Drawing 2
Multi Shot Collectionddrrttt.. ddrrttt..
Suara getaran dari ponsel yang tergeletak di atas meja menarik perhatian dari seorang lelaki yang tengah sibuk mempersiapkan hidangan makan malam. Jiwoong ragu untuk menjawab panggilan telepon dari sederet angka tanpa nama yang muncul di layar berukuran 6 inch.
“Halo" pada akhirnya dia menekan simbol telepon berwarna hijau pada layar. Dia tidak seharusnya melakukan hal itu mengingat ponsel tersebut bukan miliknya.
“Halo" sekali lagi Jiwoong berbicara setelah tidak mendapat tanggapan. Suara berisik dari seberang sambungan terdengar samar. Tidak terlalu jelas apa yang mereka bicarakan tetapi itu adalah suara wanita.
Jaringan telepon terputus secara tiba-tiba tanpa mengetahui identitas dibalik nomor tanpa nama. Awalnya dia khawatir jika itu merupakan panggilan darurat yang penting sehingga dia memutuskan untuk menjawab ponsel adiknya. Akan tetapi setelah memikirkan betapa aneh sambungan telepon itu berakhir tanpa sepatah kata dari yang membuat panggilan, maka dia menyimpulkan bahwa itu hanya sekedar panggilan salah sambung.
“Kamu sudah selesai berbelanja?” Jiwoong segera berjalan ke depan ketika mendengar suara pintu terbuka. Mengambil dua kantong plastik yang membebani tangan kanan dan kiri dari sosok gadis pendek yang muncul dari balik pintu.
“Lain kali jangan menuliskan daftar belanjaan yang panjang" Taeyeon mengeluh. Tangan dan kaki terasa lelah membawa dua kantong penuh barang belanjaan di sepanjang jalan dari toserba menuju tempat tinggalnya.
“Aku sudah berbaik hati menawarkan diri untuk berbelanja tapi kamu menolak. Lagi pula kamu tahu sendiri seberapa banyak barang yang ibu inginkan"
“Ingatkan aku untuk memeriksa daftar belanja terlebih dahulu sebelum pergi”
“Baiklah. Aku juga akan mengingatkan kamu untuk tidak meninggalkan barang berharga. Ugh, kamu sangat ceroboh Taeyeon”
“Apa?”
“Kamu lupa membawa handphone!” Jiwoong mengetuk dahi Taeyeon dengan buku tangan yang dikepalkan.
“Ah, bukan masalah besar. Aku berbelanja tidak jauh di sekitar sini"
“Tetap saja kamu harus selalu ingat untuk membawa dompet dan handphone. Bagaimana jika ada panggilan penting"
“Memang ada yang menelepon?” Taeyeon membuka kunci layar dengan sidik jari, memeriksa riwayat telepon yang masuk. Dia melihat adanya nomor asing yang menghubunginya beberapa menit lalu saat dia tidak berada di rumah.
“Ya, tapi hanya panggilan salah sambung” ucap kakaknya seraya membereskan barang belanjaan.
.
.
.
xxx-xxx-xx50
Jessica menekan 10 digit nomor di layar handphone untuk membuat sambungan telepon dengan orang yang tidak dikenal. Dia merasakan kepanikan yang berlebih mengingat orang yang dia hubungi berasal dari kombinasi angka acak pada dua bilangan terakhir.
“Halo" suara berat ciri khas lelaki dewasa terdengar di ujung sambungan telepon.
xxx-xxx-xx50
Jessica menghela nafas berat, mencoret nomor ponsel untuk kesekian kalinya.
“Itu suara pria. Tutup saja teleponnya" Tiffany berbicara dengan suara setengah berbisik. Telinga kanan Tiffany masih menempel erat pada ponsel yang ada di telinga kiri Jessica. Seberapa keras Jessica mendorong kepala sahabatnya agar menjauh berakhir sia-sia. Tiffany justru menguatkan pelukan di pinggang gadis itu dan menekan kepala mereka hingga miring ke samping.
“Halo" suara yang sama terdengar kembali dan tanpa menunda lebih lama lagi Jessica memutuskan sambungan telepon.
“Argh stress!!” teriakan dengan nada tinggi 7 oktaf membuat anak anjing kesayangan Tiffany meringkuk di bawah kolong tempat tidur.
Tidak jauh berbeda dengan hewan peliharaannya, Tiffany mengendap-endap keluar melarikan diri. Dia adalah sumber dari kekacauan itu dan keselamatan dirinya sedang terancam berada di ujung tanduk. Dia tidak tahu cara lain yang dapat digunakan untuk menebus kesalahannya.
Seratus kali perc
Comments