Love Blossom 4 (END)

Multi Shot Collection
Please Subscribe to read the full chapter

A/N : Ada bagian dari cerita ini yang sedikit dewasa. Karena hanya sebagian kecil saja dan juga aku berusaha memperhalus tata bahasanya sehingga tidak terkesan vulgar jadi aku tidak menandai chapter ini sebagai rate M. Tapi aku tetap memperingatkan hal ini di awal sehingga bagi pembaca yang masih di bawah umur bisa berhati-hati. Walaupun mungkin SONE kebanyakan sudah cukup dewasa dan berumur ya :D

 

Warna jingga dari pantulan sinar matahari menodai awan putih yang menghiasi langit senja. Semilir angin menciptakan melodi indah, menggerakkan dedaunan hijau untuk menari bersama. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada menikmati suasana tenang di alam bebas. Jauh dari kebisingan yang mencekat.

“Aku menemukan tempat ini saat perjalanan pulang. Karena malam yang gelap, aku tidak dapat melihat dengan jelas. Aroma segar dari bunga-bunga sangat kuat menusuk hidung jadi aku memeriksa kembali keesokan harinya. Benar saja dugaan ku, pemandangan di sini jauh lebih baik dari tempat rahasia kita sebelumnya” Taeyeon tidak sabar untuk menunjukkan tempat baru yang dia temukan kepada wanita yang berjalan di belakang. Dia membimbing Sooyeon untuk meletakkan kaki pada pijakan yang tepat agar tidak tergelincir. Mereka berhenti berjalan setelah melewati beberapa bebatuan yang terjal.

“Ini luar biasa" mata Sooyeon menyapu dengan rasa kagum, menikmati pemandangan yang terbentang dari utara ke selatan. Kelopak bunga berwarna kuning menghiasi padang rumput yang hijau.

“Kita bisa datang lagi kemari di hari lain" Taeyeon membersihkan beberapa batu kerikil sebelum menjatuhkan tubuhnya ke bawah. Kemudian menarik tangan gadis itu, memintanya bergabung untuk duduk di atas tanah datar yang kering.

“Kenapa kita tidak bertemu di sini saja setiap sore hari? Ini terlihat sempurna” seperti biasa Sooyeon memilih posisi duduk di depan dibandingkan duduk bersebelahan. Dia menyukai waktu di mana tangan lain melingkar di pinggangnya. Waktu yang membuat hatinya berdebar.

“Jarak tempat ini dari rumah mu lebih jauh dan jalan setapak yang mengantar kita ke sini cukup sulit. Aku tidak akan membiarkan kamu mengambil perjalanan yang dapat membahayakan keselamatan dirimu”

“Baiklah" meski tidak setuju, dia tidak mempunyai pilihan lain.

“Apa rencana mu selanjutnya?” Sooyeon menyandarkan punggung di dada bidang lelaki yang dia kenal satu tahun lalu. Lelaki yang sama yang telah membuat hatinya merasakan cinta dan benci. Memberikan perasaan suka dan luka.

Mengapa dewa mempermainkan perasaan wanita secara tidak adil. Ketika dia harus bekerja keras dalam waktu panjang untuk melupakan lelaki brengsek itu dengan susah payah, kemudian tanpa terduga sosok lelaki yang sama muncul kembali di depan mata. Apa yang terjadi? Hatinya bersorak. Perasaan cinta bersemi hanya dalam satu jentikan jari seolah bunga yang telah layu kembali mekar. Apakah dia termasuk wanita bodoh? Mungkin.

“Aku masih mencari pekerjaan yang sesuai. Pendapatan yang aku terima di toko obat herbal Tuan Kang tidak banyak. Aku bersyukur ibuku memberikan banyak uang kala itu tapi aku tidak mau menggunakannya. Aku masih menyimpan rapat dalam kantong dan juga menyisihkan sedikit dari penghasilan yang aku punya untuk membeli rumah. Gwangju. Kita bisa tinggal di kota Gwangju jika kamu mau”

Sooyeon memilih untuk diam. Dia tidak ingin memberikan tanggapan terlalu cepat. Memiliki tempat tinggal di Gwangju yang terletak cukup jauh berarti pergi meninggalkan rumah orang tuanya. Dia harus berpikir lebih matang. Mungkin dia akan membujuk Taeyeon untuk tinggal di desa perbatasan. Tidak perlu tinggal di kota, asalkan bisa lebih dekat dengan tanah kelahirannya.

“Bagaimana dengan gwageo? Apa kamu akan mengikutinya?” dia teringat akan impian Taeyeon untuk ikut andil dalam menjalankan sistem pemerintahan kerajaan. Bagaimanapun darah bangsawan mengalir dalam diri lelaki itu sejak lahir. Salah satu tahapan yang harus dilewati adalah dengan mengikuti ujian negara yang dikenal dengan istilah gwageo.

“Itu tidak mudah. Aku tidak mempunyai marga. Kau tahu, aku tidak memiliki tanda pengenal. Dia merampas papan namaku" Taeyeon merasa enggan untuk memanggil orang yang dia maksud dengan sebutan ayah.

“Kamu bisa membeli dan membuat tanda pengenal yang baru"

“Dengan harga tinggi tentunya"

“Berapa banyak yang diperlukan? Aku mempunyai tabungan. Tidak banyak tapi aku harap bisa membantu. Jika masih kurang, aku akan meminjam uang ibu ku"

“Jangan konyol gadis manis" dia menggigit ujung daun telinga Sooyeon dengan gigi taring, menikmati teriakan kecil yang melengking.

“Tidak perlu khawatir Sooyeon. Aku bisa menyelesaikan masalah ini sendiri"

“Aku ingin kamu benar-benar mengambil kesempatan itu. Kamu orang yang pintar jadi jangan lewatkan begitu saja. Setidaknya kamu harus mencoba"

“Pintar? Dari mana kamu menilainya?”

“Dari cara kamu menuliskan puisi untukku. Tulisan tangan yang rapi dan bahasa puisi yang sangat indah. Aku menyukainya" dia menutup wajah dengan kedua telapak tangan, merasa malu setelah mengungkapkan isi hati. Mendengar gelak tawa lelaki tersebut semakin membuat wajahnya memerah.

“Hm, bagaimana dengan kelanjutan hubungan kita?” Sooyeon menggambar pola semu tak beraturan di telapak tangan Taeyeon melalui ujung jari telunjuk. Mengukur seberapa besar telapak tangan itu. Dia menggigit bibir bawahnya, membayang bagaimana rasanya jika bagian tertentu tubuhnya di bawah telapak tangan tersebut. Sooyeon mengutuk diri dalam hati atas pikiran polosnya yang telah menjelma menjadi gambar tidak senonoh.

“Aku akan bertemu dengan orang tua mu secepat mungkin. Aku harus mendapatkan pekerjaan yang lebih layak untuk kebaikan kita berdua. Dengan begitu aku merasa lebih percaya diri di hadapan keluargamu"

“Aku tidak pernah membicarakan tentang kamu setelah kejadian tempo dulu. Aku takut jika mereka tahu mengenai hubungan kita sekarang, maka mereka akan melarang aku untuk keluar rumah"

Tangan yang melingkar di pinggang Sooyeon semakin menguat. Bayangan akan berpisah kembali dengan wanita yang dia cintai membuat hatinya gelisah. Taeyeon membenam kepala di leher Sooyeon, menghirup aroma tubuh yang memabukkan. Erangan kecil mengalun lembut ketika bibir Taeyeon bersentuhan dengan kulit leher pasangannya. Hasrat itu terus bergejolak di antara rasa takut kehilangan dan rasa ingin memiliki.

Sooyeon terengah-engah saat kekasihnya mencium dan menjilat di sepanjang leher. Bibir nakal itu berhasil meninggalkan jejak basah dari ciuman yang ceroboh. Ada keinginan besar yang mendorong dirinya untuk melihat wajah Taeyeon sehingga dia menoleh ke samping. Ciuman di leher terlepas hanya untuk menerima kenikmatan di tempat yang berbeda. Itu jelas bukan ciuman pertama mereka. Tapi cara Taeyeon mencium wanitanya, menjilat bibir bawah untuk menerobos masuk, lidahnya menari di dalam rongga mulut pasangannya, membuat gadis itu lupa akan cara bernafas.

Ciuman mereka kembali terlepas ketika tubuh Sooyeon berputar setengah lingkaran dengan cepat kemudian menjatuhkan tubuhnya untuk terduduk di atas pangkuan pria tersebut. Kedua kakinya mengunci di balik punggung sementara kedua tangannya bersandar di atas bahu. Taeyeon membelai lembut pipi kekasihnya sebelum menyatukan kembali bibir mereka ke dalam ciuman ringan, tidak yakin dengan tindakan apa yang diambil selanjutnya. Namun ketika Sooyeon menggigit bibir bawahnya dan lidah mereka beradu untuk kesekian kalinya, Taeyeon percaya bahwa mereka berdua memiliki keinginan yang sama. Pikirannya saat ini jelas tidak berada di jalur yang lurus. Tapi itu, terasa menyenangkan. Lebih tepatnya terasa menggairahkan.

“Aahhh" desahan itu terdengar di sela-sela ciuman panas. Sooyeon tahu bahwa apa yang mereka lakukan sekarang lebih dari yang biasa mereka perbuat sebelumnya. Tangan lelaki itu menjadi lebih berani bergerak ke sana dan ke sini. Meremas bagian atas tubuhnya yang menonjol dari luar pakaian. Dia seharusnya berhenti. Kepalanya berteriak bahwa mereka harus segera berhenti. Tapi mulutnya berkhianat. Erangan itu menjadi semakin liar.

Tubuhnya menggeliat merasakan sensasi aneh dari dalam perut. Jantungnya berdebar cepat dan nafasnya terasa pendek. Dia takut akan perasaan aneh tersebut tetapi dia juga penasaran setengah mati. Dan saat dia merasakan sesuatu yang keras menusuk bagian bawah tubuhnya yang basah, dia tersadar.

“T-taeyeon..” Sooyeon mengunci kepala lawan jenisnya dengan kedua tangan. Taeyeon paham arti tatapan itu dan dia berhenti. Tidak ada sama sekali tersirat rasa kekecewaan atas tindakan yang berhenti tiba-tiba, justru sebaliknya dia tersenyum.

“T-temui.. orang tuaku.. b-besok.. pagi..” dia berbicara di tengah deru nafas yang memburu. Dadanya masih bergerak naik turun menyeimbangkan hembusan udara yang keluar dari hidung. Dia tidak bisa menunggu lebih lama. Katakanlah keberuntungan sedang berpihak padanya saat ini. Akal sehatnya masih bekerja dengan baik. Menyelamatkan mereka dari kekacauan yang mungkin bisa terjadi. Namun, jika hal yang sama terjadi pada masa mendatang? Sooyeon meragukan dirinya sendiri.

“Aku masih harus

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
HYOTAE2018 #1
Chapter 33: Muchas gracias.
Esperando el siguiente capítulo, autor.
Gracias.
onesleven
#2
Chapter 32: Agak membingungkan, jadi sebenarnya TaengSic kenal duluan sebelum TaeNy ketemu? Terus kok bisa punya anak bareng? Update dong biar gak penasaran
Abangprims
#3
Chapter 31: jdi karina anakny taeyeon?. kok sampe taeyeon gak tau?.
onesleven
#4
Chapter 30: Wah tambah seru, sayang banget kalo update nya emang setahun sekali 😆
Semoga author dapat inspirasi terus buat update amin
onesleven
#5
Chapter 29: Asiiik, update baru, ditunggu kelanjutannya, kayaknya seru nih 😁
dinoy15 #6
Chapter 24: Udah baca di Wattpad ditunggu updatenyaaa..
royalyulsic #7
Chapter 1: Eng version???
Abangprims
#8
Chapter 22: aku menunggu kelanjutannya..
Abangprims
#9
Chapter 19: omo winter 🤣🤣🤣
Abangprims
#10
Chapter 18: aku msh setia menunggu..