Chapter 2; Don’t You Remember?

^Want You Back^

 

Junho dan Minjun sama-sama terdiam dan hanya menyisakan suara udara dari hembusan nafas mereka masing-masing. Junho terdiam menunggu jawaban Minjun. Sementara Minjun terdiam memikirkan jawaban apa yang harus diberikannya pada Junho.

Apakah aku harus berbohong? Atau lebih baik aku jujur saja? Pikiran Minjun masih berkutat dengan dua opsi tersebut yang harus ia pikirkan matang-matang.

“Hyung?” akhirnya Junho menuntut jawaban yang sejak tadi ia tunggu dari Minjun.

“Tentu saja itu benar. Soeun adalah yeojachingu-mu Junho-yah!” kata Minjun mantap. Merasa sudah melakukan hal yang benar.

Junho lagi-lagi berpikir sejenak. “Ya. Dia memang yeojachingu-ku. Bagaimana aku ini?” Tanya Junho entah pada siapa, dia sendiri pun tak tahu.

“Ya, memang benar. Kalian kan sudah berpacaran selama dua tahun. Dan kalian akan bertunangan setelah kau sembuh nanti.” Jelas Minjun melihat wajah Junho yang masih kebingungan.

“Arraseo, arraseo. Aku sudah tahu itu hyung.” Jawab Junho cepat. Tentu saja Junho sudah tahu, Soeun selalu membicarakan itu di depan Junho. Yeojachingu-nya itu sudah menanyakan gaun apa yang cocok ia pakai di pesta pertunangan mereka, pesta seperti apa yg akan mereka adakan, siapa saja yang akan mereka undang, dan semua hal yang berbau pertunangan sudah ia dengar dari Soeun. Dan membahas semua itu membuat kepalanya serasa ingin meledak.

“Aku pusing hyung, tidak apa kan kalau kau kutinggal tidur dulu?” pamit Junho pada hyung-nya itu. Dia lalu berbaring di atas ranjangnya, bersiap untuk tidur.

“Ne. Tidurlah.” Kata Minjun tersenyum hangat sambil membenarkan letak selimut yang menutupi tubuh Junho. Minjun sempat membelai rambut Junho sejenak sebelum Junho menutup matanya.

“Kau harus cepat pulih Junho-yah.” Ucap Minjun lirih dengan nada pilu yang tentu saja tidak akan didengar oleh Junho.

…..

“Minjunie..” sebuah suara yang memanggil namanya membawa Minjun kembali ke alam nyata. “Gwaenchanayo?” tersirat nada khawatir dalam suara namja itu.

Minjun diam sesaat. “Apa aku sudah melakukan hal yang benar, Taecyeonie?” namja yang bernama Taecyeon itu lalu menempatkan dirinya duduk di samping kanan Minjun. Tangan kanannya menggenggam tangan dingin Minjun dan tangan kirinya menuntun Minjun untuk menyandarkan kepala di bahunya, lalu kemudian membelai rambut lembut Minjun dengan penuh sayang.

“Semuanya akan baik-baik saja.” Suara Taecyeon yang begitu hangat seakan mampu melepaskan beban pikiran dari otak Minjun. Rasanya begitu tenang dan nyaman.

“Gomawo chagiya.” Minjun mempererat genggaman tangan mereka untuk menyampaikan rasa terimakasihnya pada namjachingu-nya itu. Taecyeon lalu membalasnya dengan mengecup hangat puncak kepala Minjun yang masih bersandar di bahunya.

Terima kasih untuk selalu berada di sisiku, Taecyeon-ah. Gumam Minjun dalam hati.

*

*

“Hyuuung.. bagaimana ini? Dia tidak juga bangun.” Seorang namja chubby hampir saja menangis di tempat karena terlalu khawatirnya. Wajahnya sudah memerah dan matanya pun sudah berkaca-kaca. Bibirnya juga sudah melengkung ke bawah sedari tadi –mewek-

“Tenanglah.. besok pasti dia bangun, Uyongie..” jawab namja tampan bermata indah yang berdiri di sebelah Wooyoung itu mencoba menenangkan sang namja chubby.

“Besok kapan? Sejak kemarin, kemarinnya lagi, kemarinnya lagi, kemarinnya lagi, kau selalu mengatakan hal yang sama, dan itu sudah dua minggu. Mau sampai kapan lagi besoknya, Nichkhun?!!” bentak namja chubby itu kesal dengan ucapan lawan bicaranya yang selalu mengatakan hal yang sama setiap hari. Sama sekali tidak kreatif, pikir Wooyoung.

“M-mwo?” mata Nichkhun membelalak menatap tak percaya pada Wooyoung. Beraninya kau memanggilku seperti itu, Udong! Umpat Nichkhun dalam hati.

“Apa? Kenapa? Tidak terima?” Seakan bisa membaca isi hati Nichkhun, Wooyoung berkata dengan pandangan yang tajam dan dagu yang terangkat. Seperti sedang menantang duel dengan Nichkhun.

Nichkhun pun tersentak untuk yang kedua kalinya. Galak sekali. Batin Nichkhun. Namun secepat mungkin Nichkhun merubah ekspresi wajahnya, sebelum terjadi perang dingin diantara mereka.

“A-aniya Uyongie. Apa kau mau eskrim, hmm..?” tawar Nichkhun dengan senyuman yang ia buat semanis mungkin.

Kalau saja Nichkhun tidak ingat betapa repotnya dia membujuk Wooyoung yang sedang ngambek, mungkin dia sudah mengomeli namjachingu-nya itu karena sudah bersikap kurangajar barusan. Bocah itu memang selalu bersikap kekanakan, manja, cute, mudah ngambek, dan cengeng, kadang bisa juga bersikap sangat galak seperti saat ini. Tapi itu yang membuat Nichkhun gemas dan tertarik pada namja chubby bernama Jang Wooyoung tersebut.

Wooyoung lalu mengangguk pada Nichkhun -masih sambil mewek- yang berarti bahwa dia menerima tawaran Nichkhun. “Kau mau makan eskrim bersamaku? Di dekat lampu merah depan sana ada kedai eskrim yang baru buka. Rasanya enak sekali.” Kata Wooyoung bukan pada Nichkhun, namun pada namja lain yang berada di ruang ICU rumah sakit itu. Terbaring tak berdaya di atas ranjangnya. Wooyoung diam sejenak menunggu jawaban.

“Yasudah kalau begitu kau tidak jadi kuajak. Salah sendiri diajak bicara diam saja.” Wooyoung cemberut dan segera bangun dari duduknya di samping ranjang namja yang barusan diajaknya bicara, hendak meninggalkan ruangan tersebut dengan Nichkhun yang mengekor di belakangnya.

“Tunggu Udong, aku ikut!” panggil namja itu tepat sebelum Wooyoung membuka pintu untuk keluar.

Wooyoung yang merasa dipanggil pun segera menoleh. “Apa ada yang memanggilku, hyung?” Tanya Wooyoung pada Nichkhun yang berada tepat di belakangnya.

Nichkhun menggeleng. “Aku tak mendengar apa-apa, Uyongie.”

“Mungkin aku salah dengar.” Ucap Wooyoung sebelum menghilang di balik pintu kamar tersebut.

Aiiissshh.. tentu saja dia tidak bisa mendengarku. Sial. Umpat namja itu kesal.

*

*

“Nuneo..” namja tinggi itu memanggil namanya. Lalu namja itu terlihat berjalan mendekati Junho yang baru saja melepas jas sekolahnya dan menggantungnya di sandaran kursi di dalam kelasnya, padahal Junho sudah berencana akan keluar kelas karena sekarang memang sedang jam istirahat, tapi namja itu sudah lebih dulu menjemputnya. Dengan berpakaian seragam sekolah lengkap, entah mengapa namja tinggi itu terlihat sangat tampan di mata Junho. Lebih tampan dari hari-hari sebelumnya. Padahal dia hanya memakai seragam sekolah seperti hari-hari biasanya.

Junho tersenyum lebar melihat kedatangan namja itu. “Kau merindukanku, huh?” Tanya Junho sedikit menggoda.

“Sangat. Ayo ikut aku.” Dengan gerakan cepat namja itu menarik tangan Junho lalu berlari, membuat Junho dengan terpaksa mengikuti namja itu berlari kecil dengan langkah yang terseret-seret. Beberapa saat kemudian mereka tiba di depan sebuah bangunan, tempat yang sudah tak asing lagi bagi mereka berdua.

“Yach.. mengapa kau sampai menyeretku kalau hanya ingin mengajakku ke sini?” protes Junho kesal. Tanpa diseret pun Junho pasti akan datang ke sana dengan sendirinya. Ya, tempat itu merupakan “markas”nya bersama namja tinggi itu, sebuah gudang di halaman belakang sekolah mereka, di mana dulu Junho pernah terkunci di dalamnya. Dan saat itu namja tinggi itu-lah yang menyelamatkannya. Sekarang gudang itu sudah mereka sulap menjadi markas mereka berdua, dengan meminjam kunci dari penjaga sekolah tentunya.

“Ani. Aku ingin mengajakmu ke tempat lain. Tempat yang indah.” Kata namja itu dengan mata berbinar-binar. Mungkin kalau di film kartun udah keluar lope-lopenya juga.

“Lalu untuk apa sekarang kita ada di sini?” Tanya Junho masih tak mengerti.

“Sini, mendekatlah padaku Nuneo-ku sayang.” Kata namja itu dengan nada yang terdengar menggoda di telinga Junho.

“Y-yach kau, jangan macam-macam ya. Aw-awas kau!” ancam Junho gugup sambil terus mundur, menjaga jarak dari namja itu yang terus maju mendekatinya.

Namja tinggi itu sweatdrop. “Yeee.. siapa yang mau macam-macam? Aku hanya ingin mengajakmu foto bersama.”

“O..Owh.. kukira..” Junho menunduk malu karena sempat berpikiran yang macam-macam. Wajah dan telinganya memerah hebat seketika itu juga.

“Hahaha.. kau ini lucu sekali.” Namja itu lalu memegang kedua tangan Junho dan menautkan jemari mereka berdua. “Junho-yah?”

“Hmmm..?” jawab Junho masih menunduk karena malu.

“Hari ini adalah first Anniversary kita, kau ingat?” Tanya namja itu dengan nada yang lebih serius.

“Hmm..” jawab Junho masih dengan ekspresi yang sama.

Namja itu hanya tersenyum menanggapi sikap Junho yang terlihat cute baginya. Ia lalu melanjutkan kalimatnya. “Hari ini aku ada hadiah special untukmu.”

“A-apa?” Tanya Junho ingin tahu. Kali ini dia mengangkat wajahnya untuk menatap namja tinggi di hadapannya, walau wajahnya masih merona merah.

“Aku akan memangkas rambutku, untukmu.” Katanya mantap. “Untuk itu mari kita berfoto untuk kenang-kenangan, sebelum rambut panjangku ini kupotong habis.” Ajak namja itu bersemangat sambil tersenyum lebar.

Potong habis? Gundul? Hal itulah yang ada dalam pikiran Junho. Junho lalu melirik rambut panjang namja itu yang dikonde (?) di atas kepalanya.

“Kau tidak perlu melakukan hal itu. Jika kau nyaman dengan rambut panjangmu, maka biarkan saja seperti itu.” Junho terus saja menatap aneh pada namja di depannya itu.

“Kau ini bagaimana sih? Bukannya kau yang selalu menyuruhku potong rambut? Sekarang malah kau menyuruhku membiarkan rambut panjangku. Mana yang benar?” Tanya namja itu antara kesal dan bingung.

Sejak sebulan yang lalu Junho terus saja merengek agar namja itu memotong rambutnya. Junho berkata, “Bukankah seorang namja akan terlihat lebih tampan jika rambutnya pendek?” dan kemudian namja itu hanya akan menjawab, “Siro. Aku lebih nyaman seperti ini.” Hal itu membuat Junho cemberut. Esok harinya Junho akan mulai merengek lagi dan namja itu akan menjawab dengan kalimat yang sama, selalu saja seperti itu. Tapi hari ini saat namja tersebut memutuskan untuk memotong rambutnya demi Junho, dia malah melarangnya. Sungguh sulit dimengerti.

“Ng..” Junho menggigit bibir bawahnya. “Tapi aku lebih tidak suka dengan namja yang gundul. Jadi akan lebih baik jika rambutmu panjang dari pada gundul. Sepertinya model rambut gundul  juga tidak akan cocok untukmu.” Jelas Junho panjang lebar.

“Bwahahaha..” namja itu tidak dapat menahan tawanya lagi. “Siapa yang bilang aku akan gundul Nuneo?”

“Itu tadi kau bilang akan memotong habis rambutmu, bukannya itu sa ma saja dengab gundul?” Tanya Junho masih dengan wajah bingung. Kenapa dia selalu saja menertawakanku? Apanya yang lucu?

“Benar juga. Tapi bukan itu maksudku.” Namja itu tersenyum sekilas lalu celingukan memandang ke arah segala penjuru mata angin sambil sedikit menjinjitkan kakinya. “Nah itu dia. Hey, Udong!” panggil namja tinggi itu pada namja chubby yang berjalan ke arah mereka.

“Untuk apa kau menyuruhku kemari?” Tanya namja chubby itu sesampainya di depan gudang sekolah mereka. “Apa untuk melihat ini?” pandangan namja chubby itu terarah pada tangan Junho dan namja tinggi itu yang masih saling bertautan.

“Bukan untuk itu. Tapi untuk…” namja tinggi itu lalu melepaskan pertautan tangannya dengan Junho dan mulai meraba-raba saku celana dan juga saku jasnya, mencari sesuatu. “Huh, ponselku tertinggal di kelas. Pinjam punyamu, Nuneo.”

“Baiklah.” Junho mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya dan memberikannya pada namja tinggi itu. “ini.”

Namja tinggi itu menerima ponsel Junho dan menyerahkannya pada namja chubby –Wooyoung- “Untuk ini!” lanjut namja tinggi itu.

“Aiiishh.. memangnya aku ini tukang foto keliling?” protes Wooyoung kesal.

“Nanti aku akan mengambil fotomu bersama Khun-hyung, sebagai gantinya.”  Tawaran namja tinggi itu sukses membuat pipi chubby Wooyoung merona. “Tapi kau harus mengambil foto kami berdua yang bagus, jangan sampai jelek.” Ancam namja tinggi itu.

“Ah, berisik. Ayo cepatlah bersiap untuk kufoto.. hana.. dul..” mendengar aba-aba Wooyoung, Junho dan namja tinggi itu cepat-cepat berpose dengan posisi berhadapan dan menempelkan kening mereka berdua, tangan mereka saling berpegangan, dengan mata yang saling memandang dan senyum bahagia dari namja tinggi tersebut. Wooyoung menekan tombol ‘capture’ pada ponsel Junho untuk mengabadikan gambar kedua namja di depannya itu.

“Menghadaplah ke kamera, jangan seperti orang yang akan berciuman begitu.” Perintah Wooyoung lagi. Junho dan namja tinggi itu pun menoleh ke arah Wooyoung secara serempak. Dan satu lagi gambar sukses Wooyoung abadikan melalui kamera ponsel Junho.

“Ini. Dua foto saja sudah cukup kan?” Wooyoung menyodorkan ponsel milik Junho kepada namja tinggi itu. Namun tangan Wooyoung bersama ponsel milik Junho hanya menggantung di udara tanpa ditanggapi oleh namja tinggi itu maupun sang pemilik ponsol.

Namja tinggi itu malah sedang menangkup kedua sisi pipi Junho dengan kedua tangannya, membuat wajah keduanya berhadapan kembali. Namja tinggi itu lalu mendekatkan wajahnya pada Junho dan…

“Andwae! Jangan lakukan itu di depanku!” protes Wooyoung sambil menutupi kedua matanya dengan telapak tangan kirinya yang tidak memegang ponsel.

Namun namja tinggi itu semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Junho, lalu berbisik “Saranghae, Junho-yah..” Junho bisa merasakan hangatnya hembusan nafas namja itu yang menerpa wajahnya.

 

    

  

...................

“Saranghae, Junho-yah..” Seseorang kembali membisikkan kalimat itu pada Junho. Kemudian Junho merasa ada yang memeluk tubuhnya. Junho membuka matanya dan mendapati tubuhnya yang terbaring sedang dipeluk oleh yeojachingu-nya, Kim Soeun. Junho lalu sedikit menggeliat untuk melepaskan pelukan yeoja cantik itu. Dan benar saja, Soeun segera mengangkat kepalanya yang tadi menindih dada Junho.

“Selamat pagi, chagiya.” Sapa kekasihnya itu dengan senyum manis yang selalu Junho lihat dua minggu terakhir ini.

“Selamat pagi juga.” Jawab Junho sambil tersenyum. “Kau membolos kuliah lagi?” Tanya Junho heran kenapa yeoja itu sudah berada di sini pagi-pagi begini. Bukannya baru kemarin lusa ia mulai masuk kuliah lagi? Dan sekarang sudah mulai membolos lagi?

“Ani. Aku tidak ada kelas hari ini.” Kata yeoja itu tersenyum lagi. Senyum seakan tidak pernah hilang dari wajah manisnya itu. “Apa kau sudah lapar?” Tanya Soeun sambil bangun dari duduknya lalu membuka tudung saji berbahan stanliss steel yang dibawakan oleh perawat beberapa puluh menit yang lalu.

“Ne.” Junho bangun dari posisi berbaringnya dan duduk bersandar pada tembok di belakangnya, bersiap untuk menerima suapan dari yeojachingu-nya.

“Minumlah dulu.” Soeun menyodorkan segelas air mineral dan membantu Junho untuk meminumkannya, kemudian menyuapkan sesendok menu sarapan pagi itu pada Junho.

“Bolehkan aku bertanya sesuatu, noona?” Tanya Junho setelah menelan makanannya.

“Ne.” jawab Soeun singkat sambil menyiapkan suapan berikutnya untuk Junho.

“Hmm.. saat kecelakaan itu, aku mengemudi sendirian kan?” Junho hanya ingin mengkonfirmasi sesuatu yang sudah diketahuinya itu. Junho melihat Soeun mengangguk. Lalu melanjutkan lagi. “Saat hal itu terjadi, apa ada seseorang yang kutabrak sampai mati?” kali ini Junho ingin mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya.

Bisa saja kan namja dalam mimpiku itu adalah orang yang aku tabrak sampai meninggal dalam kecelakaan itu? Lalu arwahnya gentayangan dan terus menghantuiku untuk balas dendam atas kematiannya. Seperti yang ada di film-film horror. Memikirkannya saja membuat Junho merinding.

Soeun terdiam sejenak, selang beberapa detik kemudian ia mulai berbicara. “A-ani. Tak ada siapapun yang kau tabrak, chagiya. Mengapa kau menanyakan hal itu?” Tanya Soeun dengan pancaran mata yang menyiratkan kekhawatiran.

Kalau begitu, dia itu siapa? Aiiisshhh..!!! Junho mulai frustasi dengan semua ini.

“Hanya ingin tahu saja. Syukurlah kalau tak ada orang yang kubunuh.” Jawab Junho dengan nada bergurau. Junho memang tidak pernah sekalipun menceritakan mimpi-mimpi anehnya itu pada Soeun. Hanya akan menambah ribut saja, pikir Junho. Sementara Soeun terlihat seperti sedang melamun. “Noona, kenapa kau berhenti menyuapiku?” protes Junho.

“Ah, m-mianhae.” Soeun segera menyuapi Junho kembali.

“Oya, noona..” Junho berhenti sejenak untuk menelan makanan di mulutnya. “Mana ponselku?” lanjutnya menanyakan benda yang tak pernah dilihatnya lagi semenjak ia di rawat di rumah sakit –karena kecelakaan itu-.

“Ada di Minjun-oppa, chagiya.” Jawab Soeun yang lagi-lagi disertai senyum manisnya.

“Hmm.. Okay.” Jawab Junho singkat sebelum melanjutkan acara sarapannya bersama Kim Soeun.

*

*

“Nado saranghae, Chansung-ah.” Ia lalu mengecup lembut bibir Junho tanpa mempedulikan Wooyoung yang masih berada di sana. Walaupun dengan mata tertutup, Wooyoung tahu betul apa yang sedang terjadi di hadapannya saat ini.

“Sudah belum?” Tanya Wooyoung masih dengan mata yang ia tutupi menggunakan telapak tangan kirinya, layaknya anak TK yang sedang bermain petak umpet. Tak ada jawaban dari siapapun membuat kesabaran Wooyoung mulai habis.

“Baiklah. Dalam hitungan ketiga aku akan membuka mataku. Hana—”

“Aiiisshh.. kau ini ribut sekali seperti anak ayam. Mengganggu saja.” Protesnya pada Wooyoung yang menginterupsi moment romantisnya dengan Junho. “Pergi sana. Huuusshh.. hussshh..!” usirnya seperti mengusir ayam.

Seperti biasa, Wooyoung cemberut dan memanyunkan bibirnya. “Salah sendiri mengundangku ke sini. Kau tak tahu berterimakasih sekali, sudah kubantu, malah sekarang kau mengusirku. Aku tidak akan pergi!” jawab Wooyoung ngambek.

Ia lalu mempunyai ide yang menurutnya briliant. “Bagaimana kalau kita kabur saja dan pergi ke salon untuk memotong rambutku? Setelah itu kita pergi ke tempat yang indah untuk merayakan anniversary pertama kita ini.” Usulnya dengan berbisik di telinga Junho agar Wooyoung tidak mendengarnya.

“Tapi sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.” Cemas Junho, dengan balik berbisik di telinganya.

“Kita membolos saja, kikikikk~.” Bisiknya lagi. Membayangkan membolos sekolah bersama Junho saja sudah sangat menyenangkan, apalagi benar-benar melakukannya, pasti akan jauh lebih menyenangkan.

“Hey, apa yang kalian bicarakan dengan berbisik-bisik seperti itu?” protes Wooyoung lagi, merasa diacuhkan karena tidak dilibatkan dalam pembicaraannya dengan Junho.

“Nuneooo… kabuuuurrrrr..!!!” dia memberikan aba-aba lalu menggandeng tangan Junho dan menyeretnya berlari setelah mengucapkan kata ‘kabur’.

“Heyy, mau ke mana kalian?!” Wooyoung berteriak kesal karena ditinggalkan begitu saja tanpa ada kata permisi.

“Besok aku akan mentraktirmu eskrim, jadi jangan ngambek ya Udong!” katanya setengah berteriak agar Wooyoung dapat mendengarnya, karena jarak mereka sudah cukup jauh sekarang. Kemudian dia dan Junho berlari bersama sambil tertawa. Ini benar-benar menyenangkan.

……

Tetes-tetes air dari langit mulai turun sedikit demi sedikit. Membawa pikirannya kembali dari kenangan masa lalu yang selalu berputar di memory otaknya.

Namja tinggi bernama Hwang Chansung itu terduduk di tepi pagar sebuah gedung bertingkat yang disebut sebagai rumah sakit, dengan kaki yang menggantung di udara. “Aku sendirian sekarang. Rasanya begitu sepi. Tak ada yang menemaniku, bahkan Udong saja sudah tak mau mendengarkanku lagi sekarang.” Keluhnya tentang Wooyoung, sahabatnya sejak masih TK. Meskipun menurut Chansung, Wooyoung yang sekarang –siswa SMA- dan Wooyoung yang masih TK itu sama saja. Tidak ada bedanya. Hanya tubuhnya saja yang bertambah lebih tinggi, selain itu semuanya masih tetap sama. Kekanakan.

“Dan Nuneo.. saat-saat bersamamu begitu menyenangkan, setiap harinya, setiap jamnya, setiap menitnya, setiap detiknya.  Bisakah kumiliki saat-saat itu lagi? Mengingat keadaan kita yang seperti ini. Aku selalu saja teringat akan kenangan kita. Tidakkah kau ingat itu?” dada Chansung terasa sangat sesak saat mengucapkan kalimat terakhir yang baru saja diucapkannya.

“Rasanya sudah lama sekali. Aku merindukanmu, Nuneo-ku..” Chansung menunduk dalam, menahan gejolak di dadanya yang seakan ingin meledak, tak sanggup lagi menahan kerinduan yang begitu mendalam pada namja yang dicintainya itu. Baru dua minggu, tetapi terasa seperti sudah bertahun-tahun bagi Chansung. Penantian ini terasa amat panjang tanpa batas waktu yang pasti, mungkin juga takkan pernah berakhir. Air mata mulai mengalir dari mata besarnya, bercampur dengan air hujan yang turun semakin deras dari langit. Menambah perih luka menganga di hatinya.

Furidaa ame ga bokura no omoide no basho to hitori no boku wo

(It began to rain, I have memories of our location and alone)

Ano hi  no namida no you ni mata nurasu yo

(Also wet as tears of that day)

Toki ga tateba donna kioku mo usureru to omotte itanoni

(Although I was wondering what memories fade with time goes)

Konnanimo mada oboe teru

(I still remember so much)

-2PM_Want You Back-

*

*

*

^TO BE CONTINUED^

From Me :

Wooooaaaahhh.. akhir’a chap 2 ini selesai juga. :D (ngeregangin badan yang pegel2, xixii..) menurut reader chap ini kurang panjang apa malah kepanjangan nih,??

Udah bsa dtebak blm apa yg sbenar’a terjadi ma Junho-oppa,? N’ udah bisa ditebak juga kn Chan-oppa itu apa,? Udah lah ya, capek juga bikin reader tetep penasaran, apalagi harus ngumpetin Chan-oppa segala, susah diumpetin’a, abis dia kan besar.. *ngelirik Chan-oppa* peace oppa.. (^_^)v hihihiii..

Ttg lirik lagu Want You Back – 2PM yang q sisipin d’sini, yang ngerti bahasa Jepang, maklum ya kalo ada salah2 (syukur2 bsa d’benerin, hehe..), oz itu q nyoba translate’in sndiri lwt mbah google, n’ q jg gag ngerti bhs Jepang, jadi harap maklum yaa,?

Dari pertama q dnger lagu Want You Back – 2PM, q langsung suka banget sama lagu itu. Ngena banget d’hati q, gag tau kenapa, lagu’a terasa menyayat2 hati gimanaa gitu (apaan sih?). ya pokok’a gt lah. N’ pas q cba artiin liriknya, ternyata cocok sama ide cerita yang ada d’otak’q. jadilah ff ini q kasih judul “Want You Back”.. :D

Malah curhat. Udah ah.

Akhir kata makasih bgt atas comment’a reader2’q. itu bner2 bkin q smangat. N’ q brharap chap 2 ini jg gag ngebosenin buat d’baca. Q harap kalian suka. N jgn lupa comment’a lg yaa,? :D

Gomawo.. and Happy reading.. ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
eyessmile14
#1
Chapter 5: Hahh *sigh..
Kalau gini gatau dah thor happy ending atau sad ending dah ini.
Di sisi lain senang karena Junho akhirnya bersama Chansung lagi tapi di sisi lain sedih juga mereka meninggaaaaal. Huweeee *mewek
Ini sedih banget gilaaak:(
ayudaantariksa #2
Chapter 5: Dan ff ini sukses buat aku nangis . Terimakasih thor ^_^ . Ff nya bagus .
channelca #3
Chapter 5: Sebenarnya sih udh lama baca ff ini
Heheh tapi gk pernah comment #dijitak author
Mianhe authorr...
Daeebbakk ... keren cerita
Kemarin baca yg chapter 4 ,, sempat mikir klu Junho akan puli ingatannya dan mereka akan bersatu kembali... tapii malah dia juga ikutan nyusul Chansung.. tapi gpp dech yg penting mereka bersatu....
Dintunggu FF yg lain ya eonnie author
hwaiting93 #4
Chapter 5: Enaknya jadi channuneo , tak terpisahkan dunia akherat (≥ ⌣ ≤)
Untung nuneo bisa inget lagi sama changsung , tadinya bayangin kalo nuneo mati trus tetep ga bisa inget chansung juga haha
*ditendang chansung*

Minjun pasti nyesel banget , udah kehasut omongan soeun ckckck
Woo kasian ditinggal 2 sahabat sekaligus , kasian woo kan lemah lembut hatinya (╥﹏╥)​
*peluk uyong*
Sequel dong author-nim , ceritain kehidupan khunyoung & taecmin setelah channuneo meninggal hehe ^^v
jangwooyoung0730
#5
Chapter 5: daebaaaak.,. Tak terprediksiiii... Daebaaak... Pdhal bkan chanuneo shiper, tp nngs bca crta akhrnya... Daebaaak.... Yg khunyoung lnjut doong thooor... :)
XanDC09 #6
Chapter 5: annyeong unnie.. xan imnida... bangapseumnida...
omo.. T_T chanuneo akhir'a bisa bersama lagi.. sayang ga bisa bersama2 teman dan keluarganya mereka juga...
poor WooKay.. smoga taeckhun bisa terus nemenin mereka...
cerita lainnya ditunggu unnie.. ^^
ah, q request yg happy ending version dari cerita ini kalo ga sequel'a cerita ini bisa ga unn? hehehe... gomawo b4... ^^
UnunJang
#7
Chapter 5: Hiks...Hiks...
speechless...T^T
Dibilang sad ending,
py... akhirnya Channie n Nuneo bersatu lagu...
*Nangis dipojokan
My Baby Woo n Minjun oppa yang sabar yah,,,
Keren Thor, sukses bikin aq berderai air mata...

ditunggu ff selanjutnya...^0^
teru_neko
#8
Chapter 5: udah end?tp kok blm ada tanda complete ya? apa author mau bikin sequelnya? kkkk~
yeeeyyy!! Khunyoung shipper nambah! XD *terima kasih buat tetangganya (?) author ituu~~~ X)*
ini endingnya mengharukan..bittersweet gitu lah..
ditunggu ff selanjunya :D
lurvejunho #9
Chapter 5: Aww bittersweet ending.seriously i dont expect it will be turn like this.good job authornim.i hope u can write more chanho after this :D
syahroh1212alhalim
#10
Chapter 5: oawalah ini mah sad ending.... Nangis berderai air mata.... Kirain bersamanya didunia nyata z.... #nangisdipojokan
Seharusnya kan happy ending #maksa
Bagus c.... Tp kan jd g tega ma woo n' junk
Nuneo jd tega gt c.....