02.
THE RED EYE.“Tolong, kumohon, tolong aku. Aku tak mau mati seperti ini. Kumohon!”
“Panas, panas sekali. Kumohon, keluarkan aku!”
“Aaaakhh!”
Panas. Sangat panas. Kumohon, aku tak sanggup lagi. Aku tak bisa bernafas lagi. Kumohon, jangan biarkan aku disini.
Kumohon, keluarkan aku.
Kumohon…
Ku…
Minseok terbangun dengan nafas tak karuan, dan langsung terduduk di kasurnya. Di kasur yang bukan miliknya, juga di kamar yang asing baginya. Ia sedikit lupa kejadian kemarin malam, setelah ia menangis di pelukan detektif itu. Kepalanya terasa sedikit sakit, tapi tubuhnya terasa lebih baik dibanding kemarin malam.
Baekhyun masuk sambil membawa segelas air putih.
“Baikan?” tanyanya seraya menyerahkan air tersebut pada Minseok.
Minseok hanya bisa mengangguk.
“Kau pingsan kemarin, setelah menangis. Kami terpaksa membawamu ke rumahku, karena rumahku yang paling dekat.” Baekhyun menarik nafasnya, sebelum melanjutkan.
“Keluargamu tidak bisa diselamatkan. Maaf.”
“Aku tahu. Tak perlu minta maaf.”
Baekhyun menghela nafasnya. Memberitahukan berita kematian pada keluarga selalu hal yang paling sulit. Ia lantas melempar pakaiannya di kasur, dekat kaki Minseok.
“Kau boleh memakai pakaianku. Sepertinya sedikit kebesaran, namun untuk saat ini, sudah lumayanlah. Habis itu, kita sarapan, lalu kita ke kantor polisi. Aku paling gak suka dengan kasus kebakaran. Tapi, mau gimana lagi. Kita butuh keteranganmu un—“
“Tidak perlu di selidiki lagi.”
“Apa maksudnya? Tentu saja kita perlu. Mungkin terlihat seperti kebakaran biasa, ta—“
“Ibuku lupa mematikan gas. Itu yang menyebabkan kebakaran.” Minseok memotong ucapan Baekhyun untuk kedua kalinya.
“Hah? Bagaimana ka—“ Baekhyun lagi-lagi dipotong ucapannya, namun kali ini, karena sebuah panggilan masuk.
“Tunggu sebentar,” katanya pada Minseok.
“Halo?”
“Baekhyun, kau gak usah datang hari ini. Rawat bocah itu dulu saja.”
“Tapi kan kita ada kasus keba—“
“Kita udah bisa memastikan, kebakaran itu karena kebocoran gas. Tadi polisi setempat ke lokasi kejadian langsung.”
Deg.
Baekhyun lantas menatap bocah di depannya dengan tatapan bingung. Bagaimana bisa ia tahu penyebab kebakaran tersebut? Bagaimanapun juga, hal ini tak bisa dijelaskan dengan logika.
“Baekhyun? Kau masih disana?”
“Ya, ya. Aku tutup dulu ya.” Jawab Baekhyun masih setengah bingung.
Tidak mungkin. Sama sekali tidak mungkin. Pasti tak sengaja, anak itu melihatnya. Ya, mungkin saja anak itu melihat ibunya dari kamar.
Sampai kapanpun, Baekhyun takkan pernah percaya, kecuali ia melihat sendiri dengan mata kepalanya.
Namun terkadang, ada orang yang memilih untuk tidak percaya, untuk tidak melihat dengan mata kepala sendiri, karena ha
Comments