Tiga

TIME TRIAL

 

            “Jadi, Kris itu siapamu, Park Chorong?”

            Bomi bertanya untuk kali kesepuluh dalam dua menit terakhir. Tatapan mematikannya tidak berpindah sama sekali sejak mereka—Kris, Chorong, dan dirinya—melakukan rapat kecil-kecilan di ruang tengah flat Chorong.

            Oh, tidak. Lebih tepatnya, interogasi kecil-kecilan yang dilakukan Bomi.

            “Sepupu.”

            “Keponakan.”

            Chorong dan Kris menjawab bersamaan. Dan saat itu juga, Chorong langsung melayangkan pandangan protes atas jawaban yang diberikan Kris.

            Kurang ajar. Bagaimana bisa makhluk raksasa ini menjadi keponakanku?

            “Oh Tuhan, ampunilah mereka.” Bomi mengatupkan kedua tangannya sambil memejamkan mata.

Agak lama, keheningan menyelimuti atmosfer di sekitar mereka. Chorong dan Kris memikirkan alasan yang sekiranya masuk akal untuk menjawab pertanyaan Bomi. Sedangkan Bomi sendiri berpikir kenapa perutnya sudah terasa lapar padahal baru satu jam yang lalu ia memakan ramen instan sebagai sarapan.

“Baiklah, Nona Yoon.” Chorong mendadak memecah keheningan. Ia mengambil napas dalam-dalam, dan menghembuskannya secara berlebihan. “sebenarnya, Kris adalah—“

“Kakak tiri Chorong.” Kris menyela cepat perkataan Chorong. Dan dengan kecepatan yang sama, Chorong segera mengalihkan pandangannya ke arah Kris.

Omong kosong apalagi ini. Chorong menggigit bibir bawahnya, menahan diri supaya tidak menendang kepala Kris sampai pecah.

“Kakak tiri? Astaga.” Bomi menutup mulut dengan permukaan tangannya. “Kenapa kamu tidak pernah cerita padaku kalau kamu punya kakak tiri, Chorong?”

Skak.

Oh tolong, Kris. Aku bukan penulis skenario andal. Aku tidak tahu apa yang selanjutnya harus aku katakan. Kenapa? Kenapa aku tidak bercerita pada Bomi kalau kamu adalah kakak tiriku? “A-aku—“

“Ini rahasia keluarga. Hanya orang-orang terdekat yang boleh mengetahuinya.” Lagi, Kris memotong kata-kata Chorong dengan nada jengah. Apakah persahabatan antarperempuan harus serumit ini? Memberi tahu dengan siapa kamu tinggal, dan siapa orang yang satu rumah denganmu?

Untungnya, Kris bukan perempuan.

“Oh, aku mengerti. Maafkan aku.” Gadis bermarga Yoon itu meringis konyol. “Umh baiklah. Karena aku sudah memastikan kalau kalian bukan pasangan kumpul kebo, maka kurasa aku harus segera pergi. Luhan sudah menungguku. Juga, kelihatannya kamu tidak akan ke kampus hari ini, bukan?” Tanpa menunggu jawaban, Bomi segera berdiri dan membungkuk ke arah ‘adik–kakak tiri’ di hadapannya. “Sampai jumpa besok, Rongie.” Dan Bomi pergi dengan segera, secepat bagaimana ia datang.

***

“Kakak tiri?! Oh sial. Apa yang kamu pikirkan?!” Chorong berjalan mengekori Kris. “Kamu jangan membuat skenario seenak jidatmu, Bodoh.”

Begitu kata terakhir meluncur cepat dari bibir Chorong, Kris langsung berbalik dan menghadap penuh gadis itu. “Apa kamu bilang? Aku bodoh?” Kris mendekatkan tubuhnya pada tubuh Chorong.

Chorong sendiri tidak tinggal diam. Semakin tubuh Kris mendekat, semakin langkah Chorong menjauh.

“Kalau aku bodoh, aku akan bilang kalau aku adalah seseorang dari tahun 2306 yang sedang dalam misi untuk menghancurkan usaha pengloningan manusia. Kamu pikir dia akan percaya?!” Nada dalam suara Kris meninggi. Sesuatu di ubun-ubunnya memanas, dan ia merasa perlu mengeluarkannya.

“Kalau begitu kenapa aku harus percaya kalau kamu datang dari tahun 2306? Kenapa? Kenapa kamu ragu kalau Bomi akan percaya? Sedangkan padaku, kamu secara gamblang menjelaskan apa yang—setidaknya menurutmu—terjadi.” Chorong mendesis.

“Demi Tuhan!” Kris mengacak-acak rambutnya dan berjalan sedikit menjauh. Chorong sedikit menghembuskan napas lega begitu melihat Kris mulai menjaga jarak. “Itu karena kamu guest-house-ku, Park Chorong. Hanya kamu yang perlu percaya apa yang sebenarnya terjadi. Persetan dengan orang di luar sana.”

“Jangan menyebut Bomi dengan kata ‘persetan’!” Amarah dalam diri Chorong terpancing begitu mendengar kalimat terakhir Kris. Kini giliran ia yang melangkah maju. Selama ini, hanya Bomi yang mau menjadi teman-nya. Teman dalam arti sebenarnya—di mana ia bisa menceritakan apa yang dirasakannya, memeluk Bomi begitu ia mendapat pekerjaan, dan berteriak pada Bomi begitu Bomi menggodanya habis-habisan saat Chorong harus berada dalam kelompok yang sama dengan Suho. Dan Chorong tidak bisa menerima begitu saja kalau ada yang menyebut Bomi dengan kata-kata tak pantas. Termasuk Kris. Yang katanya datang dari tahun 2306.

“Aku tidak merujuk pada Bomi.” Kris membela diri. “Demi Lady Di, apakah orang tuamu tidak menyekolahkanmu saat kamu kecil, sehingga kamu tidak bisa mengetahui sesuatu koheren atau tidak?”

Tanpa diduga, Chorong mendadak tertawa. Tawa kecil, namun sarat kesinisan. “Aku tidak punya orang tua.” Ujar Chorong di sela tawanya.

Kris terdiam seketika begitu mendengar apa yang dikatakan gadis di hadapannya. “Maksudmu?”

Chorong mengangkat kedua bahunya, dan menatap Kris lalu. “Orang tuaku membuangku ketika aku masih bayi, dan menitipkanku di panti asuhan. Jadi wajar bukan kalau aku terlihat bodoh di depanmu? Itu karena aku tidak punya orang tua yang bisa mengajariku sesuatu yang orang tuamu ajarkan kepadamu!” Chorong harus mati-matian menahan sesuatu melesak dari ujung matanya. Ia menelan sebuah gumpalan yang terasa menyakitkan begitu turun ke tenggorokannya. “Aku masuk ke kamarku.” Gumam gadis itu, tanpa peduli pemuda tahun 2306 di hadapannya akan mendengar atau tidak.

Begitu bantingan pintu kamar Chorong terdengar, pikiran Kris seolah terhempas ke masa di mana dia berdiri sekarang. Ditatapnya pintu berwarna krem yang tadi terbanting sempurna tanpa ekspresi. “Kita sama, Park Chorong.”

***

Tok…tok…tok.

            Ketukan yang familiar terdengar dari balik pintu kamar Chorong. Ketukan yang tempo hari didengarnya saat tengah malam. Saat di mana seseorang memasuki flatnya tanpa meminta izin terlebih dahulu.

            Ia mendesah kesal. Itu pasti Kris. Bagaimana bisa dia mengganggunya lagi setelah dua puluh menit yang lalu Kris baru membuat Chorong meledak?

            “Masuklah, Kris.”

            Decitan pintu yang terbuka terdengar seiring setengah badan jangkung milik Kris menyeruak. “Bolehkah aku masuk?”

            “Sudah kubilang kamu boleh masuk.” Chorong memejamkan matanya pelan. “Oh tolong, Kris. Jangan buat aku mengulitimu dengan pisau daging sekarang juga.”

            Agak sungkan, Kris melangkah masuk dan berjalan mendekati Chorong yang sedang duduk sambil memeluk kaki di dekat kasurnya. Refleks, Kris ikut terduduk di samping Chorong, dan melipat kakinya. “Maafkan aku.”

            Chorong membuka matanya begitu mendengar apa yang Kris katakan. “Maaf?”

            “Oh sial.” Kris berdecak. Dia yakin tadi Chorong tahu dengan jelas apa yang dikatakannya. “Maafkan aku.” Suara Kris sedikit mengecil. Sungguh, gengsi laki-laki ini benar-benar selangit untuk urusan minta maaf. “Tidak seharusnya aku mengatakan sesuatu yang buruk tentang orang terdekatmu. Dan tidak seharusnya aku membawa pembicaraan kita pada konteks yang terlalu jauh. Maaf.”

            Untuk sesaat, Chorong terpukau. Terkesima. “Apakah aku harus memaafkanmu?”

            Kris tersenyum kecil. “Terserah. Tapi aku hanya minta satu; tolong jangan usir aku dari sini. Aku tidak mungkin tinggal di jalanan. Semarah apapun kamu, kamu bisa melakukan apa saja, kecuali mengusirku dan membunuhku.”

            “Bagaimana kalau menggunting rambutmu sampai habis?”

            “Sama saja kamu membunuhku.”

            Chorong tidak bisa untuk tidak tertawa. “Sudah kumaafkan. Lagipula, aku juga terlalu berlebihan dalam menyikapi omonganmu tadi.”

            Kris membenarkan posisi duduknya. Dia meluruskan kaki sehingga ujung ibu jari kanannya menyentuh lemari pakaian yang ada di depan mereka. “Tidak. Itu tidak berlebihan. Aku tahu bagaimana perasaanmu.”

            Merasa posisi duduknya dengan Kris terlalu dekat, Chorong kemudian sedikit bergeser. Ia memiringkan kepalanya. “Bagaimana bisa kamu tahu perasaanku kalau kamu—“

            “Aku juga tidak punya orang tua.”

            “Apa?!” Impuls, Chorong menengok cepat, sehingga sebagian tubuhnya menghadap Kris. “Kamu juga ditinggal orang tuamu di panti asuhan sepertiku?”

            “Sejujurnya, aku tidak tahu apa itu panti asuhan.” Kris balik menengokkan kepalanya pada Chorong. “Aku juga tidak tahu—dan tidak mau tahu—bagaimana orang tuaku meninggalkanku. Yang jelas, selama ini aku dibesarkan di Rumah Pelatihan. Tempat itu merupakan tempat orang-orang tanpa orang tua dibesarkan, dan dilatih sesuai dengan kemampuannya, untuk kemudian menjadi anggota TOTP.”

            “Benarkah? uh, panti asuhan juga seperti itu. Biasanya, orang tua yang tidak mampu membesarkan anaknya, atau bahkan sudah meninggal tanpa sempat mengikuti perkembangan anak mereka, menitipkan anaknya di panti asuhan. Hanya bedanya, anak-anak di panti asuhan tidak mendapat pelatihan apapun.”

            “Hanya perbedaan istilah dan masa kalau begitu.”

            Chorong menangguk beberapa kali. “Menurutmu, apa alasan orang tuamu meninggalkanmu?”

            Kris mengerutkan kening. Dia sama sekali tidak suka kalau ada yang membicarakan hal seperti ini. Apalagi sampai bertanya kepadanya. “Mungkin karena aku terlalu tampan.” Jawabnya asal.

            Sekali lagi, Chorong tertawa. “Kalau begitu, aku terlalu manis. Oleh karena itulah orang tuaku meninggalkanku.” Kikikkan kecil meluncur dari bibirnya. Gadis itu semakin mempererat pelukan pada lutut yang awalnya longgar. “Ah, benar!” Chorong menepuk keningnya agak keras. “Kris, aku lupa mau memberitahu hal ini padamu.  Aku baru mengingatnya tadi pagi, begitu terbangun.”

            Kris memiringkan wajahnya, seolah bertanya apa yang akan Chorong katakan.

            “Hm, begini. Lee Sooman, orang yang kamu bilang sebagai otak dari usaha pengloningan manusia itu…” Chorong sengaja menghentikan ucapannya, seolah berusaha memilih kata yang tepat. “rektor kampusku, namanya Lee Sooman. Apakah mungkin orang yang kamu cari Lee Sooman itu?”

****

(Akhir cerita tiga)

           

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
avrilcheonsa #1
update donk thor...
keren nih ceritanya...

unik...
trus juga jarang nih pairing kris chorong, pdhl aku suka banget...

update soon ya :)
eternalspring
#2
Chapter 6: Woah akhirnya update~~ huhuhu setelah menunggu sekian lama kekekeke
mereka tetap ga akur tapi dalam fase nyaman sekarang... addduuuuuuuuhhhh aku suka dengan hubungan love-hate mereka~~~
semoga updatean selanjutnya segera author-nim kekekeke XD
Sehooney
#3
Chapter 6: akhirnya update juga ;--; kalo bahas ayam aku jadi inget kris waktu di exo showtime ^^ ditunggu cerita selanjutnya ya~
adellakrs
#4
Chapter 6: Yuhuuuu tambahan updatenya saaaangat membantu setelah kemarin ditinggalkan menggantung, terimakasih author!
amusuk
#5
Chapter 1: baru sempet baca chapter 1, bagus author-nim, sukses bikin penasaran~~~
Sehooney
#6
Chapter 5: Makin seru ceritanya ^^ apalagi pas tau ternyata krystal itu adiknya kris, jadi makin penasaran sama ceritanya :)
Update soon ya min~
eternalspring
#7
Chapter 5: Haaaaaa aku juga bertanya2 sebenarnya kenapa kris harus tinggal di flat chorong... apa hubungan chorong dengan kris ?? ugh~ beneran deh aku penasaran... semoga kamu menjelaskan nantinya hehehehe :D
Aku juga berharap krystal dan soojung 2 orang yang berbeda... kasian kris kalo sampai apa yang dia pikirin bener :(
waaa chapter selanjutnya kita bakal tau~ sooman itu apakah bener orang yang dicari kris~~~ yeyy I felt excited XD
tomatoki #8
Chapter 4: jangan2 krystal itu sebenernya dari masa depan juga ya? atau di masa depan ada orang mirip krystal?

penasaraaaan, please update author-nim, your story is interesting :)
Zalukhuhj #9
Chapter 2: Chinguya...
masih ingat aku? huhuhu
baru berkelana di asianfanfics ini
hehehehehehe
aku komen disini aja yah soalnya disini partnya udah byk hehehehehe
oya, makasih udah mau melnjutkan ff itu di ifk yah^^
senang kamu bikin komen kayak gitu

hem, seperti biasa sih
aku sama kayak chorong penasaran dengan misi itu
maksudnya kloning itu bagaimana caranya si kris menghentikannya?
dengan menikah lalu bua anak bareng chorong? kekekekeke
ahhh
mo baca next part dulu yah^^
Sehooney
#10
Chapter 4: huwaa ceritanya bagus ^^ cepet update ya min biar tau lanjutannya~