkan Hp dari sakuku dan HP itu mati. Aku juga pernah mengalami kejadian seperti ini.

Saat itu, aku terpaksa menaiki sebuah bus menuju rumah noona saat pertama kalinya aku tiba di Seoul. Waktu itu, Hpku mati jadi aku tidak bisa menghubungi noona untuk menjemputku.

Apa ini semacam dejavu?

Aku kembali menatap Eunra, dia menatapku jutek.

“Sampai kapan kamu berdiri di sampingku?” tanyanya.

“Kamu sedang bersama Taemin atau tidak?” tanyaku.

“Ani, Taemin menghilang,” jawab Eunra.

Ini terlalu nyata untuk dejavu. Eunra bicara denganku saat ini dan ini nyata bukan khayalan.

Aku mencoba mengingat sesuatu. Beberapa saat aku menatap Eunra. “Darimana kamu mendapatkan jaket ini?” tanyaku.

Eunra berpikir, sepertinya dia juga tidak begitu meningat.

Apa dia bisa mengingat hari itu? Tanyaku menunggu.

“Seseorang memberikannya kepadaku,, setahun yang lalu,,” kata Eunra, kemudian dia terdiam. Dia bingung kenapa dia bisa mengatakan itu. “Kamu!” cetusnya menunjukku.

Asha! Dia mengingat kejadian setahun yang lalu.

“Kamu yang memberikan jaket ini kepadaku setahun yang lalu,” ujarnya lagi.

Ini semacam sesuatu yang sama terjadi di waktu yang berbeda. Aku tidak tau apa namanya, tapi bagaimana ini bisa terjadi. Yeoja yang setahun lalu menangis di dalam bus bersamaku adalah Eunra?

 

L&F

 

Eunra POV
Aku ingin mengajaknya makan makanan hangat di pinggir jalan sepulang sekolah dan aku berharap hujan akan turun sore ini. Aku ingin menghangatkan tangannya dengan tanganku. Itu menyenangkan! Aku ingin melihat warna merah di pipi Taemin saat aku melakukan itu.

Kubuka buku harian Taemin dan Taemin muncul di sampingku dengan senyumannya yang kekanak-kanakan itu.

“Jadi, hari ini kamu akan mentraktirku?” tanyaku bersemangat.

“kalau hujan turun,” sahut Taemin.

“Kalau hujan tidak turun bagaimana?”

Taemin tidak menjawabku. Dia membiarkanku menunggunya.

“Taemin-ah,,,,” rengekku manja dan memasang tampang paling imut.

“Hari ini akan ada tambahan jam pelajaran bukan?” aku mengangguk. “Bolehkah aku tidak mengikutinya?” tanyanya.

“Wae? Kamu akan bodoh kalau terus bolos,” kataku menepuk pelan lengannya.

“Aku akan menunggumu di tempat jajanan yang sering kita datangi. Kamu, maukan datang sendiri ke tempat itu?”

“Aku takut kamu tidak menungguku,” ujarkku manyun.

Taemin mengelus puncak kepalaku. “Aku akan di sana saat kamu datang. Aku berjanji!” ucapnya meyakinkanku.

Aku mengangguk saja dan percaya padanya.

 

L&F

 

Eunra POV
Aku bertemu Seunghyun di bus, menyebalkan! Tapi, ada sesuatu yang aneh saat dia mengingatkanku pada kejadian setahun yang lalu. Saat dia menatapku, dia seperti membangunkanku dari mimpi yang panjang.

Dia turun dari bus beriringan denganku.

“Apa kamu ingin menemui Taemin?” tanya Seunghyun kepadaku.

Aku tidak menyahut. Aku lupa mau ke mana aku sebenarnya.

“Ara,, aku tidak akan mengganggu acaramu. Aku harus pulang ke rumah,” ujarnya lalu meninggalkanku sendirian di halte.

Sekarang, aku menjadi linglung tak tau apa yang harus aku lakukan di tempat ini.

 

L&F

 

Taemin POV
“kenapa kamu tidak datang menemuiku kemarin?”

Eunra tidak menjawab.

“Eunra-ya,,,” Dia seakan tidak mendengar suaraku. “Eunra!” panggilku lebih nyaring. “Wae? Apa kamu tidak membaca buku harianku hari ini?”

Eunra masih saja diam dan itu membuatku khawatir. Jangan-jangan dia tak bisa menyadari keberadaanku lagi.

“Eunra,,, Aku takut kamu tidak bisa melihatku lagi,” ujarku lirih. “Tatap aku!”

Eunra langsung menoleh ke arahku berada, tapi aku tau dari tatapannya dia tidak bisa melihatku.

 

L&F

 

Author POV
Eunra menoleh ke kanan ke bangku Byun Hyun yang kosong. Seunghyun menolehnya heran tapi setelah itu Seunghyun kembali fokus memerhatikan guru di depan kelas.

Eru-ya eoddi? Tanya Eunra. Apakah dia sakit? Dan, dia kembali menoleh ke bangku kosong Byun Hyun.

“Wae?” tanya Seunghyun pelan, dia menyadari Eunra yang terus menoleh ke arahnya.

Eunra menggeleng.

“Aneh,” gumam Seunghyun sambil mencibir.

Buku bersambul biru muda pucat yang ada di laci meja menarik perhatian Eunra. “Ige mwoya?” Dia mengambil buku itu. Memerhatikan sampulnya dan mendapati tulisan nama Taemin di sudut kiri sampul buku itu. Kening Eunra berkerut, aku pernah melihat buku ini,,,

Seunghyun menoleh dan curiga buku yang dipegang Eunra adalah buku harian Taemin.

Eunra mencari kalender. Matanya menyapu seluruh sudut kelas mencari di mana letak kalender. Dia bisa melihat dengan jelas kalender yang tertempel di samping papan tulis. 19 Juli 2012.

“Dua ribu dua belas?” Eunra bingung. Apa yang dia lakukan selama ini. Waktu berjalan terlalu cepat. Bukankan tertakhir yang dia ingat dia berada di tahun 2011. Dan kemarin itu ulang tahun Taemin. Di mana namja itu? Dia menoleh kembali, bangku Taemin kini di duduki Seunghyun. Kemana kedua temannya?

Dia mencoba mengingat apa yang dia lakukan kemarin. Sedikit bayangan muncul di benaknya. Dia naik bus, bertemu Seunghyun. Ke mana dia dengan bus itu? Eunra memaksa otaknya untuk memunculkan ingatan lagi. Dia berada di depan toko jajanan yang sering dia datangi bersama Taemin dan Byun Hyun. Apa yang dia lakukan di sana sendirian? Tak ada. Kemudian, dia melihat bayangannya sendiri di dalam pikirannya yang berdiri di depan toko jajanan itu, di bawah hujan dan mengucapkan selamat ulang tahun untuk Taemin.

Teng, Teng, Teng !!!! Suara bel sekolah tandanya waktu istirahat datang berbunyi dan menyadarkan Eunra dari lamunannya.

“Sejak kapan kamu ada di sampingku?” kaget Eunra karena Seunghyun ada di sampingnya dan muka namja itu terlalu dekat dengannya.

“Kamu lebih aneh dari kemaren-kemaren,” kata Seunghyun. “Waeyo? Taemin ada di sampingmu atau tidak?”

“Taemin?” Seunghyun mengangguk. “Aku tidak tahu di mana dia,” jawab Eunra.

“Jadi, apa boleh aku duduk di sampingmu?” ujar Seunghyun bertanya.

Eunra ingin mengangguk, tapi kepalanya terasa berat dan diapun menggeleng tanpa sadar.

“Ara,” ujar Seunghyun santai. Dia menarik bangkunya sendiri mendekati Eunra dan duduk di sana.

“Kemana Taemin, biasanya dia bersamamu?”

“Mollasseo,” jawab Eunra.

“Dan ke mana Eru-ya?” tanya Eunra.

“Dia sakit jadi tidak masuk hari ini,” kata Seunghyun.

“Dan Taemin?”

Dahi Seunghyun berkerut. “Kamu benar-benar aneh.”

“Di mana Taemin?” tanya Eunra lagi. ‘Di mana Taemin?’ Di kepala Eunra, sebuah bayangan lain muncul. Bayangannya yang sedang bertanya kepada Byun Hyun.

Seunghyun tersenyum. “Taemin meninggal setahun yang lalu, Eunra-ya,” ujarnya.

“Mwo?” sentak Eunra.

Seunghyun menatap Eunra. “Apa sekarang ini kamu berpikir wajar? Kamu tidak menganggap Taemin sedang bersamamu?”

“Apa maksudmu?”

“Setahun ini, setelah kematian Taemin dan kerana buku harian Taemin, kamu suka bicara sendiri. Kamu menganggap dirimu sedang bicara dengan Taemin. Dan yang lebih aneh, kamu hanya tidak mengenali Byun Hyun. Wae?”

“Benarkah aku seperti itu?” tanya Eunra.

“Apakah itu buku harian Taemin?” Seunghyun menunjuk buku harian Taemin.

Eunra diam, dia menatap buku harian itu. Lama,,,, Dan, dia mulai membuka harian itu, membaca tulisan di dalamnya.

Aku ingin ciuman pertamaku adalah Eunra ,,,,,,

Yoeja itu kembali diam dalam waktu yang lama.

“Eunra-ya, kurasa kamu sungguh sudah gila. Taemin sudah meninggal,” kata Seunghyun pelan. Eunra menatapnya dan Seunghyun menantang cara Eunra menatapnya. “Sadarlah,,”

Kalimat itu membuat Eunra gusar. Dia berdiri dan tangannya bergerak menampar Seunghyun. Plak! Itu tamparan yang cukup keras.

“Dia masih hidup dan dia akan selalu hidup,” kata Eunra dengan gigi beradu.

“Sadarlah Eunra-ya, kamu harus harus bangun dari duniamu yang tidak nyata itu.”

Plak! Sekali lagi Eunra menampar Seunghyun.

“Apa sekarang buku harian Taemin kembali mempengaruhimu?” tanya Seunghyun sambil tersenyum.

 

L&F

 

Author POV
“Aku jatuh cinta kepada Eunra,” kata Seunghyun kepada Byun Hyun esok harinya saat mereka makan di kantin.

Bruuuusss!! Air di dalam mulut Byun Hyun keluar dan membasahi meja. “Mw, mw, Mwo?”

“Yah, aku jatuh cinta pada Eunra, Song Eunra!”

“Kamu gila?!”

“Bagaimana caranya menyadarkannya kalau Taemin sudah meninggal?” tanya Seunghyun.

“Hahahaha,,,, Kalau aku tau, aku sudah melakukannya dari dulu.” Raut wajah Byun Hyun berubah. “Karena aku tidak tau, aku membiarkannya melupakanku.”

Seunghyun maju dan mengguncang-guncang bahu Byun Hyun. “Berpikirlah,, Bagaimana cara menyembuhkannya. Dia harus sembuh!!”

“Aaaaaaa!!” teriak Byun Hyun sambil mengibas-ngibaskan tangannya agar Seunghyun menjauh.

“Jaebal, berpikirlah dan temukan cara menyembuhkannya,” ujar Seunghyun masih saja memaksa.

Byun Hyun memicingkan matanya. “Nanti! Nanti aku akan memberitahumu!” kata Byun Hyun nyaring.

“Nanti kapan?”

“Minggu depan!” cetus Byun Hyun asal.

 

L&F

 

Taemin POV

Aku ingin ciuman pertamaku adalah Eunra,,,

“Aku menunggumu kemaren, tapi kamu tidak datang,” kataku kepada Eunra, akhirnya dia bisa melihatku kembali itu pasti karena dia membaca buku harianku.

Sepulang sekolah, di koridor aku menunggunya. Sekolah sudah sangat sepi. Aku berdiri di depan lokernya, berharap dia bisa melihatku dan benar saja dia bisa melihatku. Kulihat dia memegangi buku harianku yang berwarna biru pucat itu.

“Wae?” tanyaku.

Eunra berdiri di sampingku. “Mianhae,,,” sesalnya menunduk.

“Wae? Apa alasanmu tidak datang menemuiku? Kemaren adalah hari ulang tahunku.”

“Ara, tapi aku tidak ke sana. Mianhae,,”

 

L&F

 

“Flashback”
18.07.2011
“Apa ini cocok untuk namja?” tanya Eunra ke Byun Hyun saat mereka jalan-jalan sepulang sekolah. Berdua saja. Taemin harus pergi ke suatu tempat.

“Kalung?” tanya Byun Hyun.

Eunra mengangguk. “Ne,kamu pikir ini apa kalau bukan kalung?” kata Eunra sambil mengangkat kalung berliontin jam pasir. “Wae?”

“Untuk Taemin?”

“Eum,,,, wae?” tanya Eunra lagi, mendesak Byun Hyun untuk memberikan jawaban. “Apa ini terlalu feminim untuk namja?”

“Kenapa kamu ingin membelikannya kalung?”

“Eru-ya,,, hari ini ulang tahun Taemin. Kamu lupa?!” teriak Eunra dan memukul kepala Byun Hyun.

“Jeongmal?”

Eunra mengangguk.

“Agh, kalau begitu tetap di sini. Beli saja kalung ini untuk dia,” kata Byun Hyun cepat-cepat.

“Eoddiga?” Eunra meneriaki Byun Hyun yang meninggalkannya.

“Aku akan mengajak Taemin ke sini.”

“Mwo?”

“Ani, kamu tunggu aku di tempat jajanan favorit kita. Kita makan di sana saja. Aku yang akan membayar semuanya. OK?!” teriak Byun Hyun sambil berlalu.

“Arasseo,” gumam Eunra mengerti. Dia pergi ke tempat yang dimaksud Byun Hyun sendirian.

Dia menunggu di samping tempat jajanan itu. Lima belas menit, Byun Hyun menelpon Eunra.

“Mwo?” tanya Eunra.

“Taemin tak ada di rumahnya,” ujar Byun Hyun dari telpon.

“Jadi?” Eunra memanyunkan bibirnya, dia kecewa. Apa dia tak bisa memberikan hadiah untuk Taemin di hari ulang tahunnya? Kalau besok kalung itu di berikan kepada Taemin, itu menjadi tidak terlalu berarti.

“Molla,” sahut Byun Hyun yang kedengarannnya juga keewa.

“Apa kamu tau ke mana dia? Eomma tidak memberitahu mu kemana dia?”

“Eomma juga tidak tau ke mana dia pergi. Hhhhhh,,,” Byun Hyun mendesah.

“Jadi, kita tidak bisa merayakan ulang tahunnya hari ini.”

“Sayang sekali.”

“Kalau begitu aku pulang saja.”

“Apa aku harus mencari Taemin lalu membawanya ke rumahmu?” tanya Byun Hyun.

“Kita pulang saja.” Eunra-pun bangkit dari tempat duduknya, dia mendesah sambil menatap kalung di tangannya.

“Berhati-hatilah,,”

“Eum,,” Eunra berjalan meninggalkan tempat jajanan itu. Dia menggenggam kalungnya, tidak memasukkannya ke dalam saku.

“Mau ke mana kamu?” Eunra berbalik saat mendengar suara Taemin di dekatnya. Taemin berjalan melewatinya sambil menggandeng seorang yeoja. Eunra melongo.

“Jangan pergi terlalu jauh.” Taemin bicara kembali kepada yeoja itu.

Setetes air dari langit jatuh di puncak kepala Eunra, Eunra mendongak. Air dari langit adalah hujan. Dia menatap punggung Taemin dan mulai meneteskan airmata. Apa karena namja itu bersama yeoja lain dia menangis?

“Happy birthday,” gumam Eunra kepada kalung di tangannya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet