Chapter 7

Bad Liar
Please log in to read the full chapter

“Selamat datang,” sambut seorang gadis sekolah menengah atas yang sedang bekerja paruh waktu di sebuah café.

“Apa anda sudah siap memesan?” Irene menunjuk, beberap menu roti dan minuman yang disajikan di cafe itu.

“Pesanan anda akan segera kami amtar.” Ujarnya lagi.

Irene duduk di dalam café itu sediri, ia mengeluarkan buku yang baru saja ia beli. Ia menghabiskan weekend nya dengan ke toko buku dan menuju sebuah café. Dengan begitu, ia seperti menghabiskan waktu bersama Wendy, karena gadis itu cukup senang menghabiskan waktu di toko buku dan setelah itu, mereka akan ke café hanya sekedar untuk minum coffee atau minuman ringan lainnya.

Seorang pelayan membawa pesanan Irene dan meletakkan pesanan itu dengan baik di atas mejanya. Roti yang disajikan itu menarik perhatiannya, ia cicipi sedikit roti itu dan meminum, minuman yang ia pesan.

Kenapa rasanya seperti buatan Wendy? Ia putuskan untuk menanyakan kepada salah satu pelayan di sana, siapa pemilik atau pembuat roti-roti ini. Dan pelayan itu menyebutkan nama seseorang yang memang sangat ia rindukan. Ia memohon kepada pelayan itu, meminta izin untuk bertemu dengan Wendy. Dan memang pelayan di sana juga cukup dekat dengan atasan mereka, dan hubungan mereka sudah seperti saudara.

“Miss Wendy, ada yang ingin bertemu dengan anda.” Ujar pelayan itu saat mengetuk pintu ruangan Wendy.

“Irene?” Wendy cukup terkejut dengan sosok wanita cantik di hadapannya.

“Silahkan duduk Irene.” Ujar Wendy.

“apa kabar Wendy?” hanya itu yang dipikirkan Irene saat ini, setelah hampir 3 tahun ia tidak bertemu dengan Wendy.

“Aku baik-baik saja Irene.” Keduanya berada dalam situasi yang cukup canggung.

“Aku … memesan beberapa roti, dan saat aku memakannya, aku yakin roti-roti itu adalah buatan mu. Kau sering membuatkannya untukku.”

“Aku senang kau menyukainya Irene.” Wendy berusaha tersenyum pada Irene. Tak lama, seorang gadis yang terlihat lebih muda masuk keruang itu.

“Unnie,” ujar gadis itu sambil mengecup pipi Wendy.

“Winter, unnie sedang ada tamu.” Wendy dan Winter mengarah kepada Irene yang cukup terkejut.

“Aku Winter, dan anda?”

“Aku Irene, teman lama Wendy.”

“Unnie, kau tidak lupa janjimu kan?” Wendy melihat jam tangannya, ia memegang dahinya tanda kalau ia lupa.

“Maaf Irene, aku dan Winter harus pergi saat ini.”

“Ya maaf nona Irene, kami harus melakukan double date sore ini.”

“Ah, tidak apa-apa, saya yang mengganggu waktu kalian.”

“Maafkan aku Irene, mungkin kita bisa ngobrol lebih banyak di lain waktu.”

 

“Akhirnya kalian sampai juga.” Ujar Karina pada Wendy dan Winter yang tiba di taman bermain yang tak jauh dari café milik Wendy.

“Maaf ya sayang, ini nih, Wendy unnie lupa kalau kita punya janji, habis kedatangan costumer cantik.”

“Maaf ya Karina undah nunggu.”

“Ngak apa-apa kok unnie. Lagian kalau unnie ngak jadi ikut, siapa yang bayarin kencan aku sama Winter. Pacar aku kan ngak ada uangnya.”

“Yaa Karina, aku juga kerja tapi gaji ku juga udah habis. Nih salahin Wendy unnie, kok aku di kasih gajinya kecil.”

“Kalau kerja makanya yang benar, jangan ngebucin terus.”

“Dengerin tuh kakak kamu.”

“Kok kamu belain Wendy unnie sih sayang.” Karina yang masih betah menggoda Winter segera menggandeng tangan Wendy.

“Yaa Karina, pacar aku kan kamu, bukan Wendy unnie.” Wendy tertawa melihat kelakuan kedua anak itu. Wendy mengadopsi Winter dari panti asuhan karena saat Wendy melihatnya, Wendy merasa Winter memiliki nasib yang sama dengannya. Hari itu Wendy melihat Winter yang duduk seorang diri sambil melihat senja dambil menitikkan air mata, tidak ada satu orang pun yang berada di dekatnya. Dan Wendy tahu, anak itu pasti sedang kesepian saat ini. Ia beruntung dulu memiliki Seulgi dan Sooyoung di sampingnya, namun Winter tidak ada satu orang pun di sampingnya.

Winter selalu mengatakan jika Wendy selalu melakukan double date, pada siapa saja yang mencoba mendekati Wendy. Karena ia tahu Wendy tidak siap dengan sebuah hubungan. Ia mengetahui betapa traumanya Wendy pada sebuah hubungan. Namun dengan ia mengencani Karina, ia ingin membuktikan pada Wendy, bahwa jatuh cinta tidak semengerikan itu. Wendy tahu niat baik Winter, namun tetap saja ia akan lebih berhati-hati untuk membuka hatinya lagi.

 

“Kau lihat wanita yang di sana,” ujar Yeri pada Winter.

Please log in to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
envyou2908
#1
Chapter 7: Happy ending,, tq thor🥺🥺🥺🥺