Empat

TIME TRIAL

 

 

            “Demi Tuhan, Kris!” Chorong merentangkan tangannya dan menghalangi langkah Kris yang membabi-buta menuju kampus Chorong.

            Dari semua hal yang pernah gadis itu sesali di dunia ini, memberi tahu Kris kalau nama rektornya sama dengan nama orang yang sedang dicari Kris termasuk salah satu di antaranya. Begitu mendengar pernyataan Chorong sepuluh menit yang lalu, alhasil Kris langsung berlari ke luar dari flat dan tergesa menuju kampus di mana Chorong menghabiskan sebagian waktunya dua tahun terakhir.

            “Jangan halangi aku, Park Chorong!” Kris berusaha mengenyahkan tangan Chorong dari hadapannya. Namun sayang berjuta sayang, niat Kris tidak sejalan dengan apa yang terjadi. Chorong—yang notabenenya tercatat sebagai atlet hapkido—langsung menggenggam pergelangan Kris, dan secara refleks memutarnya. “YAH!” Kris berteriak tanpa peduli berpasang-pasang mata menatapnya dengan pandangan ‘awas-ada-orang-gila-kabur’.

            “M-maaf.” Chorong yang baru menyadari apa yang terjadi langsung melepas genggaman—lebih tepatnya cengkraman—nya. “Refleks hapkido.”

            Kris meringis dan mengelus pergelangannya. “Jangan mempersulit keadaanku, Cho.”

            Chorong tertegun. Ini pertama kalinya Kris memanggil dirinya tidak dengan nama lengkap, atau nama keduanya. Cho. Terasa aneh, tapi ia menyukainya. “Bodoh.” Chorong menggelengkan cepat kepalanya.

            “Akhirnya kamu sadar kalau kamu bodoh.”

            “Kamu yang bodoh, Tuan Kris.” Diputarnya manik mata gadis itu kesal. “Pertama, aku tidak mau kamu datang ke kampusku untuk kemudian meracau di sana, dan membuatku kehilangan beasiswaku begitu orang-orang kampus tahu kalau bersama aku-lah kamu tinggal. Dan yang kedua,” Chorong menghembuskan napas keras. “ini bukan jalan menuju kampusku.”

            Bisa dirasakan, sekarang rahang Kris membuka lebar. “Kenapa kamu tidak mengatakannya?!”

            “Bagaimana bisa aku memberi penjelasan pada seekor banteng yang sedang mengamuk? Berlari ke luar dari flat begitu saja, dan dengan sok tahu-nya mengambil jalan yang salah. Kalau kamu bisa, sekarang saatnya kamu malu.”

            Kris berdecak kesal. “Aku harus melihat orang itu. Orang yang bisa jadi satu dari beratus kemungkinan. Orang yang harus aku hentikan, dan dengan begitu aku bisa segera pulang tanpa harus merepotkanmu lagi.”

            “Bagaimana kalau ternyata dia bukan orang yang kamu maksud?”

            Kalau Kris bisa, sekarang ia sudah dipastikan sedang berguling di jalan raya dan melakukan tari striptease di dekat lampu merah. Ia tidak bisa percaya kalau gadis ini mendapat beasiswa. Terutama ketidakmampuannya untuk menangkap bahasa manusia dengan benar. “Oleh karena itulah, aku harus melihat orang itu, Nona Cantik.

            “Kalau begitu, jangan berlaku seenaknya. Kamu harus tahu kalau budaya di masa ini berbeda dengan budaya di masamu.”

            “Lalu aku harus apa? Membuat spanduk besar bertuliskan ‘Dicari: Lee Sooman, orang yang akan melakukan pengloningan manusia’ dan berjalan berkeliling kota sambil berteriak-teriak?”

            Chorong tidak bisa untuk tidak membayangkan apa yang Kris katakan. Kini di pikirannya terbayang seorang Kris sedang meliuk-liuk di pinggir jalan kota sambil mengangkat tinggi-tinggi spanduk di tangannya dan berteriak layaknya tetua buruh yang sedang melakukan demo. Oh, Man.

            “Dan tolong jangan tersenyum tanpa sebab seperti itu.” Kris menatap Chorong dengan mata terpicing. Chorong yang tersadar langsung menggigit bibir, berusaha untuk melenyapkan senyum konyol yang terpatri di bibirnya.

            “Kalau kamu ingin tahu Lee Sooman rektorku, maka ikuti caraku. Mengerti?”

***

            “Aturan pertama, jangan berteriak.”

            Kris berdecak. Ia melipat tangannya dan bersandar pada pohon besar di sampingnya. Sekarang, ia dan Chorong berada di belakang bangunan kampus gadis itu. Chorong yang awalnya menolak untuk membicarakan hal ini di ruang umum, terutama di bawah pohon besar yang jarang dilalui orang banyak—karena ia merasa seperti sedang membicarakan soal penjualan obat terlarang—harus mengalah begitu Kris mengancam tidak akan mencuci pakaian kotor mereka nanti sore. Uh, coba lihat siapa yang ternyata mengambil keuntungan dari tinggalnya Kris di flat Chorong. “Aku tidak akan berteriak kalau orang yang aku ajak bicara tidak berteriak terlebih dahulu.”

            Chorong mencibir. Tapi, ia tetap lanjut membaca catatan kecil di tangannya. Catatan yang dibuatnya tadi malam. Catatan berisi bagaimana cara untuk memastikan apakah orang yang Kris maksud adalah rektornya atau bukan. “Yang kedua, jangan menggoda.”

            Kini kedua alis tebal Kris bertaut. “Menggoda? Sial. Aku bukan tipikal penggoda om-om.”

            “Menggoda mahasiswi di kampusku, Tuan Tampan.” Chorong membuka halaman selanjutnya. “Aturan ketiga, jangan makan tanpa aku.”

            “Aturan macam apa itu?”

            Gadis berkuncir satu itu terkekeh. “Aturan keempat, berhati-hatilah.” Ditutupnya buku catatan kecil tadi. Ia memasukkannya ke dalam tas, dan tatapannya tepat menemui pandangan Kris yang terlihat heran. Heran dengan aturan keempat yang gadis itu buat. “Berjanjilah kamu akan berhati-hati.” Chorong menjulurkan kelingkingnya ke hadapan Kris.

“Apa ini?” Kris menatap bingung kelingking kanan Chorong.

“Tautkan kelingkingmu di kelingkingku.”

Tanpa mengerti apa yang dimaksud Chorong, Kris menautkan kelingkingnya pada kelingking gadis itu. “Lalu?”

Chorong menguatkan tautan kelingking mereka. “Kamu sudah berjanji untuk berhati-hati.” Secepat ia menjulurkan kelingkingnya, secepat itu juga Chorong melepaskan tautan konyolnya. “Janji a la anak-anak.” Ujarnya sambil lalu. “Oh ya kembali ke topik awal kita. Jadi rencananya, aku akan berpura-pura kalau kamu adalah kakak tiriku. Skenarionya, kamu kakak tiri yang benar-benar sangat protektif, dan tidak akan membiarkan aku ke kampus seorang diri.” Chorong berhenti sebentar. Diamatinya dengan cermat ekspresi laki-laki di hadapannya.

 Tetap sama.

Well, tidak ada perubahan ekspresi; artinya setuju. “Besok aku ada rapat bulanan khusus mahasiswa/i penerima beasiswa, dan pastinya besok rektorku hadir di rapat itu. Untuk hasil cepat, maka kamu bisa datang ke rapat itu dan berpura-pura menjadi waliku. Dari situ, kita bisa lihat apakah dia orang yang kamu maksud atau bukan.”

Kris mengangguk mantap. Tanda setuju. “Sejauh ini, rencanamu tidak buruk.” Komentar Kris, dan disambut cemooh dari Chorong. “Lalu untuk apa sekarang aku datang ke kampusmu?”

“Hey, kamu sendiri yang memaksa ikut denganku. Sudah kubilang aku akan memberitahu rencana ini nanti malam. Tapi kamu benar-benar seperti ibu-ibu yang tidak sabar untuk mengocok arisan. Bukan salahku.” Chorong memukul pelan kepala Kris dengan kepalan tangannya.

“Jangan memu—“

“Chorong!”

Sebuah teriakkan kecil dan hentakan kaki yang memburu terdengar. Chorong segera menoleh dan memicingkan matanya, berusaha melihat siapa yang meneriakkan namanya.

Seorang perempuan. Perempuan itu berlari cepat menuju tempat Chorong berdiri sambil melambai-lambaikan kedua tangannya di udara, seolah meminta pertolongan.

“Siapa itu?” Kris menunjuk gadis yang sedang berlari dengan dagunya.

“Entahlah, aku tidak bisa melihatnya.”

“Uh, Nenek.”

Chorong hanya melayangkan pandangan mematikan pada Kris sebagai jawaban.

“Choroooong!” Begitu mendekat, perempuan yang tadi—dan baru saja—meneriakkan nama Chorong menghentikan larinya, dan membungkukkan badan sambil terlihat berusaha mengatur napas. Punggungnya naik turun mengikuti irama hembusan napas yang dikeluarkannya. Rambut panjangnya yang terurai bergoyang seiring gerakan pundak yang tidak menentu.

“Soojung?” Chorong mendesis begitu perempuan itu mendongakkan kepalanya. Memperlihatkan wajahnya yang terlihat sedikit kelelahan. “Jung Soojung? Oh astaga, apa yang kamu lakukan di sini?”

Soojung hanya tertawa kecil begitu ia mampu mengendalikan napasnya. Dirapikannya ujung rambut yang mencuat, dan ia menatap Chorong ringan. “Kamu sendiri? Apa yang kamu lakukan di sini bersama…” Soojung menghentikan ucapannya dan pandangannya beralih pada sosok laki-laki menjulang di sebelah Chorong. Sosok laki-laki yang mendadak mengeraskan ekspresinya begitu melihat perempuan yang baru ditemuinya ini.

“Ah, ini—ini kakak tiriku, Kris. Kris, kenalkan ini teman kampusku, Jung Soojung.” Chorong mendorong punggung Kris dengan bahunya. Berusaha membuat Kris berjalan maju untuk setidaknya bertukar nama dengan Soojung.

Tapi Kris hanya diam. Ia malah semakin menatap Soojung dalam, dan sedikit membuat gadis berambut hitam legam itu ketakutan.

Please, mereka baru pertama bertemu dan Kris memandangnya seperti seorang penagih hutang yang berhasil menemui sasarannya.

“Aku Soojung. Jung Soojung.” Soojung membungkukkan sedikit badannya. Berharap begitu kembali menegakkan badannya, Kris akan langsung mengubah ekspresinya.

Namun ekspresi Kris masih sama walau Soojung sudah menegakkan badannya—keras dan dalam. Mereka berpandangan beberapa saat. Beberapa saat yang cukup lama, sampai Chorong berdeham dan memecah kejanggalan yang sekarang menyelimuti mereka.

Seolah tersadar, Kris langsung mengedipkan matanya beberapa kali, seolah mengusir sesuatu yang sedari tadi menutupi pandangannya. Dan membuatnya mengindahkan Soojung.

Kris mengarahkan telapak tangannya pada pundak Soojung. Soojung sedikit terkesiap, namun dia tidak bisa berekasi—terlalu terpukau dengan gerakan tiba-tiba Kris. Lagi—dan lagi, Kris menatap gadis itu dengan intens. “Krystal? Apa yang kamu lakukan di sini?” Dengan suara beratnya, Kris mengatakan sesuatu yang membuat kening Soojung berkerut dan Chorong terlonjak dari posisinya.

Kris mengenal Soojung?

****

(Akhir cerita empat)

 

            

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
avrilcheonsa #1
update donk thor...
keren nih ceritanya...

unik...
trus juga jarang nih pairing kris chorong, pdhl aku suka banget...

update soon ya :)
eternalspring
#2
Chapter 6: Woah akhirnya update~~ huhuhu setelah menunggu sekian lama kekekeke
mereka tetap ga akur tapi dalam fase nyaman sekarang... addduuuuuuuuhhhh aku suka dengan hubungan love-hate mereka~~~
semoga updatean selanjutnya segera author-nim kekekeke XD
Sehooney
#3
Chapter 6: akhirnya update juga ;--; kalo bahas ayam aku jadi inget kris waktu di exo showtime ^^ ditunggu cerita selanjutnya ya~
adellakrs
#4
Chapter 6: Yuhuuuu tambahan updatenya saaaangat membantu setelah kemarin ditinggalkan menggantung, terimakasih author!
amusuk
#5
Chapter 1: baru sempet baca chapter 1, bagus author-nim, sukses bikin penasaran~~~
Sehooney
#6
Chapter 5: Makin seru ceritanya ^^ apalagi pas tau ternyata krystal itu adiknya kris, jadi makin penasaran sama ceritanya :)
Update soon ya min~
eternalspring
#7
Chapter 5: Haaaaaa aku juga bertanya2 sebenarnya kenapa kris harus tinggal di flat chorong... apa hubungan chorong dengan kris ?? ugh~ beneran deh aku penasaran... semoga kamu menjelaskan nantinya hehehehe :D
Aku juga berharap krystal dan soojung 2 orang yang berbeda... kasian kris kalo sampai apa yang dia pikirin bener :(
waaa chapter selanjutnya kita bakal tau~ sooman itu apakah bener orang yang dicari kris~~~ yeyy I felt excited XD
tomatoki #8
Chapter 4: jangan2 krystal itu sebenernya dari masa depan juga ya? atau di masa depan ada orang mirip krystal?

penasaraaaan, please update author-nim, your story is interesting :)
Zalukhuhj #9
Chapter 2: Chinguya...
masih ingat aku? huhuhu
baru berkelana di asianfanfics ini
hehehehehehe
aku komen disini aja yah soalnya disini partnya udah byk hehehehehe
oya, makasih udah mau melnjutkan ff itu di ifk yah^^
senang kamu bikin komen kayak gitu

hem, seperti biasa sih
aku sama kayak chorong penasaran dengan misi itu
maksudnya kloning itu bagaimana caranya si kris menghentikannya?
dengan menikah lalu bua anak bareng chorong? kekekekeke
ahhh
mo baca next part dulu yah^^
Sehooney
#10
Chapter 4: huwaa ceritanya bagus ^^ cepet update ya min biar tau lanjutannya~