Chapter 5; We’re Back Together

^Want You Back^

 

……..

Chansung melirik sekilas arloji di pergelangan  tangannya ketika kakinya baru saja menapak di sebuah toko bunga.

“Masih satu jam lagi.” Kata Chansung pada dirinya sendiri, lalu terlihat berpikir sebentar, “Lebih dari cukup.” kemudian tersenyum lebar. Ia lalu melihat-lihat beberapa jenis bunga yang dipajang di depannya.

“Bunga apa yang harus kubeli untuknya?” Chansung kembali melihat bunga-bunga itu dengan bingung. Maklum saja, ini yang pertama kalinya bagi Chansung. Membelikan bunga untuk seorang namja –namjachingunya- memang sedikit aneh kelihatannya, tapi Chansung hanya ingin menjadi pria romantis di hari special ini. Dan menurut Chansung, memberikan bunga merupakan hal yang romantis.

Hari ini adalah tepat hari 2nd anniversary hubungan Chansung dan Junho. Chansung berencana memberi kejutan untuk Junho dengan mengajaknya jalan-jalan naik mobil Chansung –tanpa sepengetahuan Junho- karena Chansung baru saja mendapatkan surat ijin mengemudi beberapa hari yang lalu. Hari ini Chansung berjanji akan menjemput Junho di apartemennya pada jam 5 sore. Dan Chansung tak sabar menunggu saat itu segera tiba.

Chansung akhirnya memilih bunga yang biasa diberikan pemeran pria pada pemeran wanitanya di sebuah film. Standar saja.

“Tolong berikan setangkai mawar merah untukku, Ahjussi. Dan tolong dihias semanis mungkin.” Semanis senyuman Nuneo, tambah Chansung dalam hati.

Bayangan senyum manis Junho plus smiling eyes-nya langsung muncul dalam benak Chansung, membuatnya tersenyum-senyum sendiri yang terlihat aneh, dan mengundang tatapan heran dari ahjussi penjual bunga.

“Ini bunganya.” Setelah beberapa menit, akhirnya ahjussi itu menyodorkan setangkai bunga mawar merah yang sudah dihias begitu cantik pada Chansung. Ya, hanya setangkai. Bukannya Chansung pelit atau apa, tapi Chansung hanya ingin mengumpamakan bunga itu seperti Junho bagi Chansung, hanya ada satu dan tak ada yang lainnya.

Setelah membayar dan mengucapkan terima kasih pada ahjussi penjual bunga, Chansung lalu masuk ke mobilnya –pemberian orangtuanya- dan menjalankannya menuju apartemen Junho yang jaraknya ridak begitu jauh.

“Tak terasa dua tahun sudah. Hari ini akan menjadi hari yang spesial untuk kita, Nuneo.” Kata Chansung sambil tersenyum bahagia membayangkan kejutan apa yang akan diberikannya pada namjachingu tercinta-nya itu.

Tak lama kemudian mobil Chansung sampai juga di depan apartemen Junho. Chansung menghentikan mobilnya sebelum memasuki area parkir.

“Setengah jam lebih awal, tak apalah. Huh, Kenapa tiba-tiba jadi nervous begini?” Chansung menarik napas dalam, lalu merapikan tatanan rambut dan setelan jasnya lewat kaca spion mobilnya.

Baru saja  akan menjalankan mobilnya ke area parkir, Chansung menangkap sosok Junho yang keluar dari pintu utama apartemennya, sudah berpakaian rapi dan terlihat begitu tampan. Sedetik kemudian, Chansung bisa melihat Junho celingukan ke segala arah.

Pasti Nuneo menungguku. Aku jadi tidak perlu repot-repot memarkir mobil. Tapi kenapa dia menungguku lebih awal juga? Ah, pasti dia sudah tidak sabar ingin bertemu denganku. Pikir Chansung senang. Chansung tak lupa mengambil setangkai mawar merah-nya, lalu membuka pintu mobilnya dan akan keluar menemui Junho. Namun gerakannya terhenti ketika melihat sesosok yeoja yang keluar dari pintu apartmen menyusul Junho. Kim Soeun?

Chansung menutup pintu mobilnya lagi dan memutuskan untuk memperhatikan mereka dari dalam mobil. Terlihat Junho dan Soeun sedang mengobrol. Chansung tak sedikitpun melepaskan pandangannya dari mereka, karena menurut Chansung hal ini terlihat aneh. Biasanya Junho akan lari terbirit-birit dan bersembunyi saat melihat Soeun, tapi kali ini Junho malah terlihat melayani Soeun mengobrol.

Chansung terus mengawasi gerak-gerik Soeun yang sekarang sedang memasang aegyo dan bersikap begitu manja pada Junho. Mata Chansung semakin membulat saat menangkap adegan mesra antara Soeun dan Junho. Sedetik yang lalu, Soeun memeluk Junho dengan begitu erat, dan sialnya, Junho membalas pelukan itu.

Apa kau sedang mencoba bermain api di belakangku, Junho-yah? Saat nama panggilan ‘Nuneo’ tidak keluar dari bibir Chansung untuk memanggil Junho, itulah indikator bahwa Chansung sedang geram pada pemilik nama tersebut.

Chansung membuka pintu mobilnya dengan kasar dan melangkah keluar menghampiri Junho, kali ini tanpa membawa setangkai bunga mawar merah-nya.

“C-Chan-nie?” Junho tergagap menyadari kedatangan Chansung yang terlalu awal, menurutnya. Cepat-cepat ia melepaskan pelukannya dengan Soeun.

“Ikut aku!!” Chansung menarik lengan Junho dengan kasar dan menyeret Junho masuk ke mobilnya, menyisakan Soeun yang hanya bisa mendesah kecewa di tempatnya semula.

Junho memasang ekspresi kaget dan takut atas perlakuan Chansung padanya. Ini pertama kalinya Chansung bersikap kasar seperti ini terhadap Junho, tak seperti biasanya yang selalu bersikap lembut dan manis.

“Kau berselingkuh eoh?!” Tanya Chansung dengan nada yang sedikit membentak ketika mereka sudah melaju di jalanan kota Seoul.

“A-ani. Aku hanya—”

“Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri! Ck, tak kusangka….” Chansung tersenyum miris dengan ekspresi terluka dan kekecewaan yang mendalam.

“Ini bukan seperti yang kau pikirkan, Channie..” jawab Junho lemah.

“Lalu seperti apa?!!” bentak Chansung lagi, wajahnya sudah memerah menahan amarah yang sejak tadi menguasai pikirannya.

“A-aku.. aku..” Junho melirik Chansung sekilas. Dengan nada takut ia melanjutkan “H-hanya.. kencan.. sehari, hari ini. Dan itu sudah berakhir, Cha—”

Sontak saja perkataan Junho itu mendapat tatapan tajam yang mematikan dari Chansung.

“JUNHO-YAH!!!” potong Chansung dengan nada lebih tinggi, membuat Junho sempat terlonjak kaget. Chansung meremas kemudi mobil di genggamannya. “Kau bahkan berselingkuh di hari anniversary hubungan kita, setelah aku menyiapkan semuanya untukmu..” kali ini nada bicara Chansung lebih terdengar lemah dan penuh kekecewaan.

Junho hanya diam memikirkan perkataan yang Chansung lontarkan barusan. Mungkin ini memang bisa disebut sebuah perselingkuhan. Walaupun Junho tak bermaksud melakukannya.

Mata Junho menatap ke bawah, menyesali yang sekarang telah terjadi. Tak sengaja Junho melihat setangkai mawar merah tergeletak di bawah, di antara tempat duduknya dan Chansung. Terlihat sebuah kartu ucapan terselip di sana, dengan tulisan:

‘Happy 2nd Years Anniversary, My Lovely Nuneo^^’

Melihat hal itu membuat penyesalan Junho semakin mendalam. Junho hendak memungut bunga itu, tetapi dengan hentakan keras Chansung menginjaknya terlebih dahulu, bahkan nyaris saja mengenai tangan Junho.

“Chagiya~” panggil Junho dengan nada yang begitu lemah, nyaris menangis.

“Kau mengkhianatiku..” mata Chansung mulai berkaca-kaca. “Aku hanya akan mengajakmu ke tempat yang ingin kutunjukkan padamu.. dan setelah itu—”

“Jangan begitu, Channie..” air mata Junho mulai membasahi pipinya. “Ini benar-benar bukan seperti yang kau pikirkan. Percayalah.”

“Aku melihatnya sendiri. Aku sudah cukup tahu mana yang harus kupercaya dan mana yang tidak. Mian aku tak bisa mempercayaimu.” Chansung berbicara tanpa menatap Junho.

“Dengar dulu—”

“Sudah kubilang aku tidak mempercayaimu. Semua yang kau ucapkan, aku tak akan mempercayainya lagi. Kau pengkhianat!”

Hati Junho hancur seketika mendengar kata-kata Chansung. Ini sudah terlalu menyakitkan. Aku memang salah, tapi tahukah kau aku melakukan ini demi hubungan kita? Kau bahkan tidak memberiku kesempatan untuk menjelaskannya. Dan sekarang kau menyebutku pengkhianat?

Junho benar-benar menyesal telah melakukan hal itu. Ini semua gara-gara Kim Soeun! Junho menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan cepat.

“Jika kau sudah tidak mempercayaiku lagi, percuma saja jika dilanjutkan. Lebih baik kita akhiri saja sampai di sini.” Kata Junho pada akhirnya. Junho melepas cincin yang melingkar di jari tengah tangan kirinya, meraih tangan kiri Chansung, dan memasangkan cincin itu di jari manis Chansung, berdampingan dengan cincin satunya yang melingkar di jari tengah Chansung. “Ini. Kukembalikan padamu.”

Chansung menatap Junho tak percaya. “Jadi kau memilih untuk berpisah denganku, karena yeoja itu? Bahkan kau sampai melepas cincin ini.”  Chansung menatap mata Junho yang sekarang sedang menatap balik mata miliknya. Chansung menatap mata itu lekat-lekat, mencoba mencari kebenaran di dalamnya. Namun yang Chansung dapati hanya ada air mata yang semakin deras mengalir dari mata sipit Junho.

Hati Chansung terasa sangat sakit melihat Junho menangis, karenanya. Air mata Chansung pun ikut mengalir deras dari mata besarnya. Dalam beberapa detik mereka hanya saling diam, menatap satu sama lain dengan mata yang basah, seakan menangisi perpisahan yang baru saja mereka sepakati.

TTIIIIIIIIINNNNN..!!!

Suara klakson mengembalikan kesadaran keduanya dan membawa mereka menyadari apa telah dan akan terjadi.

Mereka –tanpa sadar- baru saja menerobos lampu merah dengan truk tronton –yang terus membunyikan klakson- yang siap menghantam mobil mereka dari arah samping.

“Chaaaaanniiiiiiiie..!!” Junho berteriak.

“Aaaaaaaaarrrrrrggggghhhh..!!!” disusul dengan suara teriakan dari Chansung.

*

*

“Dia kehilangan ingatan terhadap kejadian terakhir yang membuat jiwanya terguncang. Dia tidak hanya lupa pada kejadiannya, tapi juga pada benda-benda, tempat, maupun orang yang terlibat dalam kejadian itu.” Jelas dokter ketika Minjun mengeluh bahwa adiknya tidak ingat apa yang baru saja dialaminya, siapa yang bersamanya dalam kejadian itu, dan tak mengenali saat Soeun datang menjenguknya.

Dia tidak mengingatku? Chansung –dalam bentuk roh- yang ikut menguping di ruang dokter itu ikut merasa sedih atas apa yang terjadi pada kekasihnya. Dia sedang koma dan kekasihnya tidak mengingatnya, apa lagi yang lebih dramatis dari ini?

Beberapa menit kemudian ada sosok seperti malaikat berpakaian serba putih yang menjemputnya, membawanya terbang ke atas langit, memasuki ruangan bernuansa putih menyilaukan dengan sesosok pria garang dengan badan ekstra besar yang duduk di balik mejanya rasaksanya, dengan buku dan bolpoin raksasa, semuanya serba putih. Di depannya ada antrian orang yang berbaris -entah mereka sedang mengantri tiket atau apa, Chansung tidak tahu- dengan pakaian yang serba putih  dan kulit yang terlihat putih pucat. Hanya Chansung satu-satunya yang berwarna di sana.

“Hwang Chansung.” Pria garang itu memanggil Chansung. Chansung yang merasa bingung, menatap pada malaikat yang membawanya ke tempat itu dengan tatapan ‘apa yang harus kulakukan?’. Malaikat itu lalu menunjuk ke arah depan pria garang itu dengan menggunakan dagunya. Chansung lalu melangkah perlahan ke depan pria garang itu.

“Hmm.. kau masuk dalam catatan sementaraku. Ini jarang sekali terjadi.” Kata pria itu sambil menatap selembar kertas besar di hadapannya.

“Aku tak mengerti apa maksudmu?” Chansung memang tak mengerti tentang catatan sementara atau apapun itu namanya.

“Kau itu seharusnya belum mati, tapi luka yang kau alami dan kecilnya keinginanmu untuk bertahan hidup saat kejadian itu membuatmu berada di sini.” Jelas pria garang itu.

Chansung berpikir sejenak. Dia memang sempat merasa ingin mati saja saat Junho memutuskan untuk berpisah dengannya, karena baginya, hidup tanpa Junho sama saja dengan mati.

“Tapi bagaimana jika aku ingin kembali hidup?” setelah mengetahui –dari hasil menguping cerita Soeun pada Minjun- bahwa Junho berkencan sehari dengan Soeun itu hanya untuk memenuhi keinginan Soeun yang berjanji akan melepaskan Junho jika Junho mau bersikap manis dan berkencan dengannya sehari saja, Chansung merasa menyesal sudah menuduh Junho yang macam-macam dan tidak memberikan kesempatan pada Junho untuk menjelaskannya.

Tentu saja sekarang Chansung ingin hidup lagi dan meminta maaf pada Junho. Tapi bagaimana caranya? Lagipula saat ini Junho tidak mengingatnya lagi. Chansung merasa lemas seketika mengingat hal itu.

“Ada seseorang yang membuatmu ingin hidup kembali, tapi orang itu tidak bisa mengingatmu kan?” Tanya pria garang itu.

Chansung sedikit terkejut karena pria garang itu mengetahui dengan benar apa yang ada dalam pikirannya. Chansung melihat pria garang itu, dari ukuran tubuhnya saja dia tidak nampak seperti manusia biasa. Ya, mungkin dia ini adalah dewa langit yang bisa membaca pikiran orang, pikir Chansung.

Chansung menganggukan kepalanya, menjawab pertanyaan pria garang itu, “Ne.”

“Karena dialah yang membuatmu ingin kembali hidup, maka kau akan kembali hidup jika dia mengingatmu dan menginginkanmu juga tentunya.” Jawab pria itu.

“Tapi bagaimana jika dia tak juga mengingatku?” itulah kemungkinan terburuk yang ada di pikiran Chansung saat ini.

“Maka kau akan mati untuk selamanya.” Kata pria itu dengan entengnya. “Dan kau juga punya batas waktu tentunya. Tidak mungkin kan kau akan gentayangan terus sampai umurmu habis jika dia tak juga mengingatmu.” Tambahnya.

“Berapa lama?”

“Cukup 40 hari saja. Kau bisa masuk ke mimpinya setiap kali kau memikirkannya, tetapi secara otomatis namamu tidak akan muncul di mimpinya. Kau tidak diperbolehkan mengganggu kehidupannya dengan menyentuhnya, menyentuh orang di sekitarnya, atau apapun itu. Jika kau melanggarnya maka waktumu akan berkurang 3hari. Bagaimana? Apakah kita sepakat?” Tanya pria garang itu.

“Apa tidak ada opsi lain? Itu terlalu sulit.” Keluh Chansung.

“Opsi lainnya adalah aku akan menghapus namamu dari catatan sementaraku.. dan memindahkan namamu ke buku catatanku ini, right now!” Pria itu menepuk pelan halaman buku tebal di hadapannya, “Dan itu artinya kau tidak akan pernah hidup lagi untuk selamanya, bagaimana?” lalu meneliti Chansung lebih dekat. Chansung bahkan dapat merasakan hembusan napas yang keluar dari lubang hidung pria itu yang terasa seperti blower berkekuatan tinggi.

“Kalau begitu aku pilih opsi pertama saja.” Jawab Chansung pasrah, karena opsi kedua adalah tidak termasuk opsi bagi Chansung.

“Apakah kita sepakat?”

Ini sih bukan kesepakatan namanya, tapi pemaksaan. Benar-benar tidak adil.

“Nee..” jawab Chansung dengan setengah hati.

…………………

*

*

Junho membuka matanya, lalu menutupnya lagi. Merasa silau oleh cahaya yang terlalu banyak masuk ke matanya. Junho kembali mencoba membuka mata sipitnya dengan perlahan, kali ini sudah tidak ada cahaya yang menyilaukan lagi. Saat matanya membuka sempurna, Junho bisa melihat wajah Chansung yang sedang tersenyum padanya. Bayangan Chansung-lah yang menutupi cahaya itu dan membuat Junho tidak merasa silau lagi.

“Channie?” ucap Junho begitu lembut. Junho tak bisa menahan senyumannya karena terlalu senang melihat namja yang sangat dirindukannya, berada tepat di hadapannya saat ini.

“Sudah bangun, huh? Kau membuatku menunggu lama sekali, sampai aku hampir mati.” Kata Chansung dengan nada ngambek yang dibuat-buat, sambil memanyunkan bibirnya, membuat bibir atasnya –yang memang sudah manyun- bertambah manyun.

Junho tersenyum melihat reaksi Chansung, “Mianhae.. Chagiya..”

Chansung merasakan ada kembang api yang menyala-nyala di dalam dadanya saat ini, karena terlalu bahagia mendapat kata-kata manis dari Junho. Juga merasa senang karena akhirnya penantian panjangnya berakhir sudah. Kini ia bisa kembali bersama dengan Junho. Oh God, aku benar-benar merindukannya.

“Asal kau berjanji tidak akan pernah meninggalkanku lagi.” Pinta Chansung dengan wajah memelas.

“Tentu saja.” Jawab Junho mantap. Junho berusaha bangun dari tidurnya saat dia merasakan kepalanya terasa begitu berat dan pusing. Chansung lalu membantunya duduk. Junho memegangi kepalanya yang masih terasa pusing.

“Kau pasti merasa pusing sekali. Maaf, mungkin aku menjatuhkan benda yang terlalu berat di kepalamu.” Chansung membelai lembut rambut Junho dengan penuh sayang.

“Tentu saja, yang kau jatuhkan itu kotak kayu berisi peralatan baseball-ku, Channie. Dan itu berat sekali.” Junho masih ingat betul kejadian pagi hari tadi, saat tiba-tiba kotak kayu berisi peralatan baseball miliknya itu meluncur dari atas lemari dan mendarat tepat di kepalanya, membuatnya berdarah-darah. Dan selanjutnya Junho tidak tahu apa yang terjadi karena ia pingsan.

Chansung hanya nyengir lebar menanggapi ocehan Junho. Yang terpikir olehnya saat itu adalah dia harus menemukan benda yang cukup keras untuk dijatuhkan di atas kepala Junho. Jika dia hanya menjatuhkan kardus atau benda ringan lainnya, maka itu tidak akan menimbulkan efek apapun pada kepala Junho, dan ingatan Junho tidak akan kembali.

“Aku sungguh merindukanmu, Nuneo..” Chansung berdiri dari duduknya, lalu membungkuk sedikit untuk memeluk Junho.

“Aku juga, Channie..” Junho membalas pelukan Chansung.

Chansung mempererat pelukannya pada Junho, menghirup aroma yang sangat-sangat dirindukannya. Aroma yang selalu mampu menenangkan hatinya. Aku tak sanggup jika harus kehilanganmu lagi, Nuneo.. Perlahan air mata Chansung menetes, meluapkan rasa terharu, takut, dan bahagia yang bercampur menjadi satu.

“Jangan menangis, aku tidak akan pergi ke mana-mana lagi.” Kata Junho seakan tahu apa yang ada dalam pikiran Chansung. Namun Junho mengatakannya dengan suara parau, menandakan Junho juga ikut menangis.

Chansung melepaskan pelukannya pada Junho dan duduk di pinggiran ranjang Junho. Tangan Chansung terulur menghapus air mata di pipi Junho, Junho juga melakukan hal yang sama terhadap Chansung. Sedetik kemudian mereka saling menatap dan melempar senyum satu sama lain.

“Nuneo..”

“Hmm..”

“Mana lagu yang kau janjikan untukku? Nyanyikanlah, aku ingin mendengarnya.” Pinta Chansung sambil menggenggam tangan Junho.

Junho hanya diam, tak memberikan jawaban apapun.

Chansung yang tak mendapat jawaban dari Junho jadi merasa khawatir. “Jangan bilang kau melupakannya.”

“T-tentu saja aku tidak melupakannya.. aku hanya.. ngg..” Junho menggigit bibir bawahnya.

“Kau kenapa?” Tanya Chansung panik. Sungguh hal sekecil apapun akan mampu membuat Chansung merasa sangat khawatir semenjak kejadian itu.

“A-aku mengingatnya dengan baik. Hanya saja aku merasa.. hmm.. sedikit nervous untuk menyanyikannya.” Akunya.

Tentu saja Junho sudah hafal betul dengan lagu ciptaannya itu, dia bahkan sudah berlatih berkali-kali untuk menyanyikannya di depan Chansung, Junho juga sering meminjam piano hyung-nya untuk berlatih menyanyikan lagu itu.

Awalnya Junho mempersiapkan lagu itu untuk dinyanyikan di depan Chansung saat perayaan 2nd anniversary hubungan mereka, sebagai kejutan untuk Chansung. Namun semuanya itu menjadi kacau karena pertengkaran mereka dan kecelakaan yang menyusulnya setelah itu, ditambah lagi dengan Junho yang hilang ingatan sebagian.. Aaaaarrrrggghh..!! mengingat semua itu hanya membuat kepala Junho pusing, Junho sungguh tak ingin mengingat kejadian mengerikan itu lagi.

“….ntuk aku. Ayolah Nuneoo~” Chansung terlihat sedang merengek pada Junho. Entah apa saja yang Chansung katakan sedari tadi, Junho tidak terlalu mendengarkannya karena sibuk melamun sendiri.

“Baiklah, baiklah.” Kata Junho menyerah pada akhirnya. “Lagu ini kupersembahkan untuk namja yang sangat kucintai, ehm.. Hwang Chansung.” Junho melirik Chansung sekilas, membuat Chansung tersenyum. “Judulnya Want You Back.”

Junho menarik napas sebentar, bersiap untuk menyanyi. Sementara Chansung bersiap mendengarkan suara merdu namjachingu-nya itu. Sedetik kemudian Junho memejamkan matanya dan mulai bernyanyi..

Listen! you’re my everything..I want you back,

Junho tersenyum sekilas pada Chansung dengan tatapan penuh cinta.

furidaa ame ga bokura no omoide no basho to hitori no boku wo
ano hi no namida no you ni matanurasu yo
toki ga tateba donna kioku mo usureru to omotte itanoni
konna ni mo mada oboeteru

Chansung memejamkan matanya mendengar nyanyian Junho. Ingatan Chansung melayang pada hari-hari terberat dalam hidupnya, saat ia harus terpisah dari Junho. Hanya sementara, tapi terasa teramat lama.

I just want you back kimi ga subete sa
suki de suki deshou ga nai
aitakute harisake sou sa
mou ichido meguri aetara zenbu zenbu dakishimeru
kono ai wa unmei sa want you back

hazusenai ringu no naka ni kizamareta kimi to boku no namae ga
ano hi no futari no yakusoku wo noko suyo
machi tsuzukeru koto ga kore hodo kurushii to ta toki kara
yamanai koukai no naka ni

Chansung lalu teringat akan kenangan manis mereka berdua. Kenangan yang terlalu berharga untuk dilupakan.

I just want you back katte sugitemo
kimi wo kimi wo akiramenai dare ni mo furete hoshikunai
Want you back modore nai nara umare kawaru nando demo
shindemo hanashi wa shinai

Chansung membuka matanya dan menatap Junho yang sedang bernyanyi untuknya. Dia benar-benar orang yang paling berharga untuk Chansung. Sekarang Junho ada di hadapannya, dan Chansung tak akan melepaskannya lagi. Mereka akan terus bersama, di manapun mereka berada.

yozora meguru hoshi ga
nan’okunen no toki koeru you ni
eien no ai wo chikau yo

Chansung terus menatap Junho. Semua yang ada di Junho begitu indah di mata Chansung, matanya, hidungnya, bibirnya, senyumnya, kulit halusnya, sikapnya, suaranya, bahkan bokongnya.. Oops. Chansung berusaha menahan tawanya agar tak merusak nyanyian Junho.

I just want you back kimi ga subete sa
suki de suki deshou ga nai
aitakute harisake sou sa
mou ichido meguri aetara zenbu zenbu dakishimeru
kono ai wa unmei sa want you back

Junho langsung memeluk Chansung setelah menyelesaikan kalimat terakhirnya. Chansung membalas pelukan Junho dengan erat.

“Gomawo, Nuneo..” bisik Chansung ditelinga Junho, membuat Junho tersenyum senang.

Chansung melepaskan pelukan mereka, lalu mengambil tangan kiri Junho. Chansung melepas cincin di jari manis tangan kirinya, memasangkan cincin itu pada jari tengah tangan kiri Junho, dan mengecupnya lembut.

“Jangan pernah dilepas lagi, mengerti?” kata Chansung setengah mengancam, tapi dengan senyum di akhir kalimatnya.

“Arraseo.” Junho mengangguk mengerti. Ia menatap cincin berukirkan nama Hwang Chansung yang sekarang –kembali- melingkar indah di jarinya, sambil senyum-senyum sendiri.

“Nuneo..” panggil Chansung lirih.

“Ne, Channie..” pandangan Junho yang semula terfokus pada cincin di jarinya, kini beralih menatap Chansung yang memanggilnya.

Chansung mengulurkan kedua tangannya, menangkup pipi Junho yang terasa halus di tangannya. Pipi yang nyaris selama 40 hari ini tak pernah bisa ia sentuh. Pipi yang selalu merona setiap kali Chansung melakukan hal-hal romantic pada Junho. Jemari Chansung membelai lembut pipi itu, terasa halus, sangat halus. Pipi itu kemudian merona merah akibat sentuhan jemari Chansung.

“Kau memerah? Kkk~” Chansung terkikik sendiri melihat reaksi Junho. Junho memang selalu seperti itu jika Chansung membuatnya malu. Dan Chansung bersyukur akhirnya saat-saat seperti ini dapat terulang kembali.

Junho hanya tersenyum dan menunduk menyembunyikan wajah merahnya. Tangan kanan Chansung lalu menyentuh dagu Junho, sedikit menaikkannya agar wajah Junho tak menunduk lagi. Sementara tangan kiri Chansung terjatuh perlahan di bahu kanan Junho.

Chansung mendekatkan bibirnya pada bibir Junho. Ketika jarak mereka semakin dekat, dapat Chansung rasakan Junho menahan napas, bersiap menerima ciuman dari Chansung. Tanpa menunggu lagi, Chansung menekan pelan bibir Junho dengan bibirnya, mengecupnya sekilas, lalu menekannya lagi. Sedetik kemudian ciuman mereka menjadi lebih dalam dan dalam lagi, melepaskan kerinduan yang juga telah begitu dalam mereka rasakan.

Setelah ciuman mereka selesai, Junho mempertemukan kening mereka, lalu mengecup singkat bibir Chansung, “My Channie..” ucapnya lembut.

“Hmm.. My Nuneo.” Balas Chansung sambil tersenyum bahagia. Mata mereka saling bertatapan dengan penuh pancaran cinta.

“Yach! Hwang Chansung! Lee Junho!” sebuah suara yang sedikit berteriak menginterupsi kemesraan Chansung dan Junho yang sedang melepas rindu.

Secara bersamaan, Chansung dan Junho pun menoleh ke sumber suara itu….

*

*

 

Minjun memandang Junho yang terbaring di ruang ICU dengan penuh rasa khawatir, takut sesuatu yang buruk terjadi lagi pada adik tersayangnya itu. Matanya pun sudah mulai membengkak karena menangis sedari tadi. Taecyeon yang berada di samping Minjun hanya bisa memeluk Minjun untuk sedikit menenangkannya.

“Tidurlah dulu Minjunnie, ini sudah lebih dari jam 11 malam. Aku akan menjaga Junho.” Taecyeon membelai rambut Minjun yang sedang berada di pelukannya.

“Aku tidak mengantuk, Taec.” Jawab Minjun pelan, ia bahkan seperti tidak punya tenaga hanya untuk sekedar berbicara dengan volume normal.

“Aku tahu ini berat untukmu, tapi kau juga harus tetap sehat. Kalau kau sampai jatuh sakit, lalu siapa yang akan menjaga Junho?” Taecyeon melihat reaksi Minjun yang hanya diam, lalu ia melanjutkan. “Setidaknya pejamkanlah saja matamu, di pelukanku.”

Sepertinya ucapan Taecyeon berhasil meyakinkan Minjun karena tak lama kemudian Taecyeon dapat melihat Minjun menggeser sedikit posisinya dalam pelukan Taecyeon, membenamkan sebagian wajahnya di dada Taecyeon, dan perlahan memejamkan mata cantiknya. Taecyeon mengecup singkat puncak kepala Minjun.

“Cepat bangunlah, Junho-yah. Kasihan hyung-mu.” Taecyeon mengusap pelan lengan Junho yang terbaring di hadapannya itu.

Taecyeon hanya terus memandangi Minjun yang sedang tertidur di pelukannya, merasakan hembusan napas teratur Minjun yang menerpa kaos di bagian dada Taecyeon. Wajah Minjun terlihat sangat lelah dengan mata yang sedikit bengkak. Walaupun Taecyeon terlihat tegar, tetapi sesungguhnya dalam hati ia ikut menangis melihat keadaan Minjun dan Junho, dan juga Chansung.

Jam sudah menunjukkan pukul 24:00 tepat saat Taecyeon mencoba memejamkan matanya untuk menghilangkan sejenak rasa kantuknya. Namun baru saja terpejam beberapa detik, matanya dipaksa terbuka kembali oleh teriakan Wooyoung dari kamar seberang, kamar tempat Chansung dirawat, dengan Wooyoung dan Nichkhun yang menjaganya.

“Andwae Chanana..!! bangunlah..!! jangan pergi..!!” terdengar teriakan Wooyoung yang menangis dan meraung-raung.

Taecyeon dan Minjun langsung tersentak mendengar teriakan Wooyoung itu.

“Ada apa? Apa ada sesuatu yang buruk terjadi pada Chansung?” suara Minjun terdengar lemah namun penuh rasa khawatir.

“Aku akan pergi mengeceknya.” Taecyeon berdiri dari duduknya, disusul oleh Minjun.

“Aku ikut.” Putus Minjun.

Namun baru saja akan melangkahkan kakinya, Minjun mendengar suara yang terasa memecahkan gendang telinganya.

Tiiiiiiiiiiiiittttttt

Suara itu muncul dari alat pendeteksi detak jantung yang terhubung ke tubuh Junho, diikuti terbentuknya garis lurus di layar monitor sedetik kemudian.

Seketika itu juga Minjun merasa seperti tersengat aliran listrik ribuan volt, membuat tubuhnya menegang dalam sedetik, lalu terasa begitu lemas pada detik berikutnya.

“Jangan lakukan ini pada hyung, Junho-yah. Jaebal.” Air mata kembali meluncur di pipi Minjun tanpa bisa ia kendalikan. Tubuh Minjun terasa begitu lemas seakan tulang-tulangnya tak mampu menahan berat badannya sendiri.

Runtuh sudah pertahanan Minjun. Tubuhnya ambruk ke belakang dengan Taecyeon yang dengan sigap menahannya agar tidak jatuh ke lantai.

“Minjunnie, bangun..” air mata yang selalu disembunyikan Taecyeon akhirnya memaksa keluar dari balik kantung matanya, ikut merasakan kepedihan yang dirasakan sang kekasih.

*

*

“Yach! Hwang Chansung! Lee Junho!” sebuah suara yang sedikit berteriak menginterupsi kemesraan Chansung dan Junho yang sedang melepas rindu.

Secara bersamaan, Chansung dan Junho pun menoleh ke sumber suara itu….

“Yach kalian! Cepatlah masuk ke barisan, jangan berduaan terus!” suara itu terdengar makin menggelegar di telinga mereka berdua, terutama Junho yang baru pertama kali mendengarnya. Sedangkan Chansung sudah mulai terbiasa dengan suara pria garang itu.

“Bukankah ini sudah lewat tengah malam, tapi kenapa masih ada orang yang berteriak-teriak seperti itu?” Junho berjalan menuju barisan dengan mengekor Chansung sembari ngedumel.

“Di sini tidak mengenal siang ataupun malam Nuneo.” Chansung lalu menggandeng tangan Junho yang berjalan di belakangnya. Mereka sudah berpakaian serba putih seperti semua orang yang sedang mengantri di depan mereka.

“Nuneo..” panggil Chansung.

“Hmm,?”

“Maaf karena telah membuatmu seperti ini, membuatmu berpisah dengan hyung-mu, dengan Udong juga.” Chansung menunduk sedih, merasa bersalah. “Secara tidak langsung, aku telah membunuhmu, Nuneo.”

Junho menggenggam kedua tangan Chansung, lalu menatap Chansung sambil tersenyum.

“Jangan berkata seperti itu Channie. Aku merasa beruntung bisa kembali bersamamu. Jika aku diberi pilihan untuk kembali hidup lagi, aku tidak akan pergi, tanpamu.” Junho mencoba meyakinkan Chansung.

“Gomawo, Nuneo.” Chansung maju selangkah dan mengecup lembut kening Junho, dengan posisi tangan mereka yang masih berpegangan. Untung mereka antri di baris paling belakang, jadi tidak terlihat oleh orang lain.

Tapi ternyata mereka salah…

“Hwang Chansung, Lee Junho! Jangan mengobrol sendiri!” suara menggelegar itu terdengar lagi, membuat semua orang di barisan depan mereka menoleh ke belakang secara serempak.

Ditatap sekian banyak pasang mata, membuat Junho dan Chansung langsung melepaskan tangan mereka yang masih saling menggenggam. Keduanya lalu tertunduk malu karena tertangkap basah sedang bermesraan.

Diam-diam Junho memperhatikan wajah Chansung yang sedikit merona. Ini merupakan pemandangan yang langka bagi Junho. Biasanya wajah Junho yang dibuat merona oleh kelakuan Chansung. Junho senyum-senyum sendiri memandangi Chansung.

“Apa yang kau lihat?” Chansung yang sadar tengah dipandangi oleh Junho jadi merasa malu, ia langsung menghadap ke depan, membelakangi Junho. Sehingga yang dapat Junho lihat sekarang hanyalah punggung Chansung yang tegap. Junho memandangi punggung Chansung dengan penuh rasa kagum.

Beruntungnya aku memilikimu, Channie. Andai aku mengenalmu dari dulu..

Junho tiba-tiba teringat Wooyoung. Pasti saat ini Wooyoung sedang menangis meraung-raung seperti anak kecil, karena kehilangan dua sahabatnya sekaligus. Mungkin hari-hari Wooyoung ke depan juga akan terasa lebih sepi karena Wooyoung akan duduk sendirian saat pelajaran di kelas, dan akan makan sendirian di kantin saat waktu istirahat, setidaknya sampai ia menemukan sahabat barunya.

Woo.. maaf aku dan Channie harus meninggalkanmu, demi meraih kebahagiaan kami. Jadilah anak lelaki yang kuat dan jangan cengeng lagi. Khun-hyung pasti akan menjagamu dengan baik. Terima kasih atas segala kebaikanmu dan juga persahabatan kita yang indah. Aku pasti akan merindukan segala tingkah dan ekspresi lucu darimu. Aku dan Channie sangat menyayangimu, Woo.

Sebutir air mata meluncur turun dari sepasang mata sipit Junho. Saat seperti ini selalu mengingatkannya pada Minjun. Biasanya saat sedang sedih Junho akan menangis di pelukan Minjun, dan Minjun akan menenangkan Junho dengan pelukannya yang hangat seperti pelukan seorang ibu, yang jarang Junho dapatkan dari eomma mereka. Sekarang ini hyung-nya itu pasti sedang menangisi kepergian Junho.

Hyuuuung~ maafkan aku. Aku benar-benar harus pergi. Hyung, kau adalah hyung yang terbaik. Kasih sayangmu selalu menjagaku dari setiap hal buruk yang kualami. Jangan terlalu mengkhawatirkan aku hyung, aku di sini akan berbahagia bersama Channie. Dan aku yakin kau juga akan bahagia bersama Taec-hyung. Dan kuharap oemma dan appa akan lebih memperhatikanmu. Saat ini aku merindukanmu hyung. Mungkin sesekali aku akan berkunjung ke apartmen kita untuk melihatmu. Aku sangat sangat menyayangimu hyung.

Air mata semakin deras meluncur dari mata Junho. Saat ini Junho benar-benar ingin memeluk hyung-nya untuk mencurahkan kesedihannya, seperti biasa. Tapi Junho tak bisa lagi melakukan hal itu.

Junho maju dua langkah ke depan, melingkarkan lengan putihnya di pinggang Chansung, memeluk erat Chansung dari belakang. Chansung lalu memegang tangan Junho yang melingkar di pinggangnya sebagai tanda bahwa Chansung membalas pelukannya, tanpa berbalik ke arah Junho karena takut mendapatkan peringatan lagi dari pria garang itu. Tanpa Chansung sadari, Junho menangis dalam diam di punggung Chansung.

Aku mencintaimu Channie, dan aku tak ingin berpisah lagi darimu. Aku ingin selamanya bersamamu, aku tak akan pernah membiarkanmu pergi, walaupun itu berarti aku harus menghampiri kematian.

Junho mempererat pelukannya pada Chansung. Ia lalu tersenyum bahagia di sela derai air matanya.

 

I just want you back katte sugite mo

(I just want you back even after hand)

Kimi o kimi o akiramenai darenimo furete hoshikunai

(I don’t want to touch anyone, you don’t give up on you)

Want you back modorenainara umarekawaru nando demo

(Want you back, reborn many times I can’t go back)

Shindemo hanashi wa shinai

(I will not let go even if it means death)

2PM-Want You Back

*

*

*

^THE END^

 

From Me:

End juga dech.. :D  bagaimna readers dgn ending’a,? puas-kah,? Atau mngecewakan,?

Sbener’a q juga gag tau ini tuh happy ap sad ending. D’bilang happy tp kok sad jg, d’bilang sad tp happy jg krn finally Channuneo kmbli brsma lg.. trsrh readers dch mau nganggp ini sad ending ap happy ending, yg pnting q udh mmpersatukan Channuneo kmbli, hhahaha.. :D

Untuk ff slanjut’a, krna author’a udh mulai ktularan virus Khunyoung yg d’sebarkan para tetangga (?), jd mngkin mau bkin ff Khunyoung..  wlwpun q jg tetep cinta ma Channuneo, hehe.. tp gag tau kpn bkin next ff’a, oz udh ada ide tp gag ad wktu.. T.T

Yaudah dch, q mau ngucapin mkasih bngt buat readers atas comment2’a, n’ yg udh subscribe ff ini jg, mkasih smua’a.. :D

Smpai jumpa lg d’ff brikut’a.. n’ d’chap trakhir ini mhon comment, masukan, n saran buat ff slanjut’a.. ^_^

Happy reading.. Gomawo.. Annyeong.. ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
eyessmile14
#1
Chapter 5: Hahh *sigh..
Kalau gini gatau dah thor happy ending atau sad ending dah ini.
Di sisi lain senang karena Junho akhirnya bersama Chansung lagi tapi di sisi lain sedih juga mereka meninggaaaaal. Huweeee *mewek
Ini sedih banget gilaaak:(
ayudaantariksa #2
Chapter 5: Dan ff ini sukses buat aku nangis . Terimakasih thor ^_^ . Ff nya bagus .
channelca #3
Chapter 5: Sebenarnya sih udh lama baca ff ini
Heheh tapi gk pernah comment #dijitak author
Mianhe authorr...
Daeebbakk ... keren cerita
Kemarin baca yg chapter 4 ,, sempat mikir klu Junho akan puli ingatannya dan mereka akan bersatu kembali... tapii malah dia juga ikutan nyusul Chansung.. tapi gpp dech yg penting mereka bersatu....
Dintunggu FF yg lain ya eonnie author
hwaiting93 #4
Chapter 5: Enaknya jadi channuneo , tak terpisahkan dunia akherat (≥ ⌣ ≤)
Untung nuneo bisa inget lagi sama changsung , tadinya bayangin kalo nuneo mati trus tetep ga bisa inget chansung juga haha
*ditendang chansung*

Minjun pasti nyesel banget , udah kehasut omongan soeun ckckck
Woo kasian ditinggal 2 sahabat sekaligus , kasian woo kan lemah lembut hatinya (╥﹏╥)​
*peluk uyong*
Sequel dong author-nim , ceritain kehidupan khunyoung & taecmin setelah channuneo meninggal hehe ^^v
jangwooyoung0730
#5
Chapter 5: daebaaaak.,. Tak terprediksiiii... Daebaaak... Pdhal bkan chanuneo shiper, tp nngs bca crta akhrnya... Daebaaak.... Yg khunyoung lnjut doong thooor... :)
XanDC09 #6
Chapter 5: annyeong unnie.. xan imnida... bangapseumnida...
omo.. T_T chanuneo akhir'a bisa bersama lagi.. sayang ga bisa bersama2 teman dan keluarganya mereka juga...
poor WooKay.. smoga taeckhun bisa terus nemenin mereka...
cerita lainnya ditunggu unnie.. ^^
ah, q request yg happy ending version dari cerita ini kalo ga sequel'a cerita ini bisa ga unn? hehehe... gomawo b4... ^^
UnunJang
#7
Chapter 5: Hiks...Hiks...
speechless...T^T
Dibilang sad ending,
py... akhirnya Channie n Nuneo bersatu lagu...
*Nangis dipojokan
My Baby Woo n Minjun oppa yang sabar yah,,,
Keren Thor, sukses bikin aq berderai air mata...

ditunggu ff selanjutnya...^0^
teru_neko
#8
Chapter 5: udah end?tp kok blm ada tanda complete ya? apa author mau bikin sequelnya? kkkk~
yeeeyyy!! Khunyoung shipper nambah! XD *terima kasih buat tetangganya (?) author ituu~~~ X)*
ini endingnya mengharukan..bittersweet gitu lah..
ditunggu ff selanjunya :D
lurvejunho #9
Chapter 5: Aww bittersweet ending.seriously i dont expect it will be turn like this.good job authornim.i hope u can write more chanho after this :D
syahroh1212alhalim
#10
Chapter 5: oawalah ini mah sad ending.... Nangis berderai air mata.... Kirain bersamanya didunia nyata z.... #nangisdipojokan
Seharusnya kan happy ending #maksa
Bagus c.... Tp kan jd g tega ma woo n' junk
Nuneo jd tega gt c.....