Chapter 1

Dream Academy

Angin bulan April berhembus dengan lembut menyebarkan aroma musim semi. Burung-burung berterbangan menyenandungkan irama indah dari paruh mungil mereka, menambah keceriaan di pagi itu. Halaman sekolah Kkum Academy sudah ramai oleh siswa-siswa yang akan memulai tahun ajaran baru. Semua siswa sibuk memenuhi mading-mading sekolah, mencari di asrama mana ia ditempatkan dan siapa teman sekamarnya. Bagi orang yang menyukai petualangan, memiliki teman sekamar baru berarti suatu pengalaman baru.

“Park Chanyeol... Park Chanyeol...” seorang pemuda dengan tinggi 186 cm mencari namanya di daftar penghuni Asrama Timur.

“Ah, Kim Jongdae kamar 109. Aku sekamar dengan Senior Yi Xing di Asrama Timur. Bagaimana Chanyeol? Sudah ketemu?” tanya Jongdae yang berada di sebelahnya.

“Belum. Aku sudah mencari sampai ke lantai 3, sepertinya tahun ini aku di Asrama Barat.”

“Sayang sekali, bukan cuma pisah kamar, kita juga pisah asrama. Yah, semoga saja kita tidak pisah kelas juga.”

“Hahaha. Setidaknya kita masih satu sekolah.” Chanyeol tertawa memperlihatkan gigi-giginya yang rapi dan putih.


Chanyeol berdiri di depan kamar 209 yang akan menjadi kamar nya selama tahun kedua nya di Kkum Academy. “Tak apa. Ini bukanlah hal yang buruk. Ini artinya aku akan mendapat teman dan pengalaman baru.” Chanyeol menguatkan batinnya. Dia cukup gugup untuk bertemu dengan teman sekamarnya yang baru.

“Selamat pagi!! Aku Park Chanyeol, siswa tahun kedua. Selama setahun ini mohon bantuannya.” Chanyeol masuk dan memberi salam dengan semangat berlebihan untuk mengurangi rasa gugupnya.

Di dalam kamar seorang pemuda sedang duduk dan membaca di samping jendela. Rambutnya dipotong rapih dan berwarna vanilla malt. Tubuhnya tidak begitu tinggi dan cukup ramping untuk ukuran pria. Menyadari kedatangan Chanyeol pemuda itu meletakkan buku dan kacamatanya di meja, kemudian bangkit untuk membalas salam Chanyeol.

“Selamat pagi. Aku Byun Baekhyun, siswa tahun kedua.” pemuda itu membungkuk sopan.

Chanyeol tidak menjawab.

“Aaa, Chanyeol? Apakah ada sesuatu di wajahku?” pertanyaan Baekhyun menyadarkan Chanyeol dari lamunannya.

“Aaah, tidak. Tidak ada apa-apa. Err, siapa tadi namamu?”

“Byun Baekhyun. Aku siswa tahun kedua sama sepertimu.”

“Aah, Baekhun ya?” Chanyeol mengangguk, berusaha menyimpan nama itu baik-baik di ingatannya.

“Oh iya, karena aku tadi datang lebih dulu darimu jadi aku sudah menata barang-barangku. Aku tidak suka kalau tidak bisa melihat suasana luar, jadi aku memilih tempat tidur dan meja belajar yang dekat jendela. Aku harap kau tidak keberatan.”

“Oh, tidak. Aku tidak keberatan. Aku bisa tidur di mana saja.”

“Baguslah kalau begitu.” Baekhyun tersenyum pada Chanyeol.

Melihat Baekhyun tersenyum, Chanyeol ikut merasa senang. “Sepertinya dia anak yang baik. Aku tidak perlu khawatir menghadapi tahun ini.” pikir Chanyeol.

“Ah, ngomong-ngomong, sepertinya aku baru kali ini bertemu denganmu. Tahun pertama dulu kau di kelas mana?” Chanyeol mencoba mengakrabkan diri dengan Baekhyun.

“Aku baru saja pindah ke sini.” jawab Baekhyun.

“Ooh, jadi kau siswa pindahan? Pantas saja aku tidak pernah melihatmu. Ini menarik, aku bertemu dengan orang yang benar-benar baru.”

“Sepertinya kau mudah bergaul dengan orang lain yah? Pribadimu ceria dan bersemangat.” puji Baekhyun.

“Ah, tidak juga. Aku cuma suka tertawa saja. Bukankah tertawa bisa membuat kita bahagia?” Chanyeol tersipu mendengar pujian Baekhyun.

“Ya, mungkin kau benar.” Baekhyun tersenyum lagi.

Setiap kali Baekhyun tersenyum Chanyeol merasa semakin nyaman. Dia benar-benar berharap bisa menemukan pengalaman baru yang menyenangkan bersama teman sekamarnya itu.


“Ternyata dia lebih tua 6 bulan dariku. Aku benar-benar tidak percaya. Aku lebih tinggi darinya, tubuhnya juga begitu ramping seperti perempuan. Karena dia anak pindahan jadi dia belum terlalu mengenal lingkungan sekolah kita. Dia bilang dia mudah tersesat, benar-benar mengkhawatirkan. Semalam saja dia sudah tersesat dua kali di asrama. Sepertinya aku harus menjadi pelindungnya.” Chanyeol bercerita panjang lebar pada Jongdae yang duduk di bangku di depannya.

“Yaa... yaa. Kau semangat sekali. Kalau kau semangat begini berarti kau benar-benar suka dengan orang itu. Apakah benar dia begitu menyenangkan?”

“Entahlah. Aku seperti merasa aura di sekelilingnya menyenangkan, itu saja.”

“Hahaha. Aku jadi semakin penasaran dengan si Baekhyun ini. Lain kali kau harus mengenalkannya juga padaku.”

“Yaa, pasti! Aku ingin teman-teman baikku saling mengenal dengan baik juga.”

“Ya, anak-anak. Duduk di bangku kalian masing-masing!” wali kelas Chanyeol dan Jongdae memasuki kelas.

“Aah, kenapa wali kelas kita si Kepala Besar lagi sih?” keluh Jongdae.

“Hahaha. Kau masih dendam karena dia membuang mainan-mainan bebekmu?”

“Mereka anak-anakku!! Mereka bukan mainan bebek biasa!” Jongdae memprotes Chanyeol.

“Ya, tahun ini Bapak yang menjadi wali kelas kalian. Nama bapak Kim Joongwoon. Sepertinya ada beberapa wajah yang familiar. Hei, kau di sini rupanya Peternak Bebek.” wali kelas itu menunjuk Jongdae. Seisi kelas tertawa, Jongdae hanya tersenyum kecut.

“Oh iya. Di kelas ini kalian akan mendapat teman baru. Bertemanlah dengan baik dengannya.”

“Teman baru? Murid pindahan? Jangan-jangan...” Chanyeol sedikit berharap.

Murid pindahan itu melangkah masuk ke dalam kelas, mata Chanyeol membulat dan senyum lebar merekah di wajahnya.

“Perkenalkan, nama saya Byun Baekhyun. Saya pindahan dari SMA Seoul. Mohon bantuan teman-teman sekalian.”


“Baekhyun! Kau mau ke mana?” Chanyeol mengejar Baekhyun keluar kelas.

“Aku? Aku mau ke perpustakaan. Ada apa?”

Chanyeol menghela nafas panjang, “Kau belum mengenal sekolah ini dengan baik. Aku akan mengantarmu.”

“Tidak perlu. Aku bisa ke sana sendiri.” Baekhyun menolak dengan halus.

“Tapi...”

“Kau khawatir aku tersesat? Terima kasih, tapi aku tidak apa-apa. Aku bisa bertanya pada murid-murid lain atau guru-guru yang kutemui di jalan.”

“Chanyeol! Ayo kita ke kantin!” panggil Jongdae.

“Ya, sebentar lagi!” Chanyeol masih belum bisa melepaskan Baekhyun, “Kau yakin kau akan baik-baik saja?”

Baekhyun tersenyum, “Aku baik-baik saja.”

“Chanyeol, 5 detik lagi kita tidak ke kantin paket makan siang murah kita akan berada di perut orang lain.” Jongdae menghentak-hentakkan kakinya sambil menatap jam tangan di lengan kirinya.

Chanyeol menatap Baekhyun untuk beberapa saat sebelum akhirnya berbalik menuju Jongdae, “Aku akan menunggumu di kantin. Jika dalam 10 menit kau tidak menemuiku, aku akan mencarimu”.


“Kenapa tak kau habiskan makananmu? Bukankah sosis itu favoritmu?” Jongdae menyuapkan suapan terakhir makan siangnya ke mulutnya. Di sampingnya Chanyeol hanya mengacak-acak isi piring di hadapannya.

“Sudah 15 menit dan dia belum datang.” Chanyeol membanting sendoknya.

“Mungkin dia masih memilih-milih buku di perpustakaan. Ini, setidaknya habiskan susumu.” Jongdae menyodorkan sekotak susu pisang pada Chanyeol. Chanyeol menerimanya, kemudian menyeruputnya dengan tatapan kosong. Setelah terdiam beberapa detik ia kembali gelisah dan menenggelamkan wajahnya di meja, Jongdae hanya menghela nafas.

“Hei, kau sudah dengar? Ada yang membuat masalah dengan Senior Yongguk.” ucap seseorang di sisi lain kantin pada temannya.

“Yang benar saja. Dia benar-benar cari mati.” balas yang lain.

“Haah, lagi-lagi senior Yongguk membuat keributan.” Jongdae memutar matanya. “Aku penasaran, siapa yang begitu berani merusak kedamaian sekolah dengan mengusik macan yang sedang tidur.”

Chanyeol tidak mendengarkan. Ia terlalu gelisah mengkhawatirkan teman sekamarnya yang baru untuk menanggapi berita perkelahian tukang onar. Sementara itu seisi kantin mulai meributkan berita itu.

“Aku belum pernah melihat anak itu, tapi ia mengenakan pin tahun kedua di blazernya. Sepertinya ia anak pindahan.”

“Wah, berani sekali ia membuat keributan di hari pertama di sekolah barunya.”

“Padahal tubuhnya tidak terlalu tinggi, lengannya juga lumayan kurus. Aku yakin Senior Yongguk akan menghajarnya habis-habisan.”

“Anak pindahan? Tahun kedua? Tidak terlalu tinggi? Lengan kurus?” Chanyeol tiba-tiba mengangkat kepalanya dan berteriak, “Baekhyun!!”


“Jadi kau berani padaku, hah?!” terjadi keributan di halaman utara sekolah. Semua siswa berkumpul untuk menonton tiga siswa dengan masker di leher mereka mengepung siswa pindahan yang malang itu. Beberapa mulai bertaruh tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

“Yah, Kak Yongguk, kita hajar saja anak ini. Dia benar-benar membuatku kesal.” ucap pemuda bermasker putih sambil mencengkeram kerah Baekhyun.

“Tenang, Daehyun. Kita dengar dulu permintaan maafnya, ya kan Yongguk?” pemuda bermasker pink melirik pada Yongguk yang mengenakan masker merah.

“Aku tidak merasa melakukan kesalahan.” Baekhyun menyingkirkan tangan Daehyun dari kerahnya.

“Aissh, anak ini!!” Daehyun melayangkan kepalan tangannya namun dihentikan oleh Yongguk.

“Daehyun, tenang! Himchan ada benarnya. Kuperingatkan sekali lagi, kami sedang malas membuat keributan di hari pertama sekolah. Lebih baik kau minta maaf atau hal yang buruk akan terjadi padamu.” Yongguk mendorong Baekhyun ke dinding.

Di tengah kerumunan Chanyeol dan Jongdae berusaha maju ke depan, memastikan apakah benar teman baru mereka mendapat masalah.

“Baekhyun!! Sudah kuduga, harusnya tadi aku mengantarnya.” Chanyeol berjalan hendak membantu Baekhyun namun Jongdae menarik tangannya.

“Mau ke mana kau?”

“Tentu saja membantu Baekhyun. Kau pikir apa?”

“Bodoh!” Jongdae memukul kepala kawan yang lebih tinggi darinya itu. “Kau hanya akan menambah masalah jika ikut campur.”

“Lalu aku harus bagaimana?"

Sementara mereka berdua berdebat Baekhyun masih tak gentar dengan ancaman Yongguk dan kawan-kawan. Ia tetap tenang dan tak gemetar sedikitpun. Himchan maju mendekatkan wajahnya pada Baekhyun.

“Sudahlah, minta maaf dan semuanya akan selesai. Kita sudah cukup menarik banyak perhatian.”

“Sudah kubilang, aku tidak merasa melakukan kesalahan.” Baekhyun menatap mata Himchan.

Himchan mundur menuju Yongguk kemudian menepuk pundak kawannya itu, “Sepertinya tidak ada pilihan lain.”

Yongguk mengusap belakang tengkuknya kemudian menatap tajam Baekhyun, “Kami sudah memperingatkanmu. Ini pilihanmu sendiri.”

Daehyun menyeringai dan mempersiapkan tinjunya, “Seharusnya kita melakukan ini daritadi, Kak.”

Dengan sekuat tenaga Daehyun melayangkan kepalannya ke arah wajah Baekhyun. Pemuda bermata kecil itu memasang kuda-kuda dan bersiap menangkis tinju lawannya sebelum serangan itu terhenti di udara. Seorang pemuda tinggi berambut pirang mencengkeram lengan Daehyun.

“Apa yang kalian lakukan?” tanya pemuda tinggi itu.

“Se... Senior Wu Fan...” Daehyun menurunkan tangannya. “Ah, maksudku... Senior Kris.”

“Jangan ikut campur Kris, ini urusan kami.” Yongguk menatap Kris dingin.

Kris menaikkan salah satu ujung bibirnya, “Tentu saja ini juga urusanku. Semua yang terjadi di sekolah ini adalah tanggung jawabku sebagai Ketua Dewan Siswa. Kalau ada yang membuat kekacauan, sudah kewajibanku menindak mereka.” Kris menepuk punggung Daehyun, “Kau paham?”

“Ah, kau di sini rupanya. Aku mencarimu ke mana-mana!” seorang pemuda berlari ke arah Kris.

“Ada apa Junmyeon?”

“Kepala Sekolah dan Pembina Dewan Siswa meminta mengadakan rapat untuk membahas Upacara Penerimaan Siswa Baru tadi pagi...” Junmyeon melirik ke arah Yongguk, Himchan, dan Daehyun, “...yang kacau karena beberapa siswa senior yang tidak hadir, juga menetapkan sanksi untuk mereka.”

“Kau dengar itu Yongguk? Kepala Sekolah sudah cukup kesal karena kalian dan beberapa siswa lain membolos saat Upacara Penerimaan Siswa Baru. Aku rasa bukan hal yang bijak jika kau berulah dengan menghajar juniormu di hari pertama sekolah, jadi...” Kris tersenyum sembari merentangkan tangan kanannya sebagai isyarat untuk Yongguk dan kawan-kawannya pergi dari tempat itu.

“Cih!” Yongguk berbalik meninggalkan tempat itu, diikuti oleh Himchan dan Daehyun.

“Apa yang kalian tunggu? Cepat bubar, sebentar lagi jam pelajaran berikutnya akan mulai!” Junmyeon memerintahkan siswa-siswa lain untuk bubar. Sementara itu Chanyeol dan Jongdae berlari menghampiri Baekhyun.

“Baekhyun! Kau tidak apa-apa?” Chanyeol memeriksa seluruh tubuh Baekhyun, khawatir kalau-kalau ia terluka.

“Kau benar-benar gila. Semua murid baru biasanya berhati-hati dan menghindari masalah di hari pertamanya, tapi kau...” omel Jongdae.

“Jadi dia temanmu, Chanyeol? Dia murid baru?” Kris menatap Baekhyun dari ujung rambut hingga ujung kaki.

“Ah, iya. Dia juga teman sekamarku di Asrama Barat. Maaf sudah merepotkanmu Kak Kris.”

“Jaga dia baik-baik, Chanyeol! Kami ini sudah cukup sibuk. Jangan menambah pekerjaan kami lagi.” Junmyeon merapikan seragamnya yang berantakan saat ia berlari tadi.

“Jangan sok sibuk, Kak. Sudah seperti anggota Parlemen saja.” cibir Jongdae.

“Aissh! Apa yang kau bilang pada kakak sepupumu, hah? Hormatlah sedikit!” Junmyeon menjitak kepala Jongdae.

“Baiklah, kalau begitu kalian kembalilah ke kelas. Sebentar lagi bel akan berbunyi. Bersikaplah yang baik, ya Baekhyun? Kalau kau membutuhkan sesuatu hubungi aku.” Kris menepuk kepala Baekhyun yang langsung menepis tangannya.

“Aku tidak melakukan apa-apa.” Baekhyun merapikan rambutnya yang tidak berantakan.

“Aaaah!! Sudahlah! Cepat masuk ke kelas kalian. Kris, ayo!” Junmyeon mendorong adik-adik kelasnya itu, kemudian menarik lengan Kris menjauhi mereka.

Di perjalanan menuju kelas Jongdae tak henti-hentinya mengomel akan kejadian yang baru saja dialami Baekhyun. Baekhyun tetap bersikeras bahwa ia tak bersalah sementara Chanyeol berusaha menghentikan perdebatan mereka.

“Aku tak percaya, apa yang sebenarnya sudah kau lakukan sampai membuat para Mato itu marah?” nada bicara Jongdae semakin tinggi.

“Mato?” Baekhyun mengernyit.

“Itu nama geng senior Yongguk. Artinya kelinci bermasker. Aku tak paham bagian mana dari mereka yang menunjukkan kelinci.” jelas Chanyeol.

“Tak penting mereka terlihat seperti kelinci atau tidak. Yang jelas aku penasaran padamu Baekhyun-ah. Ceritakan pada kami apa yang terjadi.”

“Hei! Bukankah aku lebih tua darimu? Panggil aku ‘Kak’!”

“Kita lahir pada tahun yang sama. Untuk apa aku memanggilmu ‘Kak’?”

“Hentikan kalian berdua!” Chanyeol mendesak di antara mereka berdua, “Kau berhutang penjelasan pada kami Baekhyun. Apa kau tahu betapa khawatirnya kami menunggumu di kantin?”

“Apa yang perlu kujelaskan? Aku hanya menendang pantat si masker putih karena ia tidak menjawab ketika aku menanyakan arah ke kantin.”

Chanyeol dan Jongdae terdiam dan menatap Baekhyun dengan pandangan aneh. “Apa? Kenapa?” Baekhyun kebingungan melihat ekspresi mereka berdua.

“Kau harus mentraktir kami sesuatu sebagai permintaan maafmu pada kami yang sudah bersedia mengkhawatirkanmu.” Jongdae menepuk pundak Baekhyun.

“Kalau begitu aku mau susu pisang!” Chanyeol tersenyum lebar dan melingkarkan lengannya pada Baekhyun.

“Aku tidak mengiyakan. Aku tidak merasa perlu mentraktir kalian. Aku bahkan belum makan siang.” protes Baekhyun.

“Ya, sudah diputuskan! Sepulang sekolah nanti kau harus mentraktir kami. Hahaha!” Jongdae berlari menuju kelas terlebih dahulu.

“Hei, tunggu, Kim Jongdae!” Chanyeol dan Baekhyun mengejar Jongdae, berlarian di lorong sekolah.


“Apa itu, Baekhyun?” Chanyeol mengintip ke dalam loker sepatu milik Baekhyun.

“Entahlah.” Baekhyun membolak-balik amplop putih yang ada di loker sepatunya.

“Jangan-jangan... surat cinta?!” Jongdae memekik dan langsung dibungkam oleh Chanyeol.

“Jangan bercanda! Itu tidak lucu.”

“Lepaskan! Kau mau membunuhku? Aku tak bisa bernafas, dasar raksasa!” Jongdae berusaha melepaskan tangan Chanyeol dari wajahnya.

Sementara itu Baekhyun masih membolak-balik amplop yang ada di tangannya, kemudian menyimpannya dalam tas dan memutuskan untuk membacanya di asrama. Ia memakai sepatunya dan segera meninggalkan dua temannya yang berisik itu di belakang. Chanyeol dan Jongdae kemudian tersadar dan segera mengejar Baekhyun, sementara seseorang mengawasi kepergian mereka dari belakang.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet