Jealousy
Description
Wedding, death, victim, blood, sniper, backward plot; a bahasa indonesia fanfiction about SkyDragon.
Foreword
April 20th 2012, 09:00 am
Pekikan wanita paruh baya terdengar menggelegar dari sebuah kamar bernuansa kontemporer. Manik matanya berakomodasi penuh, sepasang telapak tangan menutup bibir merah marunnya, dan tubuh yang sudah tak lagi muda itu bergetar hebat. Atensinya terpusat pada pasangan pengantin baru yang baru saja melaksanakan upacara sakral kemarin sore. Tuksedo dan gaun berwarna seputih salju yang mereka kenakan kini terkontaminasi oleh sesuatu berwarna merah pekat yang telah mengering. Cairan itu juga menggenangi pembungkus tempat tidur yang bertabur berbagai jenis kelopak bunga, seolah menyambut kematian keduanya.
Bau anyir merasuki penciuman beberapa orang yang tergopoh-gopoh karena berlari menuju ruangan tragis itu. Reaksi yang didapat tak berbeda dengan orang sebelumnya. Bola mata hitam mereka membulat, seakan tak percaya atas apa yang membias di retinanya. Sunyi menghinggap beberapa saat. Masing-masing sibuk berkelana dengan alam pikirnya, memproses kejadian di hadapan mereka; apakah fakta atau imajiner, realita ataukah mimpi.
Lamunan itu buyar kala wanita paruh baya—yang diketahui adalah orang tua pengantin pria—jatuh tak sadarkan diri. Yang lelaki berinisiatif menolong, sedangkan para wanita sibuk menanggis ria, menumpahkan kesediah yang merong-rong rongga hati mereka.
Salah seorang keluarga menggeluarkan ponsel flip-flop-nya, mencoba menghubungi kepolisian terdekat. Tiga kali bunyi ‘tut’ dan suara berat seorang pria terdengar mengiringi suara kresek singkat tanda telepon diangkat. Penjelasan singkat penelpon dan nada bicaranya yang terkesan cemas membuat polisi penerima langsung mengiyakan dan bergegas menghidupkan mobil dinasnya ke tempat perkara bersama beberapa rekan kerja.
Tak sampai sepuluh menit, kumpulan pria berseragam polisi dengan sepatu pantofel khas melangkah memasuki kamar berdarah itu. Salah duanya mendekat, memeriksa singkat dua tubuh yang terbujur tak berdaya sebelum dibawa ke rumah sakit untuk diotopsi. Wajah berwibawa salah satunya mengkerut ketika menemukan tiga buah lubang di masing-masing tubuh korban. Ia mengalihkan pandangan menelusuri seisi ruangan. Dan bingo! Retinanya menangkap sepasang jendela yang terbuka lebar. Memghela napas, pria setengah abad itu berucap—
“—Korban mati tertembak. Diduga peluru meluncur melalui jendela yang terbuka di sana.’
Menarik napas, ia kembali mengeluarkan terwangan—
“—Dan kurasa motif dibalik pembunuhan ini adalah kecemburuan, mengingat keduanya baru saja menikah.”
Aa, anda cerdas sekali, Pak polisi.
Comments