Kelompok 10 Pendidikan Anak Berbakat

BABK kel 5 - 11

ABSTRAK

Bimbingan terhadap anak berkebutuhan khusus sangat penting, begitu pula menyangkut

tentang anak yang berbakat. Penelitian dilakukan di salah satu sekolah dasar di sumedang

yaitu SD Negeri Pakuwon I dengan narasumber salah satu siswa berbakat dan guru

SD tersebut. Penelitian yang dilakukan bertujuan agar dapat mengetahui karakteristik

anak berbakat dan cara menanganinya. Sehingga ketika kita bertemu dengan siswa

berbakat pada saat kita mengajar di SD kita dapat mengatasinya.

 

Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan mewawancarai salah satu siswa yang

berbakat dan salah satu guru di SD Negeri Pakuwon I. sehingga dari hasil wawancara itu

didapat cirri-ciri maupun karakteristik siswa yang berbakat.

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

 

Setiap anak memiliki bakat kreatif yang berbeda-beda baik dalam jenis maupun dalam

derajat dimilikinya bakat itu. Jika bakat anak tersebut tidak selalu diasah dan dikembangkan

maka bakat yang anak tersebut miliki akan tidak berkembang atau bahkan bakat tersebut

tidak akan diketahui.

 

Kemampuan dan prestasi seseorang merupakan hasil perpaduan antara faktor pembawaan

dan faktor lingkungan. Tugas pendidik (orangtua dan guru) ialah mengusahakan suatu

lingkungan yang memungkinkan anak mengembangkan bakat-bakat tersebut secara optimal.

Meskipun dalam Undang-undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

8 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa:

(1) Warga negara yang memiliki kelainan fisik atau mental berhak memperoleh

pendidikan luar biasa.

(2) Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak

memperoleh perhatian khusus.

 

Namun kenyataannya anak yang berbakat cenderung diperlakukan seperti anak normal biasanya.

Dengan adanya kecenderungan tersebut maka perlu adanya pembelajaran mengenai

pendidikan anak berbakat bagi mahasiswa calon guru sekolah dasar, agar kita dapat

menangani siswa berbakat dan mengembangkan potensi yang ada pada anak berbakat tersebut.

 

BAB II

LANDASAN TEORI

 

A.  Konsep Keberbakatan

 

Layanan pendidikan bagi anak berbakat telah mendapat tempat di dalam sistem pendidikan

nasional. Undang-undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 8 ayat (1) dan

(2) menyatakan bahwa:

1. Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh

pendidikan luar biasa.

2. Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak

memperoleh perhatian khusus.

 

Landasan hukum akan perlunya pemberian perhatian khusus kepada peserta

didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (berbakat) memperkuat

asumsi bahwa kelompok peserta didik tersebut memiliki kebutuhan dan karakteristik

yang berbeda dari peserta didik yang berkemampuan dan memiliki kecerdasan normal.

 

Menurut Depdiknas (2003) anak berbakat adalah mereka yang oleh psikolog dan/atau

guru diindentifikasi sebagai peserta didik yang telah mencapai prestasi memuaskan, dan

memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas, kreativitas yang

memadai, dan keterikatan terhadap tugas yang baik.

 

Menurut USOE (United States Office of Education), anak berbakat adalah anak-anak

yang dapat membuktikan kemampuan berprestasinya yang tinggi dalam bidang-bidang seperti

intelektual, kreatif, artistik, kapasitas kepemimpinan atau akademik spesifik, dan mereka yang

membutuhkan pelayanan atau aktivitas yang tidak sama dengan yang disediakan di sekolah

sehubungan dengan penemuan kemampuan-kemampuannya.

Secara konvensional, anak berbakat adalah mereka yang tingkat intelegensinya jauh di atas

rata-rata anggota kelompoknya, yaitu IQ=120 ke atas. Mereka mencakup sekitar 5 persen

dari seluruh populasi anak-anak yang relative sama usianya.

 

Anak-anak berbakat memiliki karakteristik belajar yang istimewa, sehingga mereka dianggap

memiliki kebutuhan belajar yang berbeda dengan anak-anak normal. Apabila kebutuhan belajar

mereka terpenuhi, maka potensinya diharapkan akan dapat diwujudkan secara optimal.

Sebaliknya apabila kebutuhan belajar mereka tidak dapat dipenuhi, maka dapat terjadi

gejala kurang berprestasi (underachievement). Studi Moh Surya (1979) mengungkapkan

bahwa sekitar 30 persen siswa yang termasuk berintelegensi menonjol justru berprestasi

kurang. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor non-intelektual, termasuk faktor lingkungan

dan kepribadian para siswa yang kurang kondusif untuk mencapai prestasi yang seharusnya.

Berdasarkan kenyataan inilah, muncul gagasan mengenai pentingnya anak-anak berbakat

mendapat “perhatian khusus” dalam pendidikannya.

Menurut Renzulli keberbakatan mencakup tiga dimensi yang saling berkaitan, yaitu

kecakapan diatas rata-rata, kreativitas dan komitment pada tugas. Renzulli

meyakini bila faktor-faktor ini menyatu dalam diri individu, hasilnya adalah orang yang

benar-benar berbakat dalam kinerja yang luar biasa dan sumbangan sangat besar pada

masyarakat. Risetnya menunjukan bahwa secara konsisten orang-orang yang mendapat

pengakuan karena prestasi dan kontribusi kreatif mereka yang unik, memiliki tiga kelompok

ciri-ciri yang berpautan, yaitu kemampuan umum diatas rata-rata, kreativitas dan pengikatan

terhadap tugas. Jadi memiliki salah satu kelompok ciri, misalnya inteligensi tinggi, belum

mencerminkan keberbakatan. Meskipun dua kawasan yang mendampingi kemampuan

intelektual adalah kawasan non-intelektual, namun kawasan nonintelektual ini sangat

menentukan kinerja intelektual seseorang. Teori keberbakatan Renzulli ini disebut

“Three Dimensional Model” atau “Three Ring Conception”.

 

B.   Masalah Anak Berbakat

 

Anak berbakat dengan ciri-ciri khasnya dapat menyebabkan mereka mengalami

masalah baik dengan dirinya maupun dengan dunia luar (Munandar, 1999). Ciri-ciri

mereka yang selalu mempertanyakan, bersikap kritis, bosan dengan tugas rutin serta

kemampuan untuk dapat melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda seringkali

menjadi sumber permasalahan dengan orang dewasa atau teman sebaya. Masalah juga

dapat timbul karena tidak didukung oleh lingkungan rumah atau sekolah. Lingkungan yang

membatasi tersebut (Davis & Rimm dalam Munandar, 1999) adalah lingkungan yang otoriter

atau sebaliknya yaitu permisif.

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membina anak-anak berbakat

sehubungan dengan dukungan lingkungan yang mereka perlukan (Munandar, 1999):

  1. Fleksibilitas dalam kesempatan
  1. Contoh yang positif
  1. Bimbingan dan dukungan
  1. Rasa humor
  1. Empati

 

Perlu dicatat bahwa pengukuran tersebut, baik menggunakan instrumen standar atau

hanya berdasarkan pengamatan sistematis guru bukanlah bersifat memastikan tingkat

kecerdasan atau bakat seseorang namun hanya sekedar memperkirakan (prediksi) saja,

untuk kepentingan pengembangan diri. Begitu juga kecerdasan atau bakat seseorang bukanlah

satu-satunya faktor yang menentukan tingkat keberhasilan atau kesuksesan hidup seseorang.

 

Dalam rangka Program Percepatan Belajar (ccelerated Learning), Balitbang Depdiknas

(1986) telah mengidentifikasi ciri-ciri keberbakatan peserta didik dilihat dari aspek kecerdasan,

kreativitas dan komitmen terhadap tugas, yaitu:

 

  1. Lancar berbahasa (mampu mengutarakan pikirannya);
  1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan;
  1. Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berfikir logis dan kritis
  1. Mampu belajar/bekerja secara mandiri;
  1. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa);
  1. Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya
  1. Cermat atau teliti dalam mengamati;

8.    Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah;

  1. Mempunyai minat luas;
  1. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi;
  1. Belajar dengan dan cepat;
  1. Mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat;
  1. Mampu berkonsentrasi;
  1. Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar.

 

C.    Karakteristik Anak Berbakat

Anak-anak berbakat istimewa secara alami memiliki karakteristik yang khas yang

membedakannya dengan anak-anak normal. Karakteristik ini mencakup beberapa domain

penting, termasuk di dalamnya : domain intelektual-koginitif, domain persepsi-emosi, domain

motivasi dan nilai-nilai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi sosial. Berikut disarikan

beberapa karakteristik yang paling sering diidentifikasi terdapat pada anak berbakat istimewa

pada masing-masing domain diatas. Namun demikian perlu dicatat bahwa tidak semua anak-anak

berbakat istimewa (gifted) selalu menunjukkan atau memiliki semua karakteristik yang disebutkan

di dalam daftar ini.

 

Karakteristik Kognitif Intelektual:

1. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim,

pikiran-pikiran kreatif.

2. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.

3. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.

4. Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana

dan mudah dipahami.

5. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.

6. Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.

7. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya

dengan baik.

8. Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.

9. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.

10. Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.

11. Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.

12. Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.

13. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.

14. Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.

15. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang

bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.


 

Karakteristik Persepsi/Emosi:

1. Sangat peka perasaannya.

2. Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam

menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).

3. Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang

tidak dirasakan oleh orang-orang lain).

4. Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.

5. Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).

6. Pada umumnya introvert.

7. Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.

8. Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru

9. Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.

 

Karakteristik Motifasi dan Semangat Hidup:

1. Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).

2. Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.

3. Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.

4. Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh

oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven).

5. Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.

6. Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.

7. Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap

“nyerempet-nyerempet bahaya” .

8. Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.

9. Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.

 

Karakteristik Aktifitas

1. Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal

ke hal lain tanpa terlihat lelah.

2. Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding

anak normal.

3. Sangat waspada.

4. Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan

dalam waktu yang sangat lama.

5. Tekun, gigih, pantang menyerah.

6. Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan

hal-hal baru untuk dilakukan.

7. Spontanitas yang tinggi.

 

Karakteristik Relasi Sosial

1. Umumnya senang mempertanyakan atau menggugat sesuatu yang telah mapan.

2. Sulit melakukan kompromi dengan pendapat umum.

3. Merasa diri berbeda, lebih maju dibanding orang lain, merasa sendirian dalam berpikir atau

pada saat merasakan suatu bentuk emosi.

4. Sangat mudah jatuh iba, empatik, senang membantu.

5. Lebih senang dan merasa nyaman untuk berteman atau berdiskusi dengan orang-orang

yang usianya jauh lebih tua.

 

D. Identifikasi Keberbakatan

Terlepas dari kejelasan dan kepastian yang telah diperkirakan ( 3 persen peringkat atas

dalam tes IQ merupakan sesuatu yang cukup lugas ), tes-tes IQ memiliki keterbatasan.

Pertama, tidak ada satu alat uji pun yang merupakan penebak sempurna kecerdasan.

Kita harus sangat hati-hati ketika menilai siswa yang sepantasnya dianggap berbakat

( anak-anak yang lebih muda, siswa yang berbeda budaya, siswa yang berbeda bahasa,

siswa yang kurang beruntung dalam segi ekonomi dan siswa dengan kebutuhan khusus ).

Siswa yang berbahasa minoritas, misalnya mungkin tidak mampu mengekspresikan diri

dalam bahasa inggris meskipun sangat berbakat. Oleh karena itu para peneliti saat ini

memaksa agar kehati-hatian dilakukan dalam menggunakan tes-tes standar dalam bahasa

inggris untuk mengidentifikasi siswa minoritas secara linguistic dan cultural.

 

Cara yang paling efektif dan dapat diperhitungkan untuk membantu anak-anak berbakat

adalah dengan menilai mereka secara penuh dan secara individual, dengan praktisi tes yang

dapat dipercaya, pastikan untuk memilih dan menggunakan tes yang mengurangi bias cultural

dan linguistic dan gunakan seorang mediator yang akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan

yang sensitive secara cultural.

 

Kumpulkan data dari banyak sumber ( para pengasuh dan keluarga, guru, siswa dan yang lainnya

dengan pengetahuan yang signifikan tentang siswa yang bersangkutan ) dalam cara yang berbeda-

beda ( observasi;penampilan siswa dalam bidang seni, matematika dan sejenisnya ); produk

( banyak murid berbakat menciptakan produk-produk yang bermanfaat dipasaran selama usia K-12);

portofolio; wawancara dan dalam konteks yang berbeda ( disekolah dan diluar lingkungan sekolah ).

Metode-metode lain yang umumnya digunakan termasuk laporan pribadi, autobiografi dan riwayat.

 

Tidak satu pun tes atau instrument harus digunakan untuk memasukan atau mengeluarkan anak

dari layanan pendidikan anak berbakat. Wawancara-wawancara sering dijadwalkan sebagai bagian

dari proses identifikasi atau seleksi untuk menentukan kebugaran umum seorang calon peserta

sebuah program dan memberikan informasi untuk perencanaan intruksional, orang tua juga dapat

membantu. Mereka dapat melihat adanya bakat bila terjadi perkembangan yang cepat pada diri

anak mereka melebihi batas perkembangan normal pada usia 3 sampai 4 tahun. Meskipun semua

prosedur

 

yang bervariasi ini dapat menghabiskan banyak waktu, mereka paling tidak dapat memberikan

dasar yang lebih kuat untuk membuat keputusan. Identifikasi awal dari perkembangan yang pesat

sama pentingnya dengan identifikasi awal dari hal-hal luar biasanya lainnya. Sama halnya dengan

kecenderungan untuk mengoptimalkan hasil-hasil bila mengidentifikasi adanya gangguan spectrum

autististik pada seorang anak usia satu tahun dan memulai intervensi yang besar sebelum mulai

masuk sekolah, kita dapat mempromosikan perkembangan optimal dalam diri anak berbakat bila

kita mengenali polanya secara sendiri.

 

Salah satu dari beberapa cara yang lebih praktis untuk mengidentifikasi orang-orang yang berbakat

berasal dari tim Joseph Renzuli, direktur National Research Center On The Gifted and Talented dam

Sally Reis, mantan presiden National Assocaition for Gigted Children dan pengarang banyak buku

tentang orang orang berbakat. Konsep lingkar tiga dari keberbakatan mereka menyatakan bahwa

diperlukan (1) kemampuan diatas rata-rata ( tidak  mengejutkan ), (2) kreatifitas ( cara-cara baru untuk

melihat sesuatu) dan (3) komitmen tugas ( bahan esensial bagi dunia nyata ) untuk mengekspresikan

kualitas-kualitas dari bakat, kita semua mengetahui anak-anak yang sepertinya sangat pintar,

tetapi hampir tidak bisa membuat diri  mereka  mampu  melakukan  apapun.  Kita  mengetahui 

mereka  yang cerdas   kalkulator   “   tetapi   tidak   kreatif.    Model   lingkar tiga   Renzulli

 

 

   
     

menunjukan bahwa seseorang harus memiliki ketiga elemen tersebut atau tidak dianggap

berbakat sama sekali

 

E.   Jenis-Jenis Layanan Bagi Anak Berbakat

 

Beberapa  komponen  yang  perlu  diperhatikan  dalam  member  layanan

kepada anak berbakat adalah:

 

1. Komponen sebagai Persiapan Penentuan Jenis Layanan

Sebelum menentukan jenis layanan pendidikan bagi anak berbakat, ada beberapa

hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Pengidentifikasian anak berbakat

Mengidentifikasi anak berbakat bukanlah hal yang mudah. Oleh karena banyak anak-anak

berbakat di sekolah tidak menampakkan bakat mereka dan tidak dipupuk. Langkah pertama

dalam pengenalan anak berbakat adalah menentukan alasan atau sebab untuk mencari mereka.

Jika kita memilih kelompok matematika maka pendekatan akan berlainan kalau kita mencari

siswa yang mempunyai keterampilan menulis kreatif dan untuk kemampuan seni pementasan,

kepemimpinan, dan lain-lain.

Alat-alat yang digunakan dalam identifikasi berfokus pada Kirk (1986) kelancaran (kemampuan

untuk memberi jawaban bagi pertanyaan yang diberikan), kelenturan (kemampuan untuk memberikan

berbagai macam jawaban atau beralih dari satu macam respon ke respon yang lain), dan kemurnian

(kemampuan untuk memberikan respon yang unik dan layak).

 

b. Tujuan umum pendidikan anak berbakat

Tujuan program pendidikan anak berbakat adalah adalah:

1) Anak-anak berbakat harus menguasai system konseptual yang penting ada pada tingkat

kemampuan mereka dalam berbagai bidang mata pelajaran

2) Anak-anak berbakat harus mengembangkan keterampilan dan strategi yang memungkinkan

mereka menjadi mandiri, kreatif dan memenuhi kebutuhan dirinya

3) Anak-anak berbakat harus mengembangkan suatu kesenangan dan kegairahan tentang

belajar yang akan membawa mereka melalui kerja keras dan kerutinan yang merupakan bagian

proses yang tidak dapat dihindarkan., Kirk (IG.A.K.Wardani, dkk.,:3.16)

 

2. Komponen sebagai Alternatif Implementasi Jenis Layanan

a.    Ciri khas layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat

1. Adaptasi lingkungan belajar

Hampir semua usaha mengadaptasi lingkungan belajar dirancang untuk membawa

anak-anak berbakat bersama-sama dengan teman seusianya dalam jangka waktu tertentu.

Gallagher,dkk (IG.A.K.Wardani, dkk.,:3.17) mengemukakan beberapa cara berikut:

a. Kelas pengayaan, guru kelas melaksanakan suatu program tanpa bantuan petugas dari luar.

b. Guru konsultan, pelaksanaan program pengajaran dalam kelas biasa dengan bantuan

konsultan khusus yang terlatih.

c. Ruangan sumbner belajar, siswa berbakat meninggalkan ruang kelas biasa ke ruangan

sumber untuk menerima pengajaran dari guru yang terlatih.

d. Studi mandiri, siswa memilih proyek-proyek dan mengerjakannya di bawah

pengawasan seorang guru yang berwenang.

e. Kelas khususu, siswa berbakat dikelompokkan bersama-sama di sekolah dan

diajar oleh guru yang dilatih khusus.

Sekolah khusus, siswa berbakat menerima pengajaran di sekolah khusus dengan staf guru

yang dilatih secara khusus.

2. Adaptasi Program

Adaptasi program dilakukan dalam beberapa cara, diantaranya sebagai berikut:

 

a. Melalui percepatan/akselerasi,

b. Melalui pengayaan

c. Pencagihan materi pelajaran

d. Pembaruan

e. Modifikasi kurikulum

f. Strategi pembelajaran

 

Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat sangat mendorong

anak tersebut untuk berprestasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan

strategi pem,belajaran adalah:

1. Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas

yang lebih sesuai dengan kemampuannya yang lebih tinggi dari anak normal.

2. Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja mengembangkan kecerdasan intelektual semata,

tetapi pengembangan kecerdasan emosional juga patut mendapat perhatian.

3. Pembelajaran anak berbakat berorientasi pada modifikasi proses, isi/content, dan produk.

 

B.   Cara Belajar dan Bergaul Anak Berbakat

 

Cara belajar anak berbakat tersebut berbeda dengan anak normal lainnya. Anak tersebut

cenderung lebih semangat belajar dan memiliki kemandirian belajar. Selain itu anak tersebut

aktif mengikuti bimbingan belajar di luar waktu sekolah, seperti les sempoa sejak TK serta bimbel.

 

Sedangkan cara bergaulnya sama seperti anak normal lainnya, dia mudah bergaul dan mudah

menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

 

C.  Cara Guru Menangani Anak Berbakat

 

Dalam menangani anak berbakat tersebut, guru wali kelas memberikan pelatihan yang lebih.

Salah satunya yaitu memberikan waktu belajar 1-2 jam di sekolah, selain itu anak berbakat

tersebut sering dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu sering membantu guru wali kelas

untuk membimbing teman-teman sebayanya yang mengalami kesulitan bellajar.

 

D.  Respon Sekolah Terhadap Anak berbakat

 

Respon pihak sekolah kepada anak berbakat sangat positif. Meskipun tidak menyediakan

program dan ruangan khusus, tetapi pihak sekolah selalu melibatkan anak berbakat dalam berbagai

olimpiade pada bidangnya. Pihak sekolah juga selalu melakukan tes rutin untuk mengetahui siswa-

siswa berbakat disekolahnya, tes rutin tersebut dilakukan pada awal semester 2 berupa tes tulis dan

tes lisan. Dan bimbingan yang dilakukan pihak sekolah dilakukan secara terus menerus selama

menjadi siswa sekolah tersebut.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet