Chapter 1; Who is She? Who is He?

^Want You Back^

Di sebuah ruangan yang sepi duduk seorang namja imut di lantai ruangan yang dingin tersebut. Ia duduk sambil menopang dagu dengan siku tangan kirinya yang bertumpu pada kotak kayu usang yang terletak di sebelah kirinya. Wajah namja itu terlihat lelah dan putus asa.

“Apa aku benar-benar akan menginap di sini?” tanyanya pada dirinya sendiri. Kemudian dia melirik jam tangannya sekilas dan mendesah putus asa.

Tak lama kemudian terdengar bunyi kunci pintu yang dibuka dari luar dan kemudian pintu itu terbuka dengan cepat bersamaan dengan munculnya sesosok namja lain dari balik pintu. Namja imut itu pun segera bangun dari posisi duduknya.

“Kau baik-baik saja Junho-yah?” Tanya namja tinggi yang baru datang itu dengan nafas yang sedikit ngos-ngosan.

“N-ne.. aku baik-baik saja. Tapi bagaimana bisa kau tahu aku ada di sini?” Tanya Junho heran.

“Nanti saja kuceritakan. Lebih baik kita pergi dulu dari sini. Hari sudah mulai gelap.” Ajak namja tinggi itu dengan nada yang panic, bahkan lebih panic dari Junho yang nyaris saja menginap di gudang sekolah yang kotor dan gelap itu.

“Baiklah.” Junho hendak melangkahkan kakinya tetapi kemudian dia terdiam sesaat. Teringat akan sesuatu. “K-kau? Bukannya kau yang kemarin membantuku melarikan diri?” Tanya Junho mengkonfirmasi.

“Itu benar.” Jawab namja tinggi itu dengan singkat dan cepat.

“Tapi dari mana kau tahu namaku? Kita kan belum sempat berkenalan kemarin.” Tanya Junho penasaran pada namja yang menurutnya selalu datang secara tiba-tiba itu.

“Untuk saat ini itu tidak penting Junho-yah. Yang terpenting sekarang kita harus cepat-cepat pergi dari sini!” Namja tinggi itu hendak menarik lengan Junho, tapi Junho tetap saja diam di tempat.

“Setidaknya kita kan bisa berkenalan dulu,” kata Junho santai. “Lee Junho imnida.” Kata Junho sambil mengulurkan tangan kanannya dan tersenyum manis.

Namja tinggi itu memutar bola matanya tak habis pikir dengan kelakuan Junho yang masih sempat-sempatnya menanyakan hal ini-itu di saat sedang terburu-buru seperti ini. Namun melihat senyum manis nan tulus yang terkembang di wajah Junho, membuat namja itu tak tega menolak uluran tangan Junho.

“Namaku—”

“Junho-yah bangun. Waktunya sarapan.” Seorang yeoja cantik mengguncangkan pelan bahu Junho untuk membangunkannya.

Junho pun segera membuka matanya dan mendapati senyum manis yeoja yang ia ketahui adalah kekasihnya itu.

Lagi?  Tanya Junho dalam hati. Otak Junho mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, namun semua itu terlalu sulit untuk diartikan.

“Kau baik-baik saja chagiya?” kata yeojachingunya itu.

“Ne.” jawab Junho singkat.

*

*

“Junho-yah..! ke sebelah sini..!” seorang namja berteriak sambil sedikit melompat dan melambaikan tangannya agar Junho lebih mudah untuk melihatnya. Tanpa ia sadari bahwa tubuhnya itu tinggi dan sudah cukup mudah dilihat tanpa harus melompat-lompat seperti itu.

Junho yang panik mencari tempat persembunyian buru-buru menghampiri namja tinggi itu, kemudian –mengikuti perintah namja tinggi tersebut- bersembunyi di balik semak-semak dan pohon besar di belakang sekolah mereka.

Tak lama kemudian seorang yeoja cantik muncul dari balik tikungan tembok ruang kelas dengan sedikit berlari dan rambutnya yang tergerai sedikit berantakan, namun malah membuatnya terlihat semakin cantik.

Yeoja cantik itu celingukan melihat ke segala arah “Kemana dia? Cepat sekali menghilangnya!” yeoja itu menggerutu sebal dengan wajah cemberut. Dan kemudian berlalu ke arah yang berlawanan dengan tempat Junho bersembunyi.

“Huuufftt.. selamat..” kata Junho lega sambil mengelus dadanya sendiri.

“Waeyo?” Tanya namja tinggi itu tiba-tiba.

“Apanya?” Junho tak mengerti apa yang ditanyakan oleh namja tinggi itu.

“Yeoja itu, kenapa kau selalu menghindar darinya?” Tanya namja tinggi itu penasaran.

“Oooh.. itu karena dia selalu saja mengejarku. Aku tak suka dikejar-kejar seperti itu. Seperti maling ayam saja.” Keluh Junho sebal.

“Kkk~” namja tinggi itu terkikik mendengar perkataan Junho.

“Apanya yang lucu?!!” bentak Junho kesal dengan mata sipitnya yang melirik tajam kea rah namja tinggi itu.

“Tapi dia kan cantik. Kau ini aneh sekali.” Namja tinggi itu merasa heran dengan sikap Junho yang menurutnya aneh.

Junho sekali lagi melirik tajam kea rah namja tinggi yang sedang nyengir lebar itu. Junho lalu berdiri dan membersihkan bokongnya, kalau-kalau ada rumput yang menempel di bagian belakang celana seragam sekolahnya itu. Dia lalu menoleh lagi ke arah namja tinggi yang masih berjongkok di belakang pohon tersebut.

“Kalau kau suka dia, ambil saja. Aku tidak tertarik. Namanya noona Kim Soeun. Kakak kelasku.” Junho lalu berjalan meninggalkan namja tinggi -yang sudah dalam posisi berdiri di samping pohon- yang menunjukkan wajah melongo dan terlihat bodoh menurut Junho. Namun baru beberapa langkah, Junho kembali berhenti.

“Oya, gomawo kau menolongku lagi. Ini sudah yang ketiga kalinya. Aku berhutang budi padamu.” Junho menoleh dan melemparkan senyum dengan smiling eyes-nya kepada namja tinggi yang masih berdiri sambil melongo tersebut. Junho lalu melanjutkan kembali langkahnya dan meninggalkan namja itu.

Aku lupa menanyakan namanya lagi. Langkah Junho terhenti lagi.

“Hey kau, siapa na—” kalimat Junho menggantung di udara saat dia menoleh kea rah pohon besar tempat namja tadi berdiri, namja itu sudah tidak di sana. Junho lalu celingukan barangkali namja itu masih berada di sekitarnya, namun Junho tetap tidak menemukannya.

Dia selalu saja muncul dan menghilang dengan tiba-tiba. Sebenarnya siapa dia? Tanya Junho dalam hati.

Junho tiba-tiba merasa ada cahaya yang begitu menyilaukan matanya. Dia membuka matanya dan mendapati yeojachingu-nya sedang membuka tirai jendela kamar yang telah ditempatinya selama seminggu terakhir.

Mimpi lagi. Kedua kalinya dengan noona Soeun dan ketiga kalinya dengan namja itu. Apa maksud dari semua ini?

Junho terus bertanya-tanya tentang mimpi yang dialaminya selama tiga malam terakhir ini. Tentu saja Junho tidak mengerti tentang arti mimpi tersebut. Dalam mimpi pertama ada namja tinggi dan noona Soeun –kekasihnya-. Mimpi berikutnya hanya ada namja tinggi yang menyelamatkannya dari gudang sekolah. Dan mimpi yang ketiga –barusan- juga ada namja tinggi itu dan noona Soeun. Mimpi itu seperti mempunyai urutan waktu dan terasa sangat nyata bagi Junho. Kenapa namja tinggi itu selalu muncul dalam mimpinya, padahal Junho sama sekali tidak mengenalnya. Kalau kemunculan Kim Soeun masih bisa dianggap wajar, karena Soeun adalah yeojachingu-nya, tapi namja itu? Junho sungguh tidak mengerti.

“Kau sudah bangun? Bagaimana tidurmu nyenyak Junho-yah?” Soeun tahu-tahu sudah duduk di samping ranjang Junho.

“Cukup membuatku pusing.” Jawab Junho yang tidak cukup dimengerti oleh Soeun.

*

*

Lee Minjun duduk membungkuk di pinggir ranjangnya. Pandangannya menerawang ke langit sore yang mendung di balik jendela kamarnya. Ingatannya kembali melayang pada kejadian pagi hari tadi….

*pagi hari tadi..

Minjun membuka pintu kamar rumah sakit bernomor 27 itu dengan perlahan. Takut membangunkan penghuni di dalamnya, karena hari masih sangat pagi. Tetapi sesampainya di dalam Minjun menemukan penghuni kamar tersebut sedang terduduk di atas ranjangnya dengan pandangan yang kosong. Jelas dia sedang melamun. Pasti memikirkan mimpi itu lagi, pikir Minjun.

“Kau sudah bangun, Junho-yah?” sapa Minjun membuyarkan lamunan Junho.

“Hyuuung~” panggil Junho dengan nada yang manja.

“Bagaimana keadaanmu?” Tanya Minjun sambil meneliti luka di kening dongsaengnya itu, meski luka itu tidak mungkin terlihat karena berada di balik perban yang membalutnya.

“Sudah lebih baikan hyung. Kenapa hyung ke sini? Katanya sedang sibuk ujian? Dan bagaimana ujianmu hyung? Apa berjalan dengan lancar?” Tanya Junho bertubi-tubi.

“Aiisshh.. kau ini masih saja cerewet!” Minjun mengacak pelan ujung kepala Junho dengan gemas.

“Yah.. hati-hati hyung, jangan pegang-pegang kepalaku yang sedang terluka. Bagaimana kalau nanti aku jadi hilang ingatan dan tidak mengingatmu lagi?” Canda Junho sedikit lebay.

Minjun hanya diam dengan perkataan Junho itu. Tanpa ada niat sedikitpun untuk tertawa.

“Tidak lucu ya? Setidaknya tertawalah untukku hyung. Ah kau ini tidak asyik!” Junho pura-pura ngambek untuk menggoda hyung-nya.

“Hah? Ha-ha-ha..” akhirnya Minjun mengeluarkan tawa yang sangat di buat-buat dan terdengar garing di telinga Junho, juga di telinganya sendiri. Minjun benar-benar tidak bisa tertawa untuk hal yang satu itu.

“Ah sudahlah.” Jawab Junho bosan. “Ngomong-ngomong, kemana Soeun-noona hyung?” Tanya Junho menyadari yeojachingu-nya tidak ada di ruangan itu sejak tadi.

“Dia hari ini mulai masuk kuliah lagi. Mungkin nanti siang dia kembali ke sini.” Minjun melirik Junho dengan tatapan penuh selidik, “Apa kau merindukannya? Astaga, baru saja berpisah beberapa jam..” kata Minjun tak habis pikir.

“Aniyo!!” bantah Junho setengah berteriak. “Aku tidak merindukannya. Aku bahkan tidak tahu apakah aku mencintainya atau tidak. Ini aneh bukan?”

“K-kenapa bisa begitu?” Tanya Minjun bingung dengan apa yang ditanyakan dongsaeng tersayangnya itu.

“Entahlah. Mimpi itu dan namja dalam mimpi itu selalu saja mengganggu pikiranku hyung. Dan semuanya itu membuatku ragu akan sesuatu.” Junho sudah tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi mimpi-mimpi aneh yang terus saja datang dalam tidur malamnya itu. Junho yakin itu bukan sekedar mimpi biasa. Mungkin menanyakan hal ini pada hyung-nya adalah solusi terbaik saat ini.

“Apa?” Tanya Minjun mengantisipasi pertanyaan yang akan dilontarkan oleh Junho.

Junho terlihat berpikir sejenak sebelum berkata, “Apakah benar Soeun-noona itu adalah yeojachingu-ku, hyung?”

Pertanyaan dengan nada serius dari dongsaengnya itu cukup mampu membuat Minjun kaget. Tak menyangka Junho akan menanyakan hal seperti itu.

Aku perlu berpikir seribu kali dulu untuk menjawabnya, Junho-yah. Kata Minjun dalam hati.

*

*

*

^TO BE CONTINUED^

 

From Me:

Aaaah… akhirnya q memberanikan diri juga buat ng’share first ff-ku ini. Walaupun masih abal-abal dan banyak kekurangan di sana-sini, tapi semua hal emang butuh belajar dulu kan buat jadi lebih baik? J  Untuk itu q butuh kritik dan saran yang membangun untuk ff-ku ini.

Oya di sini Minjun-oppa itu jadi kakak kandungnya Junho-oppa, jadi q bkin namanya Lee Minjun dech biar sama, hehe..

Hope you all like this.. and comment please.. :D

~Gomawo ^^

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
eyessmile14
#1
Chapter 5: Hahh *sigh..
Kalau gini gatau dah thor happy ending atau sad ending dah ini.
Di sisi lain senang karena Junho akhirnya bersama Chansung lagi tapi di sisi lain sedih juga mereka meninggaaaaal. Huweeee *mewek
Ini sedih banget gilaaak:(
ayudaantariksa #2
Chapter 5: Dan ff ini sukses buat aku nangis . Terimakasih thor ^_^ . Ff nya bagus .
channelca #3
Chapter 5: Sebenarnya sih udh lama baca ff ini
Heheh tapi gk pernah comment #dijitak author
Mianhe authorr...
Daeebbakk ... keren cerita
Kemarin baca yg chapter 4 ,, sempat mikir klu Junho akan puli ingatannya dan mereka akan bersatu kembali... tapii malah dia juga ikutan nyusul Chansung.. tapi gpp dech yg penting mereka bersatu....
Dintunggu FF yg lain ya eonnie author
hwaiting93 #4
Chapter 5: Enaknya jadi channuneo , tak terpisahkan dunia akherat (≥ ⌣ ≤)
Untung nuneo bisa inget lagi sama changsung , tadinya bayangin kalo nuneo mati trus tetep ga bisa inget chansung juga haha
*ditendang chansung*

Minjun pasti nyesel banget , udah kehasut omongan soeun ckckck
Woo kasian ditinggal 2 sahabat sekaligus , kasian woo kan lemah lembut hatinya (╥﹏╥)​
*peluk uyong*
Sequel dong author-nim , ceritain kehidupan khunyoung & taecmin setelah channuneo meninggal hehe ^^v
jangwooyoung0730
#5
Chapter 5: daebaaaak.,. Tak terprediksiiii... Daebaaak... Pdhal bkan chanuneo shiper, tp nngs bca crta akhrnya... Daebaaak.... Yg khunyoung lnjut doong thooor... :)
XanDC09 #6
Chapter 5: annyeong unnie.. xan imnida... bangapseumnida...
omo.. T_T chanuneo akhir'a bisa bersama lagi.. sayang ga bisa bersama2 teman dan keluarganya mereka juga...
poor WooKay.. smoga taeckhun bisa terus nemenin mereka...
cerita lainnya ditunggu unnie.. ^^
ah, q request yg happy ending version dari cerita ini kalo ga sequel'a cerita ini bisa ga unn? hehehe... gomawo b4... ^^
UnunJang
#7
Chapter 5: Hiks...Hiks...
speechless...T^T
Dibilang sad ending,
py... akhirnya Channie n Nuneo bersatu lagu...
*Nangis dipojokan
My Baby Woo n Minjun oppa yang sabar yah,,,
Keren Thor, sukses bikin aq berderai air mata...

ditunggu ff selanjutnya...^0^
teru_neko
#8
Chapter 5: udah end?tp kok blm ada tanda complete ya? apa author mau bikin sequelnya? kkkk~
yeeeyyy!! Khunyoung shipper nambah! XD *terima kasih buat tetangganya (?) author ituu~~~ X)*
ini endingnya mengharukan..bittersweet gitu lah..
ditunggu ff selanjunya :D
lurvejunho #9
Chapter 5: Aww bittersweet ending.seriously i dont expect it will be turn like this.good job authornim.i hope u can write more chanho after this :D
syahroh1212alhalim
#10
Chapter 5: oawalah ini mah sad ending.... Nangis berderai air mata.... Kirain bersamanya didunia nyata z.... #nangisdipojokan
Seharusnya kan happy ending #maksa
Bagus c.... Tp kan jd g tega ma woo n' junk
Nuneo jd tega gt c.....