Chapter 1

I Choose You
Please log in to read the full chapter

“Oennie” Wendy dengan bersemangat menuju kelas kakaknya. Namun ia tertegun saat melihat seorang gadis yang duduk di samping kakaknya. Ia langsung tak memperdulikan kakanya dan langsung ke kursi gadis itu.

“Aku Wendy dan kau?”

“Irene,” jawab gadis itu seadanya.

“Wah kau cantik sekali,” ujarnya lagi dengan masih mengagumi kecantikan Irene.

“Yah… Wendy, kau melupakan kakakmu?”

“Oh, iya,” Wendy tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Maafkan adikku Irene,”

“Tidak apa-apa.” Irene hanya melanjutkan mengeluarkan buku yang akan mereka pelajari.

Wendy tiba-tiba duduk di pangkuan Mia dan langsung melingkarkan tangannya di leher sang kakak.

“Ah, aku tak percaya aku satu sekolah dengan oennie, dan dengan kondisi oennie yang jauh lebih baik.” Mia hanya tersenyum dan mengecup pipi Wendy yang gadis itu sodorkan padanya.

“Yahh, kau tidak malu bersikap manja seperti ini padaku. Apa kau tidak takut kalau Irene ill feel padamu.” Bisik Mia di telinga Wendy.

“Oennie,” Wendy yang sambil cemberut bangun dari pangkuan Mia.

“Aku pergi ke kelas ku ya,” Mia mengangguk sambil tersenyum pada adiknya.

“Bye Irene.” Sapa Wendy pada Irene lagi sambil mengedipkan matanya.

“Aku benar-benar minta maaf Irene,” Irene kembali tersenyum.

Amelia dan Wendy Son, adalah kakak beradik tiri, mereka memiliki ayah yang sama namun ibu mereka berbeda. Di saat Amelia berusia 12 tahun ia harus kehilangan ibunya karena sakit kanker yang diderita Julia. Belum selesai kesedihan yang dialami Amelia, ia harus menerima kenyataan bahwa ayahnya memiliki hubungan dengan wanita lain selama ini yaitu wanita bernama Hanna. Dan mereka juga sudah memiliki anak prempuan yang bernama Wendy. Amelia yang tak bisa melakukan apapun hanya bisa menerima kehadiran Hanna dan Wendy dalam kehidupannya. Hanna adalah seorang dokter. Hampir setiap hari wanita itu sibuk dengan pekerjaannya. Hal itu membuat Amelia merasa lebih sedikit lega, dan hari demi hari ia dan Wendy semakin dekat.

“Oennie, mengapa oennie tidak memanggil ibuku dengan sebutan omma.”

“Karena ibumu bukan ibuku Wendy ah.”

“Tapi oennie begitu sayang padaku.”

“Bagaimanapun juga, kau adalah adikku,”

“Tapi ayah dan ibuku menghianati ibu oennie.”

“Mereka yang melakukan kesalahan Wendy bukan kau.”

“Oennie menyayangiku kan?”

“Tentu saja Wendy, aku sangat menyayangimu.” Malam itu Wendy tertidur dalam pelukan Amelia. Mia tersenyum ke arah Wendy, walaupun awalnya cukup berat bagi nya untuk menerima Wendy menjadi bagian penting dalam hidupnya, tapi Amelia tetap berusaha keras untuk menerima Wendy. Ia tahu, Wendy bukanlah sebuah kesalahan di dalam kehidupannya, kedua orang tua mereka yang melakukan kesalahan yang sampai saat ini pun sulit bagi Amelia menerima Hanna di dalam hidupnya namun ia tetap menghormati Hanna sebagai orang tua Wendy dan istri ayahnya.

 

Irene memasuki kamarnya dan menghempas tubuhnya di kasur yang empuk. Ia memejamkan matanya sejenak untuk menenangkan pikirannya. Rumah besar itu terasa sangat sepi terutama di kamar besar Irene. Ia meneteskan air matanya karena merasa sangat kesepian, ia bahkan tidak memiliki teman baik yang bisa ia ajak bicara. Ia melihat kontak di handphonenya dan benar-benar tidak ada siapapun yang bisa ia ajak bicara. Sampai akhirnya ia menemukan nama Amelia Son di sana.

Hai, ini aku Irene. Irene awalnya ragu namun ia memberanikan diri untuk mengirim pesan singkat pada teman sebangkunya itu yang meminta ia dipanggil dengan nama Mia.

Oh, hai Irene.

Apa kau sudah sampai di rumah?

Tidak aku sedang berada di tempat kursus, ini sedang menunggu giliran ku latihan

Apa aku mengganggumu?

Tidak, lagi pula aku sedang bosan

Apakah setelah kau latihan kita bisa berbincang lagi?

Tentu saja, oh Irene Wendy menitipkan salamnya untukumu.

Wendy?

Adikku, ia sepertinya menyukaimu.

Ada-ada saja, kalau begitu sampai nanti

Ok

Irene tersenyum dan langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah membersihkan dirinya, Irene keluar dari kamar untuk bersiap untuk makan malam, dan kali ini pun ia harus makan seorang diri karena kedua orang tuanya melakukan perjalanan bisnis ke luar negri. Ia menyuap perlahan makanannya karena ia kurang berselera karena makan seorang diri.

Ingatan Irene melayang ke masa di mana ia duduk bertiga dengan orang tuanya, makan malam bersama selalu menjadi hal yang menghangatkan hatinya. Mereka berbincang mengenai hal-hal kecil yang membuat Irene tertawa lepas. Namun semuanya berhenti ketika sang ayah mendapat kabar kematian sang kakek yang ternyata pemilik perusahaan The

Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Dhedhe0788
Hi ... semoga cerita ini menghibur ya..

Comments

You must be logged in to comment
Favebolous #1
Chapter 2: ADUH MANISNYA