Final

Your Call

 

Sebuah mobil hitam melaju dengan cepat di jalan di desa Daepo, Pulau Jeju. Semilir angin yang bertiup mengibarkan helaian sewarna cokelat eboni milik namja berumur 25 tahun yang sedang mengendarai mobil itu. Kacamata hitam,yang terlihat kontras dengan kulitnya yang putih pucat, menyembunyikan kedua obsidian indahnya yang sewarna caramel.

Ekspresi wajahnya datar, menyembunyikan segala emosi dan perasaan yang dirasakannya saat ini. Meskipun matanya menatap lurus jalanan luas di hadapannya, yang akan tampak sangat indah dengan padang rumput luas di kiri dan kanan jalan serta langit biru cerah andai ia memperhatikan, namun jelas bahwa pikirannya tidak berada disana. Ia tengah menunggu kabar dari seseorang, seseorang yang selalu ditunggunya, seseorang yang sangat berharga baginya. Merasa sepi, ia memilih untuk menyalakan musik, hanya untuk mendengarkan lagu kesukaannya dan kesukaan orang itu yang tengah diputar dan ia tak bisa menahan pikirannya untuk memutar kembali memori hari itu, hari – hari yang begitu ia rindukan. Ketika tawa masih mewarnai hubungan mereka, ketika semua masih begitu indah untuk keduanya.

 

Waiting for your call, I’m sick call I’m angry

Call I’m desperate for your voice

Listening to the song we used to sing

In the car, do you remember?

Butterfly, early summer

It’s playing on repeat just like when we would meet.

Like when we would meet

 

Sesekali ia akan melirik Iphone hitam yang terletak disampingnya, menunggu telefon atau sekedar balasan dari seseorang yang begitu ia rindukan. Seseorang yang begitu ia cintai dahulu dan masih ia cintai sampai saat ini. Ia sudah menghubungi orang itu bahkan sejak ia belum berangkat ke pulau Jeju ini, dua hari yang lalu. Memang masih belum ada telefon atau bahkan sekedar balasan yang dikirimkan padanya, tapi ia tetap berangkat menuju tempat itu, tempat yang dulu begitu sering mereka kunjungi, sebelum semuanya terjadi. Meski sampai saat ini belum ada balasan, tapi ia sudah setengah jalan, tak mungkin kembali setelah sejauh ini. Jadi ia hanya bisa berdoa, berdoa dan kembali percaya akan cinta yang dulu begitu mereka tinggikan. Akan cinta yang dulu begitu mengakar kuat dihati keduanya. Akan cintanya, yang hingga kini terus membuatnya bertahan.

 

I was born to tell you I love you

And I’m torn to do what I have to

To make you mine

Stay with me tonight

 

Ketika sebuah pesan singkat yang hanya berisikan satu kata ‘ya’ dikirim dari orang yang ditunggu itu, ia tak bisa menahan sebuah senyuman manis terukir di wajahnya. Senyuman yang dulu begitu disukai sang kekasih, senyuman yang dulu membuat orang itu begitu mencintainya. Tak bisa dipungkiri bahwa meskipun kelegaan memenuhi hatinya saat ini, tapi ada sepercik perasaan takut. Ia tak tahu apa yang akan terjadi nanti, ia tak tahu apakah ia masih dicintai seperti ia mencintai orang itu ataukah hatinya telah berpaling. Tapi meski begitu, ia tetap merasa senang, setidaknya orang itu sudah setuju untuk menemuinya kembali. Mungkin, mereka bisa menyelesaikan apa yang dulu belum sempat mereka selesaikan. Mungkin, ia bisa membuat orang itu kembali ke dalam pelukannya. Apa yang terjadi nanti biarlah terjadi, kini, biarkan hatinya lebih lega karena meski sedikit, ada sepercik harapan baginya, untuk kembali mendapat kebahagiaan yang dulu pernah ia miliki.

 

Stripped and polished I’m new I’m fresh

I’m feeling so ambitious

You and me, flesh to flesh

Cause every breath that you will take

When you are sitting next to me

Will bring life into my deepest hope

What’s your fantasy, what’s yours.. What’s yours..

 

Mobil hitam itu berhenti pada sebuah pantai dengan pemandangan yang begitu indah. Pohon – pohon kelapa tersusun dengan rapih, dan dedaunanannya tertiup angin pantai yang cukup kencang. Ia turun, melangkah dengan pasti mendekati laut. Sejauh mata memandang hanya langit luas dan lautan lepas yang dapat dilihatnya. Ia tersenyum simpul, setelah sekian lama, tempat ini masih memiliki pengaruh yang begitu kuat untuknya. Melihat langit biru yang terbentang luas, serta lautan lepas dengan dombaknya yang berkejaran selalu bisa membuat hatinya lebih tenang. Seolah beban berat telah terlepas, terangkat dari pundaknya. Ia memejamkan kedua mata yang masih tersembunyi dibalik kacamata hitamnya, menikmati suasana pantai yang begitu tenang, menikmati suara deburan ombak yang membawa damai pada hatinya.

Ia baru saja akan kembali ke mobil untuk segera menuju hotel saat Iphone hitamnya berbunyi, menandakan panggilan masuk yang ternyata dari orang yang ditunggunya. Ia memejamkan matanya sejenak, mengontrol degup jantungnya yang kini berdetak tak beraturan.

Yoboseyo

Yoboseyo, Kyuhyun-ah ini aku”

“Ah, ne hyung

“Aku baru bisa berangkat malam ini, besok baru sampai.”

“ya”

“Kyuhyun-ah..”

“ya?”

“Kenapa kau masih ingin bertemu denganku? Aku pikir semuanya sudah jelas, bukan? Keputusan ini, kau sendiri yang mengambilnya, bukankah kau tahu segala resikonya ketika. . .”

Hyung, kita bicarakan saja nanti saat kita bertemu, selamat siang” ia menutup sambungan dengan segera, tanpa mendengarkan lanjutan dari orang di seberang sana.

Ia menunduk dan menutup matanya erat, mencoba menenangkan perasaannya yang kembali kacau.

Tak tahukah kau kalau didalam hatiku, aku tak pernah setuju? Tahukah kau bahwa aku tak punya pilihan? Apakah kau pikir aku melakukan ini semua dengan senang hati? Aku masih mencintaimu, sangat, dan selama ini hanya cintaku yang membuatku bertahan, tahukah kau kenapa?

 

Cause I was born to tell you I love you

And I am torn to do what I have to

To make you  mine stay with me tonight

 

Ia menatap langit luas yang kini ramai dengan bintang. Dari balkon tempatnya berdiri sekarang, suara deburan ombak yang mengenai tebing di luar sana masih dapat terdengar jelas. Ia menarik nafas panjang. Memorinya kembali memutar kenangan 5 tahun silam, ketika semuanya berawal seperti ini, ketika ia memilih untuk belajar di Negeri Sakura.

Ia dan orang itu sudah mengenal sejak lama, bahkan sejak SMA, jadi ketika orang itu meminta untuk menjadi kekasihnya saat ia baru menjadi mahasiswa tingkat 1 di Universitasnya, ia menerima. Meskipun awalnya ragu mengingat betapa berbedanya mereka berdua, dirinya yang hanya orang biasa, bukan siapa – siapa, tidak ada bandingannya dibandingkan orang itu. Seorang yang bernama Choi Siwon, yang bahkan sudah berhasil menjadi pengusaha sukses dan siap memegang perusahan menggantikan ayahnya di usia yang masih tergolong muda. Sejak awal ia memutuskan bersama dengan seorang Choi Siwon, ia tahu semuanya tak akan mudah, tapi orang itu selalu meyakinkanya, bahwa semua akan baik – baik saja. Meskipun ketika hubungan mereka ditentang oleh keluarga Choi, orang itu selalu berjuang untuknya, berada di baris terdepan untuk melindunginya, memastikan bahwa ia dan hubungan mereka baik – baik saja. Sejak itulah ia merasa bahwa ia harus menjadi orang yang pantas bersanding dengan kekasihnya. Ia belajar keras, berusaha keras. Sampai pada akhirnya semua itu terbayarkan ketika tak lama setelah kelulusannya dari Seoul National University, ia mendapatkan beasiswa double degree di Todai University, sebuah universitas ternama di Jepang.

Meskipun sedikit berat melepas dirinya, tapi orang itu melepaskannya juga pada akhirnya. Hubungan jarak jauh memang tak pernah mudah, meskipun itu bagi mereka berdua yang sudah 3 tahun resmi bersama. Hal itu terbukti tak lama setelah tahun pertama ia menghabiskan waktu di Negeri Sakura itu, yang juga berarti tahun keempat hubungan mereka.

 Setelah kepergian dirinya ke negeri Sakura, keluarga besar orang itu yang begitu menentang hubungan keduanya mulai sering menjodohkan kekasihnya dengan banyak wanita – wanita, bahkan pria - pria luar biasa yang jelas tak bisa disandingkan dengan dirinya. Dan kekasihnya yang memang senang cari perhatian padanya itu mengadukan semuanya pada dirinya, tak tahu dan tak sadar kalau ia tersakiti dengan itu semua. Bayangkan saja, ia belajar keras, berusaha keras untuk membuat orang – orang bangga padanya, meskipun lelah, ia masih bekerja sambilan karena hidup di negeri orang itu tidak mudah. Namun ketika ia sampai di rumah, ketika ia ingin menenangkan hatinya, mengusir segala lelahnya dengan mendengar suara orang itu, sang kekasih justru mengadukan bahwa ia dijodohkan kesana kemari oleh keluarga besarnya, membuat hatinya bukannya menjadi tenang malah lebih gelisah.

Ia terus bertahan, menahan semuanya karena ia tahu bahwa kekasihnya itu sangat mencintainya. Hingga akhirnya suatu hari, ia tak bisa lagi menahan semuanya saat kekasihnya menelpon dirinya dan mengatakan bahwa ayahnya terkena penyakit jantung, keadaannya sungguh menyedihkan, dan hal terakhir yang ingin ia lihat adalah melihat sang putra tunggal bertunangan dengan wanita atau bahkan pria pun tak masalah, yang sederajat dengan keluarga mereka. Apa yang bisa ia lakukan mendengar kekasihnya menceritakan itu semua dengan kesedihan yang tergambar jelas di suaranya? Haruskah ia membiarkan kekasihnya memilih antara sang ayah atau dirinya? Jadi pada akhirnya, ia melakukan hal yang menurutnya benar saat itu, melepaskan kekasihnya, lagipula ia juga lelah dengan ini semua. Dengan semua konfrontasi yang dilakukan keluarga besar sang kekasih. Saat itu, yang ia harapkan hanyalah ia bisa menjadi seorang yang berhasil, yang dapat membuat semua orang bangga, dan mungkin, mungkin saja keluarga besar itu akan mengizinkan ia kembali bersama dengan kekasihnya. Dengan Siwon, Choi Siwonnya.

Tapi satu yang ia lupakan saat itu, bahwa hati manusia, dapat berpaling. Ia baru menyadari itu semua saat dilihatnya foto pertunangan Siwon dengan seorang gadis bernama Tiffany beberapa minggu kemudian. Ia baru sadar bahwa senyuman Siwon saat itu adalah senyuman yang biasa ditujukan hanya untuknya, ia tidak tahu apakah hati kekasihnya itu telah berpaling ataukah ia memang dapat berakting dengan baik.

Setelah itu, selama tiga tahun ke depannya, yang ia lakukan hanya belajar dan berusaha lebih keras, meskipun terkadang di waktu senggangnya, ia merasa begitu kesepian, dan begitu merindukan sosok seseorang yang sudah hampir 5 tahun lamanya mendampinginya.

 

And I’m tired of being all alone and the solitary moment makes me want to come back home.

 

“Aku tak punya waktu lama, bisakah kita selesaikan pembicaraan ini sesegera mungkin? Calon istriku menunggu di rumah”

Ia mengenali suara yang sangat dirindukannya itu, tapi mau tak mau terkejut dengan nada dingin yang digunakan padanya. Sungguh, setelah sekian lama tidak bertemu, bukan pertemuan seperti ini yang ia harapkan. Ia yang tadinya tengah menikmati matahari sore di pantai yang tak jauh dari hotelnya itu kini berbalik, melihat sosok yang sudah 5 tahun tak ditemuinya. Ia terpana sejenak, sosok itu kini tampak jauh lebih dewasa, ia terlihat sedikit lelah, tapi tak bisa dipungkiri bahwa wajahnya jauh lebih tampan daripada yang terakhir ia lihat 5 tahun yang lalu.

“Maaf mengganggu waktumu Choi-Sajangnim” ia cukup terkejut dengan nada sarkastis yang tak sengaja keluar dari mulutnya. Sungguh, ia tak bermaksud seperti itu, tapi mendengar nada dingin dan kata – kata ‘calon istri’ membuat hatinya sakit, tak bisakah pemuda dihadapannya ini menghargainya sedikit saja?

“Masih adakah yang harus dibicarakan diantara kita? Aku pikir semuanya sudah selesai saat kau memilih untuk melepasku”

Pemuda dengan surai kecokelatan sewarna eboni itu menundukkan wajahnya sejenak, mencoba mengontrol emosi yang seolah – olah meledak di dalam hatinya. Ketika ia mengangkat kembali wajahnya dan menatap orang itu, ekspresinya sudah jauh lebih tenang

“Sudah selesai? Tak inginkah kau mendengar alasanku saat itu?”

“Untuk apa? Toh tak akan ada yang berubah diantara kita” pemuda yang bertubuh tinggi tegap itu memalingkan wajahnya menatap pantai sebelum melanjutkan. “Kenapa Kyuhyun-ah? Kenapa kau harus mengungkit ini lagi?”

Namja yang lebih muda itu berbalik dan menatap matahari yang mulai terbenam.

 

Cause I was born to tell you I love you

And I am torn to do what I have to

To make you  mine stay with me tonight

 

Dua orang namja dengan perbedaan umur yang terpaut hanya 2 tahun itu kini tengah duduk di hamparan pasir. Langit telah berubah gelap, matahari sudah sepenuhnya terbenam sejak satu jam yang lalu. Angin malam pantai yang bertiup cukup kencang itu mengibarkan rambut mereka. Keheningan menyelimuti keduanya. Semuanya telah terungkap, ia telah mengatakan semuanya, pikirannya pada orang itu. Tapi sejak awal ia bercerita, orang itu tak pernah sekalipun mengatakan apapun, ia hanya diam dan mendengarkan dirinya. Jujur ia tidak tahu apa yang sedang ada di benak mantan kekasihnya itu, apa yang dipikirkannya, ia tak mengerti.

“Sudah malam, aku pulang dulu. Kau kembalilah ke hotel, angin malam tak bagus untuk kesehatanmu” namja yang lebih tua satu tahun darinya itu berdiri, berbalik dan melangkah meninggalkan dirinya.

Ketika melihat itu, pikirannya kacau, ia kalut, satu hal yang ia tahu adalah ia tak mau orang itu meninggalkannya. Berdiri sedikit terburu – buru, ia menangkap lengan orang yang sampai saat ini masih dicintainya. Suaranya bergetar menahan tangis, ia memang bukan orang yang mudah menangis, tapi perasaan takutnya kali ini benar – benar tak bisa ditahannya. Menangis menurutnya hanya untuk orang lemah dan ia bukanlah orang lemah, bahkan saat ia melepas orang itu beberapa tahun silam, ia tidak menangis karena ia masih percaya bahwa mungkin saja orang itu masih mencintainya. Tapi kini, melihat orang yang ia cintai melangkah meninggalkannya, ia tak bisa menahan perasaan takut, perasaan kehilangan, sungguh, ia tak sanggup kalau harus menghadapi kenyataan bahwa posisi dirinya, kini telah terganti. Bahwa ia, tak ada lagi dihatinya.

“Jangan pergi. Aku mohon, jangan pergi. Jangan tinggalkan aku, aku mohon” tetesan bening itu mengalir dari obsidian karamelnya yang indah. Biarlah, biarkan hari ini ia tampak lemah di hadapan orang yang begitu ia cintai itu. Tak apa, sungguh, asalkan orang itu bersedia kembali kedalam pelukannya.

 

Cause I was born to tell you I love you

And I am torn to do what I have to

To make you  mine stay with me tonight

 

Sosok yang lebih tua itu berbalik, sedikit terkejut melihat orang yang pernah ia cintai itu menangis begitu keras, seolah hatinya sangat sakit. Tapi tak ada yang bisa dilakukannya sekarang, dengan sedikit enggan, ia melepaskan genggaman ditangannya dengan lembut, dan memakaikan jaketnya pada namja yang lebih muda.

“Maafkan aku”

Dan ia melangkah pergi, meninggalkan seseorang yang kini jatuh terduduk di hamparan pasir, masih menangis.

 

Waiting for your call, I’m sick call I’m angry

Call I’m desperate for your voice

Listening to the song we used to sing

In the car, do you remember?

Butterfly, early summer

It’s playing on repeat just like when we would meet.

Like when we would meet

 



 

a/n: Annyeong readers! Saya datang lagi dengan Oneshot, Songfic, entah apa ini. Ya ampun awalnya cuma pengen melampiaskan perasaan saya kalo denger lagu Your Call nya Secondhand Serenade, perasaan kayak lagi ada di padang rumput luas, lagi naik mobil, matahari cerah, angin semilir ya semacam itulah. Kenapa jadi nulis angst begini saya juga bingung. 

Aduh saya sendiri ga tega sama apa yang udah saya buat ke Kyu, bocah itu ga pantes disiksa >.< terlalu lucu soalnya.

 

Tapi ya sudahlah, apa yang terjadi sudah terjadi, apa yang tertulis sudah tertulis. Nasi sudah menjadi bubur, ga ada yang bisa dilakukan kecuali makan bubur itu.

mohon maaf sebelumnya atas segala Typo yang terjadi mengingat cerita ini ga dicek lagi dan langsung di post #terlalu males terlalu males


Yah, semoga cerita ini bisa sedikit menghibur. Please, Enjoy :)

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ReLif_53 #1
Chapter 2: Sumpaahh nyesek parahhh.. Ughh,.. Berasa jdi kyu.. Mpe ikut gemeteran pas kyu nelpon hae.. Huhuu.. Baguuss banget authornim.. Coba kalo dibikin chapterr.. Dan ceritain gimana kyu jalanin hidupnya tnpa siwon.. Dan sampe depresi kya gituu.. #salamKenal
hyoki407 #2
Chapter 2: hikz aaaaa hikz akhirnya happy ending :^)
MySuperWon #3
Chapter 2: OMO !!! senengnyaaaa.... akhirnya Happy End !
Tapi kasian Kyu, sebegitu cintanya dia ama Siwon, ampe depresi begitu.
MySuperWon #4
Chapter 1: Kok Sad End ???! Demi tuhan kagak rela kalo gini jadinya...XD
iisshhhh....jaddi geregetan !!
MySuperWon #5
Chapter 1: Kok Sad End ???! Demi tuhan kagak rela kalo gini jadinya...XD
iisshhhh....jaddi geregetan !!
dewonkyu #6
Chapter 2: mian ne..comentnya di part ini..
reader baru imnida..

author daebak... :)
keren banget..
endingnya tak mengecewakan :)
di tunggu ff selanjutnya
meeKayla #7
Chapter 2: Tunangan siwon tifanny..??
Moga wktu k jepang tu bnr2 bukan tuk liat tifanny.

Kyu begitu cintanya si ma siwon??!! Sampe depresi
Untung bgt siwonnya batal married ma tifanny.
Klo ngak. Bakal bnr gila kyu.
Ngak relaa!!
Coba ja disetiap moment yg ada d real life kyu bisa nampakin sayangnya ma siwon pasti bakal bnr bkin histeris wks tu
jo_gill
#8
Chapter 2: Ini epilog yang sangat bagus, cuma dalam 3 jam lagi. Ga perlu terlalu sweet karena awalnya memang angst. Nanti malah ngaco kesannya.

Asyik...asyik...happy end.

Kata Jo-oppa (lagi2 dia, soalnya aku bukan penulis) dia sering kedatangan ide pas matanya dah setengah watt. Untuk nulis aja dah berat banget. Malah pernah untuk dapatin ide yang bagus dan bisa nyambung malah bisa sampe berminggu2, katanya.
meeKayla #9
Chapter 1: Sebenarnya lagi kesel ma siwon karna ninggalin kyu ke jepang.
Jadi agak rela juga klo mereka pisah bentar#dikiit j relanya.

Tapiiii walo gitu ni harusss ada sequel dunk. Pliiisss benar2 ga rela kalo wonkyu berakhir kayak di ff na ni.
Sequel pliiis