III - Her Vision

ITS START WITH A CHAT!

Kris's POV

Aku mencoba menghubunginya berkali-kali. Sudah 3 hari dia mengabaikan teleponku. Kucoba menghubungi orang tuanya di Canada, tapi semua kompak menjawab dia baik-baik saja dan hanya sedang fokus ujian. Aku tidak bodoh, jadwal semesternya yg sudah masuk ke semester 7 sudah kuhapal mati. Meskipun sistem semester di Paris berbeda tapi aku tahu kapan tepatnya dia akan ujian dan kapan dia akan liburan. Harusnya saat ini dia sedang bersiap pulang ke Changsa menemui sepupu kami. Aku menghela nafasku. Menyerah.

"Kris Hyung..." panggil seseorang dari arah pintuku. Ah ya... aku lupa mengunci pintu kali ini. "Kenapa Lay?" tanyaku malas-malasan. Lay menghampiriku, "Ituuu... Apakah Crystal punya kebiasaan melihat masa depan?" tanyanya. Aku terhenyak. Kenapa Lay bisa tau? Sejauh ini yang tau kondisi Crystal hanya aku. "Umm entahlah. Memangnya kenapa?" tanyaku.

Lay terdiam, seperti menimbang sesuatu. Kemudian perlahan dia mengulurkan ponselnya padaku.

CryCrystalCrys : Baiklah aku percaya padamu dan Kris bahwa kau Lay yang asli. Jika benar kau ASLI. Bisakah kau memberitahukan Kris bahwa aku melihatnya dalam visionku? Jika ya, tolong katakan padanya untuk berhati-hati. Aku masih enggan menerima teleponnya. Aku tak mau mengganggunya lagi.

Aku terpana membaca [esan itu. Ponsel Lay bahkan hampir jatuh jika saja Lay tidak sigap meraihnya. Badanku bergetar, apa yang dilihat Crystal tentangku. Kuraih ponselku dan kuketik cepat sebuah pesan.

GoshKris : WU LI CHEN!!! Kamu dimana? Katakan padaku apa visionmu? Burukkah? Jawab teleponku for God sake!!!

Aku menunggu balasannya. Begitu juga Lay disampingku. Sebuah nada dering berbunyi dari ponselku. Nomer yang kuhapal dan nama yang paling aku tunggu muncul disana dengan segera aku menerima teleponnya.

"WU LI CHEN!!" teriakku. "Jangan berisik WU YI FAN. Aku tau disebelahmu ada Lay. Kumohon diam dan dengarkan" ujarnya memotong teriakanku. Aku diam menenangkan diri. Berusaha mendengarkan tiap kalimatnya. Aku tahu ekspresiku tidak berhenti kaget dan shock. Tapi aku tetap tidak bersuara seperti permintaannya.

"Crystal, kau baik-baik saja?" tanyaku akhirnya setelah kalimat panjangnya selesai. Kudengar dia menghela nafasnya.

***
 

Li Chen's POV

Aku menghela nafasku saat dia menanyakan kabarku. Bagaimana aku bisa baik-baik saja saat aku mendapatkan Vision terburuk dalam hidupku. Dan tentu saja aku tidak akan bisa mencegah takdir itu. Karenanya aku kesal.

"Tolong jangan katakan apapun pada Lay." ujarku. Suara Kris terdengar ragu namun mengiyakan. Aku percaya padanya. "Thank you Kris. Love you." ujarku. Kumatikan ponselku. Dan air mataku mengalir deras tak berhenti. Tuhan, buat apa aku bisa melihat semuanya kalau aku tidak bisa menghentikan apa-apa?

***

 

Lay's POV

Sepertinya pembicaraan antara Crystal dan Kris sangatlah berat. Karena setelah Kris mengatakan "I Love You Too, Wu Li Chen." aku melihatnya menangis. Aku menepuk-nepuk pundak Kris. Tangan Kris bergerak menutup wajahnya. Hampir 30 menit dia bertahan menangis tanpa suara. Saat aku hampir putus asa dan beranjak meninggalkannya dia berkata, "Jaga Li Chenku baik-baik Yixing-ah. Buat dia tersenyum." Aku tersenyum memandangnya. Mungkin vision atau penglihatannya terlalu berat. Aku mengangguk.

Begitu pintu Kris sudah tertutup aku mengetik sebuah pesan.

KrispyLayz : Kau kenapa?

CryCrystalCrys : Aku menangis.

KrispyLayz : Mau kutemani?

CryCrystalCrys : 

KrispyLayz : Berhubungan dengan Kris?

CryCrystalCrys :

KrispyLayz : Bisakah aku membuatmu tersenyum?

CryCrystalCrys : Coba saja

KrispyLayz : Aku ke paris ya.

CryCrystalCrys : Sebaiknya aku saja yang ke Seoul. Sekalian aku ke Changsa.

KrispyLayz : kabari aku kalau kau sampai.

CryCrystalCrys : Aku sudah di Incheon.

KrispyLayz : tunggu disana. Aku jemput.

Tanpa  menunggu balasan. Aku bergegas meraih tas coklat dan jaket bepergianku. Tidak lupa kukenakan kaca mata hitam untuk menyembunyikan penampilanku. Aku meraih kunci mobilku, kuketuk pelan pintu kamar Kris.

"Hyung, aku menjemput Crystal ke incheon. Tolong bilang ke yang lainnya ya." ujarku. Tanpa menunggu jawabanpun aku sudah melesat turun kearah basement. Menjemputnya.

***

 

Li Chen's POV

Aku mengetuk-ketukkan sepatuku. Aku sudah menunggu selama dua jam disini. Aku tahu dia yang akan datang menjemputku. Harusnya kedatangaku kali ini kejutan buat Kris karena sudah 3 hari kami tidak berkomunikasi akibat sifat kekanakkanku yang merajuk padanya. Dari arah parkir barat aku melihat seorang pria berambut coklat menggunakan sunglasses hitam dan coat coklat melambaikan tangannya kearahku. Zhang yixing.

Aku melepas senyumku kearahnya. Dia begitu sumringah aku mengenalinya.

"Maaf membuatmu menunggu." ujarnya. Aku tersenyum, lalu spontan aku memeluknya. Cukup erat. Dia menyambutku dengan pelukan yang juga hangat. Kami seperti sepasang kekasih normal yang sudah lama tidak bertemu. "Tidak apa-apa Yixing." ujarku. 

Kami melepas pelukan itu. Dia meraih koper pinkku dan membawaku kedalam mobilnya yang terparkir. Mobil yang sama dalam visionku. Aku meraih lengan Lay, memeluknya erat. "Kau mau jadi pacarku Lay?" tanyaku. Dia menatapku lalu tersenyum dan mengangguk. "Tentu saja." ujarnya. Aku tersenyum membalasnya.

***

 

Lay's POV

Perjalanan ini sebenarnya tidak banyak hambatan. Namun entah kenapa suasana lalu lintas yang tidak terlalu padat justru membuatku khawatir. Kemudian sebuah motor mendahului mobilku dari arah kana. Hampir saja aku menabraknya kalau saja aku tidak mengerem.

Brak!! Prang!!

Sekejap mata aku menyaksikan sebuah mobil sedan menghantam mobilku dari arah kanan. Tepat mengenai Crystal. Aku sempat meraih tubuhnya namun pecahan kaca terlalu banyak ditubuh mungilnya. 

"Crystal! Wu Li Chen! Crystal!!!" aku berteriak tak beraturan. Mobilku masih terdorong sekian meter, aku tidak tahu tepatnya. yang jelas bagian kanan mobilku sudah ringsek parah. Aku berusaha menarik sekuat tenaga kaki Li Chen yang terjepit. Aku menatap matanya. Dia masih menatap mataku meskipun merasakan sakit. Aku menangis.

Tangannya bergerak pelan mengusap pipiku. Aku merasakan darah menempel. Dari luar mobil mulai ada orang yang mengetuk-ketuk kacaku. Crystal masih mengusap-usap pipiku, "Jangan menangis. Setidaknya kau membuatku tersenyum hari ini. Setidaknya kau sudah menjadi pacarku sehari ini." katanya pelan. Aku menggelengkan kepalaku kuat-kuat.

"Bertahanlah." pintaku. Dia tersenyum dan menggeleng. "Tolong....Sam..pai..kan..pada..Yi..fan..ka..lau..dia..cin..ta..per..ta..ma..ku.." Aku mengangguk. Kupererat pelukanku pada tubuhnya. Nafasnya naik turun dan mulai dingin. Aku panik dan menangis memelukknya.

"Jangan pergi." ujarku lagi. Aku masih mendengar suaranya sayup-sayup, "Berba..hagia..lah..Yi..xing... Wo Ai Ni.." lalu tubuhnya terhempas. Aku menangis tidak berhenti. Dia pergi.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet