Kelompok 10 Pendidikan Anak Berbakat
BABK kel 5 - 11ABSTRAK
Bimbingan terhadap anak berkebutuhan khusus sangat penting, begitu pula menyangkut
tentang anak yang berbakat. Penelitian dilakukan di salah satu sekolah dasar di sumedang
yaitu SD Negeri Pakuwon I dengan narasumber salah satu siswa berbakat dan guru
SD tersebut. Penelitian yang dilakukan bertujuan agar dapat mengetahui karakteristik
anak berbakat dan cara menanganinya. Sehingga ketika kita bertemu dengan siswa
berbakat pada saat kita mengajar di SD kita dapat mengatasinya.
Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan mewawancarai salah satu siswa yang
berbakat dan salah satu guru di SD Negeri Pakuwon I. sehingga dari hasil wawancara itu
didapat cirri-ciri maupun karakteristik siswa yang berbakat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap anak memiliki bakat kreatif yang berbeda-beda baik dalam jenis maupun dalam
derajat dimilikinya bakat itu. Jika bakat anak tersebut tidak selalu diasah dan dikembangkan
maka bakat yang anak tersebut miliki akan tidak berkembang atau bahkan bakat tersebut
tidak akan diketahui.
Kemampuan dan prestasi seseorang merupakan hasil perpaduan antara faktor pembawaan
dan faktor lingkungan. Tugas pendidik (orangtua dan guru) ialah mengusahakan suatu
lingkungan yang memungkinkan anak mengembangkan bakat-bakat tersebut secara optimal.
Meskipun dalam Undang-undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal
8 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa:
(1) Warga negara yang memiliki kelainan fisik atau mental berhak memperoleh
pendidikan luar biasa.
(2) Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak
memperoleh perhatian khusus.
Namun kenyataannya anak yang berbakat cenderung diperlakukan seperti anak normal biasanya.
Dengan adanya kecenderungan tersebut maka perlu adanya pembelajaran mengenai
pendidikan anak berbakat bagi mahasiswa calon guru sekolah dasar, agar kita dapat
menangani siswa berbakat dan mengembangkan potensi yang ada pada anak berbakat tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Keberbakatan
Layanan pendidikan bagi anak berbakat telah mendapat tempat di dalam sistem pendidikan
nasional. Undang-undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 8 ayat (1) dan
(2) menyatakan bahwa:
1. Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh
pendidikan luar biasa.
2. Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak
memperoleh perhatian khusus.
Landasan hukum akan perlunya pemberian perhatian khusus kepada peserta
didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (berbakat) memperkuat
asumsi bahwa kelompok peserta didik tersebut memiliki kebutuhan dan karakteristik
yang berbeda dari peserta didik yang berkemampuan dan memiliki kecerdasan normal.
Menurut Depdiknas (2003) anak berbakat adalah mereka yang oleh psikolog dan/atau
guru diindentifikasi sebagai peserta didik yang telah mencapai prestasi memuaskan, dan
memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas, kreativitas yang
memadai, dan keterikatan terhadap tugas yang baik.
Menurut USOE (United States Office of Education), anak berbakat adalah anak-anak
yang dapat membuktikan kemampuan berprestasinya yang tinggi dalam bidang-bidang seperti
intelektual, kreatif, artistik, kapasitas kepemimpinan atau akademik spesifik, dan mereka yang
membutuhkan pelayanan atau aktivitas yang tidak sama dengan yang disediakan di sekolah
sehubungan dengan penemuan kemampuan-kemampuannya.
Secara konvensional, anak berbakat adalah mereka yang tingkat intelegensinya jauh di atas
rata-rata anggota kelompoknya, yaitu IQ=120 ke atas. Mereka mencakup sekitar 5 persen
dari seluruh populasi anak-anak yang relative sama usianya.
Anak-anak berbakat memiliki karakteristik belajar yang istimewa, sehingga mereka dianggap
memiliki kebutuhan belajar yang berbeda dengan anak-anak normal. Apabila kebutuhan belajar
mereka terpenuhi, maka potensinya diharapkan akan dapat diwujudkan secara optimal.
Sebaliknya apabila kebutuhan belajar mereka tidak dapat dipenuhi, maka dapat terjadi
gejala kurang berprestasi (underachievement). Studi Moh Surya (1979) mengungkapkan
bahwa sekitar 30 persen siswa yang termasuk berintelegensi menonjol justru berprestasi
kurang. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor non-intelektual, termasuk faktor lingkungan
dan kepribadian para siswa yang kurang kondusif untuk mencapai prestasi yang seharusnya.
Berdasarkan kenyataan inilah, muncul gagasan mengenai pentingnya anak-anak berbakat
mendapat “perhatian khusus” dalam pendidikannya.
Menurut Renzulli keberbakatan mencakup tiga dimensi yang saling berkaitan, yaitu
kecakapan diatas rata-rata, kreativitas dan komitment pada tugas. Renzulli
meyakini bila faktor-faktor ini menyatu dalam diri individu, hasilnya adalah orang yang
benar-benar berbakat dalam kinerja yang luar biasa dan sumbangan sangat besar pada
masyarakat. Risetnya menunjukan bahwa secara konsisten orang-orang yang mendapat
pengakuan karena prestasi dan kontribusi kreatif mereka yang unik, memiliki tiga kelompok
ciri-ciri yang berpautan, yaitu kemampuan umum diatas rata-rata, kreativitas dan pengikatan
terhadap tugas. Jadi memiliki salah satu kelompok ciri, misalnya inteligensi tinggi, belum
mencerminkan keberbakatan. Meskipun dua kawasan yang mendampingi kemampuan
intelektual adalah kawasan non-intelektual, namun kawasan nonintelektual ini sangat
menentukan kinerja intelektual seseorang. Teori keberbakatan Renzulli ini disebut
“Three Dimensional Model” atau “Three Ring Conception”.
B. Masalah Anak Berbakat
Anak berbakat dengan ciri-ciri khasnya dapat menyebabkan mereka mengalami
masalah baik dengan dirinya maupun dengan dunia luar (Munandar, 1999). Ciri-ciri
mereka yang selalu mempertanyakan, bersikap kritis, bosan dengan tugas rutin serta
kemampuan untuk dapat melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda seringkali
menjadi sumber permasalahan dengan orang dewasa atau teman sebaya. Masalah juga
dapat timbul karena tidak didukung oleh lingkungan rumah atau sekolah. Lingkungan yang
membatasi tersebut (Davis & Rimm dalam Munandar, 1999) adalah lingkungan yang otoriter
atau sebaliknya yaitu permisif.
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membina anak-anak berbakat
sehubungan dengan dukungan lingkungan yang mereka perlukan (Munandar, 1999):
- Fleksibilitas dalam kesempatan
- Contoh yang positif
- Bimbingan dan dukungan
- Rasa humor
- Empati
Perlu dicatat bahwa pengukuran tersebut, baik menggunakan instrumen standar atau
hanya berdasarkan pengamatan sistematis guru bukanlah bersifat memastikan tingkat
kecerdasan atau bakat seseorang namun hanya sekedar memperkirakan (prediksi) saja,
untuk kepentingan pengembangan diri. Begitu juga kecerdasan atau bakat seseorang bukanlah
satu-satunya faktor yang menentukan tingkat keberhasilan atau kesuksesan hidup seseorang.
Dalam rangka Program Percepatan Belajar (ccelerated Learning), Balitbang Depdiknas
(1986) telah mengidentifikasi ciri-ciri keberbakatan peserta didik dilihat dari aspek kecerdasan,
kreativitas dan komitmen terhadap tugas, yaitu:
- Lancar berbahasa (mampu mengutarakan pikirannya);
- Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan;
- Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berfikir logis dan kritis
- Mampu belajar/bekerja secara mandiri;
- Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa);
- Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya
- Cermat atau teliti dalam mengamati;
8. Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah;
- Mempunyai minat luas;
- Mempunyai daya imajinasi yang tinggi;
- Belajar dengan dan cepat;
- Mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat;
- Mampu berkonsentrasi;
- Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar.
C. Karakteristik Anak Berbakat
Anak-anak berbakat istimewa secara alami memiliki karakteristik yang khas yang
membedakannya dengan anak-anak normal. Karakteristik ini mencakup beberapa domain
penting, termasuk di dalamnya : domain intelektual-koginitif, domain persepsi-emosi, domain
motivasi dan nilai-nilai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi sosial. Berikut disarikan
beberapa karakteristik yang paling sering diidentifikasi terdapat pada anak berbakat istimewa
pada masing-masing domain diatas. Namun demikian perlu dicatat bahwa tidak semua anak-anak
berbakat istimewa (gifted) selalu menunjukkan atau memiliki semua karakteristik yang disebutkan
di dalam daftar ini.
Karakteristik Kognitif Intelektual:
1. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim,
pikiran-pikiran kreatif.
2. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.
3. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
4. Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana
dan mudah dipahami.
5. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
6. Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.
7. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya
dengan baik.
8. Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.
9. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.
10. Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.
11. Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.
12. Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.
13. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
14. Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
15. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang
bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.
Karakteristik Persepsi/Emosi:
1. Sangat peka perasaannya.
2. Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam
menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).
3. Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang
tidak dirasakan oleh orang-orang lain).
4. Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.
5. Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).
6. Pada umumnya introvert.
7. Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.
8. Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru
9. Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.
Karakteristik Motifasi dan Semangat Hidup:
1. Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
2. Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.
3. Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
4. Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh
oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven).
5. Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.
6. Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.
7. Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap
“nyerempet-nyerempet bahaya” .
8. Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.
9. Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.
Karakteristik Aktifitas
1. Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal
ke hal lain tanpa terlihat lelah.
2. Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding
anak normal.
3. Sangat waspada.
4. Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan
dalam waktu yang sangat lama.
5. Tekun, gigih, pantang menyerah.
6. Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan
hal-hal baru untuk dilakukan.
7. Spontanitas yang tinggi.
Karakteristik Relasi Sosial
1. Umumnya senang mempertanyakan atau menggugat sesuatu yang telah mapan.
2. Sulit melakukan kompromi dengan pendapat umum.
3. Merasa diri berbeda, lebih maju dibanding orang lain, merasa sendirian dalam berpikir atau
pada saat merasakan suatu bentuk emosi.
4. Sangat mudah jatuh iba, empatik, senang membantu.
5. Lebih senang dan merasa nyaman untuk berteman atau berdiskusi dengan orang-orang
yang usianya jauh lebih tua.
D. Identifikasi Keberbakatan
Terlepas dari kejelasan dan kepastian yang telah diperkirakan ( 3 persen peringkat atas
dalam tes IQ merupakan sesuatu yang cukup lugas ), tes-tes IQ memiliki keterbatasan.
Pertama, tidak ada satu alat uji pun yang merupakan penebak sempurna kecerdasan.
Kita harus sangat hati-hati ketika menilai siswa yang sepantasnya dianggap berbakat
( anak-anak yang lebih muda, siswa yang berbeda budaya, siswa yang berbeda bahasa,
siswa yang kurang beruntung dalam segi ekonomi dan siswa dengan kebutuhan khusus ).
Siswa yang berbahasa minoritas, misalnya mungkin tidak mampu mengekspresikan diri
dalam bahasa inggris meskipun sangat berbakat. Oleh karena itu para peneliti saat ini
memaksa agar kehati-hatian dilakukan dalam menggunakan tes-tes standar dalam bahasa
inggris untuk mengidentifikasi siswa minoritas secara linguistic dan cultural.
Cara yang paling efektif dan dapat diperhitungkan untuk membantu anak-anak berbakat
adalah dengan menilai mereka secara penuh dan secara individual, dengan praktisi tes yang
dapat dipercaya, pastikan untuk memilih dan menggunakan tes yang mengurangi bias cultural
dan linguistic dan gunakan seorang mediator yang akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan
yang sensitive secara cultural.
Kumpulkan data dari banyak sumber ( para pengasuh dan keluarga, guru, siswa dan yang lainnya
dengan pengetahuan yang signifikan tentang siswa yang bersangkutan ) dalam cara yang berbeda-
beda ( observasi;penampilan siswa dalam bidang seni, matematika dan sejenisnya ); produk
( banyak murid berbakat menciptakan produk-produk yang bermanfaat dipasaran selama usia K-12);
portofolio; wawancara dan dalam konteks yang berbeda ( disekolah dan diluar lingkungan sekolah ).
Metode-metode lain yang umumnya digunakan termasuk laporan pribadi, autobiografi dan riwayat.
Tidak satu pun tes atau instrument harus digunakan untuk memasukan atau mengeluarkan anak
dari layanan pendidikan anak berbakat. Wawancara-wawancara sering dijadwalkan sebagai bagian
dari proses identifikasi atau seleksi untuk menentukan kebugaran umum seorang calon peserta
sebuah program dan memberikan informasi untuk perencanaan intruksional, orang tua juga dapat
membantu. Mereka dapat melihat adanya bakat bila terjadi perkembangan yang cepat pada diri
anak mereka melebihi batas perkembangan normal pada usia 3 sampai 4 tahun. Meskipun semua
prosedur
yang bervariasi ini dapat menghabiskan banyak waktu, mereka paling tidak dapat memberikan
dasar yang lebih kuat untuk membuat keputusan. Identifikasi awal dari perkembangan yang pesat
sama pentingnya dengan identifikasi awal dari hal-hal luar biasanya lainnya. Sama halnya dengan
kecenderungan untuk mengoptimalkan hasil-hasil bila mengidentifikasi adanya gangguan spectrum
autististik pada seorang anak usia satu tahun dan memulai intervensi yang besar sebelum mulai
masuk sekolah, kita dapat mempromosikan perkembangan optimal dalam diri anak berbakat bila
kita mengenali polanya secara sendiri.
Salah satu dari beberapa cara yang lebih praktis untuk mengidentifikasi orang-orang yang berbakat
berasal dari tim Joseph Renzuli, direktur National Research Center On The Gifted and Talented dam
Sally Reis, mantan presiden National Assocaition for Gigted Children dan pengarang banyak buku
tentang orang orang berbakat. Konsep lingkar tiga dari keberbakatan mereka menyatakan bahwa
diperlukan (1) kemampuan diatas rata-rata ( tidak mengejutkan ), (2) kreatifitas ( cara-cara baru untuk
melihat sesuatu) dan (3) komitmen tugas ( bahan esensial bagi dunia nyata ) untuk mengekspresikan
kualitas-kualitas dari bakat, kita semua mengetahui anak-anak yang sepertinya sangat pintar,
tetapi hampir tidak bisa membuat diri mereka mampu melakukan apapun. Kita mengetahui
mereka yang cerdas kalkulator “ tetapi tidak kreatif. Model lingkar tiga Renzulli
|
|
|
menunjukan bahwa seseorang harus memiliki ketiga elemen tersebut atau tidak dianggap
berbakat sama sekali
E. Jenis-Jenis Layanan Bagi Anak Berbakat
Beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam member layanan
kepada anak berbakat adalah:
1. Komponen sebagai Persiapan Penentuan Jenis Layanan
Sebelum menentukan jenis layanan pendidikan bagi anak berbakat, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Pengidentifikasian anak berbakat
Mengidentifikasi anak berbakat bukanlah hal yang mudah. Oleh karena banyak anak-anak
berbakat di sekolah tidak menampakkan bakat mereka dan tidak dipupuk. Langkah pertama
dalam pengenalan anak berbakat adalah menentukan alasan atau sebab untuk mencari mereka.
Jika kita memilih kelompok matematika maka pendekatan akan berlainan kalau kita mencari
siswa yang mempunyai keterampilan menulis kreatif dan untuk kemampuan seni pementasan,
kepemimpinan, dan lain-lain.
Alat-alat yang digunakan dalam identifikasi berfokus pada Kirk (1986) kelancaran (kemampuan
untuk memberi jawaban bagi pertanyaan yang diberikan), kelenturan (kemampuan untuk memberikan
berbagai macam jawaban atau beralih dari satu macam respon ke respon yang lain), dan kemurnian
(kemampuan untuk memberikan respon yang unik dan layak).
b. Tujuan umum pendidikan anak berbakat
Tujuan program pendidikan anak berbakat adalah adalah:
1) Anak-anak berbakat harus menguasai system konseptual yang penting ada pada tingkat
kemampuan mereka dalam berbagai bidang mata pelajaran
2) Anak-anak berbakat harus mengembangkan keterampilan dan strategi yang memungkinkan
mereka menjadi mandiri, kreatif dan memenuhi kebutuhan dirinya
3) Anak-anak berbakat harus mengembangkan suatu kesenangan dan kegairahan tentang
belajar yang akan membawa mereka melalui kerja keras dan kerutinan yang merupakan bagian
proses yang tidak dapat dihindarkan., Kirk (IG.A.K.Wardani, dkk.,:3.16)
2. Komponen sebagai Alternatif Implementasi Jenis Layanan
a. Ciri khas layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat
1. Adaptasi lingkungan belajar
Hampir semua usaha mengadaptasi lingkungan belajar dirancang untuk membawa
anak-anak berbakat bersama-sama dengan teman seusianya dalam jangka waktu tertentu.
Gallagher,dkk (IG.A.K.Wardani, dkk.,:3.17) mengemukakan beberapa cara berikut:
a. Kelas pengayaan, guru kelas melaksanakan suatu program tanpa bantuan petugas dari luar.
b. Guru konsultan, pelaksanaan program pengajaran dalam kelas biasa dengan bantuan
konsultan khusus yang terlatih.
c. Ruangan sumbner belajar, siswa berbakat meninggalkan ruang kelas biasa ke ruangan
sumber untuk menerima pengajaran dari guru yang terlatih.
d. Studi mandiri, siswa memilih proyek-proyek dan mengerjakannya di bawah
pengawasan seorang guru yang berwenang.
e. Kelas khususu, siswa berbakat dikelompokkan bersama-sama di sekolah dan
diajar oleh guru yang dilatih khusus.
Sekolah khusus, siswa berbakat menerima pengajaran di sekolah khusus dengan staf guru
yang dilatih secara khusus.
2. Adaptasi Program
Adaptasi program dilakukan dalam beberapa cara, diantaranya sebagai berikut:
a. Melalui percepatan/akselerasi,
b. Melalui pengayaan
c. Pencagihan materi pelajaran
d. Pembaruan
e. Modifikasi kurikulum
f. Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat sangat mendorong
anak tersebut untuk berprestasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan
strategi pem,belajaran adalah:
1. Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas
yang lebih sesuai dengan kemampuannya yang lebih tinggi dari anak normal.
2. Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja mengembangkan kecerdasan intelektual semata,
tetapi pengembangan kecerdasan emosional juga patut mendapat perhatian.
3. Pembelajaran anak berbakat berorientasi pada modifikasi proses, isi/content, dan produk.
B. Cara Belajar dan Bergaul Anak Berbakat
Cara belajar anak berbakat tersebut berbeda dengan anak normal lainnya. Anak tersebut
cenderung lebih semangat belajar dan memiliki kemandirian belajar. Selain itu anak tersebut
aktif mengikuti bimbingan belajar di luar waktu sekolah, seperti les sempoa sejak TK serta bimbel.
Sedangkan cara bergaulnya sama seperti anak normal lainnya, dia mudah bergaul dan mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
C. Cara Guru Menangani Anak Berbakat
Dalam menangani anak berbakat tersebut, guru wali kelas memberikan pelatihan yang lebih.
Salah satunya yaitu memberikan waktu belajar 1-2 jam di sekolah, selain itu anak berbakat
tersebut sering dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu sering membantu guru wali kelas
untuk membimbing teman-teman sebayanya yang mengalami kesulitan bellajar.
D. Respon Sekolah Terhadap Anak berbakat
Respon pihak sekolah kepada anak berbakat sangat positif. Meskipun tidak menyediakan
program dan ruangan khusus, tetapi pihak sekolah selalu melibatkan anak berbakat dalam berbagai
olimpiade pada bidangnya. Pihak sekolah juga selalu melakukan tes rutin untuk mengetahui siswa-
siswa berbakat disekolahnya, tes rutin tersebut dilakukan pada awal semester 2 berupa tes tulis dan
tes lisan. Dan bimbingan yang dilakukan pihak sekolah dilakukan secara terus menerus selama
menjadi siswa sekolah tersebut.
Comments