Finding new family

you're the only one for me

-2PM-

Wooyoung POV

 

Fly to Seoul nawa Let's dance dance (wanna get)


Boom Boom Boom hamkke jeulgyeo sinnage bamsaedorok


Fly to Seoul nawa Let's dance dance (wanna get)


Boom Boom Boom hamkke jeulgyeo sinnage bamsaedorok


Dugeun dugeun dugeun dugeun dugeun daeneun nat


Panjjak panjjak panjjak panjjak panjjak ineun bam


Neoman neoman neoman neoman neoman julge nal


Welcome to Seoul again & again

Irama lagu 2PM memenuhi pendengaran Wooyoung. Lagu tersebut diputar di hampir semua toko yang ia lewati. Seoul. Ibu kota Korea yang telah menjadi pusat bisnis international selama beberapa tahun terakhir. Sebuah kota yang memiliki kemajuan di bidang IT lebih dari kota-kota lainnya. Sebuah kota yang akan segera ia tinggali.

Wooyoung menjejakan kakinya untuk pertama kali di Seoul. Gedung-gedung pencakar langit disekelilingnya terasa asing baginya. Ia memandangi sebagian kecil langit yang terlihat sambil menerawang sebuah surat. Surat peninggalan terakhir dari eommanya.

"Eomma... Wooyoung percaya eomma pasti akan selalu melindungi Wooyoung dari atas sana. Terus perhatikan Wooyoung eomma." gumam Wooyoung.

Ia pun melanjutkan perjalanannya, mencari alamat yang tertera di dalam surat eommanya.

-2PM-

Flashback...

Rumah keluarga Jang yang terletak di Busan sedang dilanda duka yang mendalam, terutama bagi seorang anak laki-laki bernama Jang Wooyoung.

"Eomma... Wae?? Kenapa eomma secepat ini meninggalkanku? Bukankah eomma bilang eomma akan hidup lama sampai Udong menikah dan punya anak??" Wooyoung menangis sambil memeluk figura ibunya.

Sampai beberapa detik yang lalu, Wooyoung tidak percaya kalau ibunya telah meninggalkannya untuk selama-lamanya. Ia bahkan tidak menangis saat mendengar kabar duka tersebut. Baru saat pemakaman ibunya Wooyoung menangis meraung-raung. Ia tidak bisa berhenti megeluarkan air matanya.

Butuh waktu sebulan bagi Wooyoung untuk menerima kenyataan. Selama itu ia mengurung diri di kamar terus-menerus. Ia hanya keluar kamar untuk pergi ke Sekolah, makan, dan ke kamar mandi.

*tok-tok-tok*

Tidak ada jawaban. Seorang yeoja paruh baya membuka pintu kamar Wooyoung perlahan. "Udong-ah, bibi masuk ya??"

Wanita paruh baya yang bernama Jang Seo Won itu melihat keponakan satu-satunya terduduk di atas tempat tidurnya. Keadaannya cukup mengenaskan. Pipinya yang chubby terlihat lebih tirus, matanya memerah, dan tidak terlihat ekspresi apapun di wajahnya selain tatapan kesedihan yang mendalam.

Seo Won duduk disebelah Wooyoung, membelai rambutnya dan berkata dengan penuh kasih sayang. "Udong-ah, berhentilah bersedih. Nanti eomma tidak tenang di alam sana. Kau anak yang kuat, bibi percaya itu."

Wooyoung tidak menjawab apa-apa. Ia hanya tersenyum miris mendengar perkataan bibinya. Bibinya mengambil sebuah surat dari saku dan menyerahkannya pada Wooyoung. "Ambillah, Jihyo menitipkan ini padaku jika terjadi sesuatu padanya."

"A-apa maksudnya ini?? Ke-kenapa eomma menyembunyikan hal sepenting ini?" Wooyoung menatap tiap kata yang tertulis di surat tersebut dengan teliti.

"Mungkin saat ini kau tidak mengerti, tapi Jihyo memiliki alasan kuat kenapa ia harus berbohong padamu mengenai ayahmu. Pergilah saat hatimu sudah tenang. Kau harus menemukan sendiri jawaban dari pertanyaan yang kau cari."

Flashback End~

-2PM-

Setelah menanyakan alamat pada beberapa orang, Wooyoung sampai di depan sebuah mansion yang terbilang sangat mewah. Perlu waktu 15 menit bagi Wooyoung untuk berjalan dari gerbang utama sampai pintu rumah utama. Sesampainya didepan rumah, Wooyoung bisa mendengar alunan melodi piano yang indah dan juga teriakan-teriakan dari penghuni rumah. Ia menghela nafas panjang sekali untuk memantapkan hatinya, kemudian ia menekan bel sekali.

 

10 detik...

 

30 detik...

 

60 detik...

 

Tidak ada yang membukakan pintu, yang ada hanya suara alunan piano, sehingga Wooyoung menekan bel sekali lagi. Tak lama kemudian seorang laki-laki yang tingginya hampir sama dengannya membukakan pintu. Rambut laki-laki itu berantakan dan acak-acakan tidak beraturan. Ia menatap kesal pada Wooyoung kemudian bertanya dengan nada yang diusahakan terdengar sopan.

"Mencari siapa??"

Wooyoung memperhatikan pemuda di hadapannya dengan seksama. 'Dia pasti anak tuan Lee.' Pikir Wooyoung.

Sebuah anting berwarna hitam bertengger di telinga kanannya, menciptakan kesan badboy. Kemejanya yang di buka hingga kancing kedua dan juga jam tangan hitam yang dikenakannya, seolah menegaskan kesan badboy pada dirinya. Meski begitu, Wooyoung akui mukanya terlihat lucu dan menggemaskan walaupun sedang kesal.

"Aku mencari tuan Lee."

"Sebentar." Pemuda dihadapannya menutup kembali pintu rumahnya, kemudian membukanya lagi beberapa detik kemudian. "Ikuti aku."

Wooyoung memasuki sebuah ruangan yang cukup luas dengan interior classic yang memberi kesan mewah, namun nyaman. Ia dapat melihat seorang laki-laki muda duduk di depan piano, jemarinya masih menari-nari diatas tuts piano, tidak terganggu sedikitpun dengan kehadiran Wooyoung. 'Dia juga sepertinya anak tuan Lee.' Pikir Wooyoung.

Kemudian matanya beralih ke seorang pria paruh baya duduk di sofa sambil membaca koran, di sebelahnya duduk seorang wanita muda sedang membaca majalah fashion. Keduanya mendongak menutup bacaan masing-masing dan melihat kearah Wooyoung.

Pria yang tadi membukakan pintu mempersilahkan Wooyoung duduk di salah satu sofa, kemudian ia duduk di sofa yang lain, mengambil stik ps yang tergeletak di depannya dan melanjutkan kegiatannya yang sempat terganggu.

"Ada perlu apa kau mencariku anak muda?" Tanya tuan Lee dengan ramah.

Wooyoung membuka tas ranselnya, mengeluarkan sebuah surat dan menyerahkannya pada pria tersebut. Tuan Lee membuka surat tersebut dan membacanya bersama istrinya.

"Y-Yeobo!!!" Teriakan nyonya Lee histeris.

Suara alunan piano terhenti. Kedua anak tuan Lee menghentikan kegiatan mereka. Keduanya melirik kearah tuan dan nyonya Lee. Tuan Lee memberikan surat itu pada nyonya Lee, kemudian menatap Wooyoung dengan pandangan yang sulit diartikan. Syok dan kaget, mungkin. "K-kau??! Tidak mungkin." Ucapnya dengan nada tidak percaya.

Waktu seakan berhenti untuk sesaat, udara di sekitar Wooyoung terasa membeku. Keringat dingin mengalir dari dahi Wooyoung meskipun ruangan tersebut ber-ac. Ia meremas ujung bajunya untuk mengurangi rasa tegang yang menerpanya.

-2PM-

 

Catatan Author :

Anyeong~

Author mau berterima-kasih buat para subsribers (hwootestjang dan lurvejunho) dan juga lurvejunho yang udah nyempetin waktu buat comment di FF author yang gaje ini... berkat kalian author jadi semangat nulis walaupun masih berantakan dan aneh hehe, semoga kalian suka.~

Chapter-chapter di FF ini memang tidak sepanjang di FF author yang lainnya, karena author mengusahakan update minimal 2 minggu sekali (mudah-mudahan).

Sekian dari author, Gomawo^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
DityaHwang #1
Chapter 5: Langsung comment di chap ini... Maap ya thor...

Kirain junho sm minjun bklan jahat sm wooyoung.. Ternyata nggak...

Bgus thor... Update soon ya thor....
hwootestjang #2
Chapter 5: Khunnie sang prince charming
LenkaChakhi
#3
Chapter 4: I think baby chicken is really important for uyongie .
.huaa betapa aku rindu ff ini .
Tapi pas update malah pendek bgt . Bkin greget .
Update soon onnie .
hwootestjang #4
Chapter 4: Uyongie kamu bela anak ayam ya... Kekekek.. Jadi ingat sama piyoung deh
Uyounggie
#5
Chapter 3: Yonggie tersisih lagi.. tp gpp lahh. Yg penting younggie g mati.. hhahahaa


Thor.. buat yg sedih serampak ya.. lgi pengenn nangis bombai..!! Mumpung hati lagi GALAUUUUU RIa...


Di tunggu updatex.. gpl...

Mantapss ceritax.. lanjutt
LenkaChakhi
#6
Chapter 3: Hemh kasian uyoung . . Jangan bnyak sakitin ada apah onnie kan kasian . . Hiks ;-( .update soon okay ;-)
mannuel_khunyoung
#7
Chapter 3: Pleaseeeee updateee nun,bnyk yg belum seleseeeiii ><
ImaCnn #8
Chapter 3: Apa yg direncanakan Ho ma minjun, apa mereka punya niat jahat ma uyoung..;(
Wahhh seru ni taec ma chan sama sama tertarik sama Ho:D
update soooon Thorr
jhjhjh
#9
baru baca forewordnya langsung subscribe&upvote !
menarik nih !