PART 1
LOVE ME FOR A REASONPART 1
Malam ini terasa lebih dingin dari pada malam-malam lain sebelumnya. Mungkin karena sejak tadi pagi hujan masih saja menyelimuti kota Denver, Colorado. Bahkan saat ini hujan turun semakin lebat.
Disaat orang-orang lain sudah bersiap untuk tidur karena sekarang sudah lebih dari tengah malam, tidak halnya dengan Kim Jaejoong. Ia masih terjaga. Entah kenapa matanya benar-benar sulit untuk diajak berisitirahat. Padahal esok hari ia harus melakukan penerbangan panjang kurang lebih 18 jam termasuk transit selama 3 jam di Los Angles.
Setelah perdebatan panjang yang melelahkan bersama dengan kedua orangtuanya, akhirnya Jaejoong memutuskan untuk pulang dan menuruti keinginan dan keputusan orangtuanya. Meskipun alasan sebenarnya karena lelaki berkulit pucat itu sama sekali tidak mempunyai pilihan lain.
Kesalahan yang ia perbuat malam itu benar-benar mengubah kehidupan Kim Jaejoong. Ia harus rela meninggalkan kehidupannya selama 5 tahun di kota yang terletak di negara bagian Colorado ini. Termasuk merelakan kedai kopi, Jholic - miliknya untuk dikelola oleh orang lain.
Apakah ini jalan yang terbaik? Apakah semua akan baik-baik saja? Apakah pilihannya kali ini benar? Haruskan ia membatalkan keputusannya ini? Ya, hal-hal tersebut sudah hampir 1 minggu ini terus saja berputar di dalam pikiran Jaejoong.
“Kita akan baik-baik saja, baby-ah.” Kim Jaejoong berbisik pelan seraya mengusap perutnya ratanya. Ya, meskipun perut lelaki itu masih rata tetapi di dalamnya sudah ada kehidupan lain berusia 4 minggu. “Baiklah, sekarang kita tidur. Besok pagi, kau akan merasakan naik pesawat untuk pertama kalinya. Mama harap kau tidak rewel ya, baby. Kita berdua akan baik-baik saja. Benar, kan?” Ia tersenyum sambil terus mengusap perutnya.
Lelaki bermata indah itu sudah membaca dan tentu saja berkonsultasi dengan Obgyn dan juga midwife yang selama ini menangani awal kehamilannya. Secara keseluruhan Jaejoong sudah siap untuk melakukan penerbangan panjang Denver-Los Angles-Seoul.
=||=
Sementara itu dibelahan dunia lainnya, Jung Yunho baru saja selesai melakukan lari paginya. Aktifitas yang harus ia lakukan jika lelaki bermata kecil mirip mata musang itu mengalami hangover.
Tadi malam, Yunho menghabiskan berkaleng-kaleng beer dan beberapa botol soju karena ia merasa benar-benar butuh mabuk tadi malam.
Pertemuannya dengan Kim Kap Soo benar-benar berhasil membuatnya sakit kepala. Tidak hanya sakit kepala tapi berhasil membuat lulusan terbaik Universitas Seoul itu bimbang.
“Apa yang harusku lakukan?” Desahnya sesaat sebelum lelaki berkulit lebih gelap daripada warga negara korea lainnya itu meminum air mineralnya.
Bip!
Yunho melirik ponsel pintarnya itu dengan malas. Ia tahu siapa yang akan mengiriminya pesan sepagi ini. Lee JoonKi. Sekertaris pribadi yang sudah bekerja bersamanya sejak awal lelaki itu berkecimpung di dunia bisnis. Hampir 10 tahun yang lalu.
Diraihnya ponsel berwarna hitam itu. Ia harus segera menelpon JoonKi. Hari ini ia perlu mengosongkan jadwal setelah jam makan siang. “Oh, JoonKi-ah.” Sapa Yunho begitu sambungan teleponnya tersambung. “Tidak. Aku belum membacanya. Bisakah kau kosongkan jadwalku setelah jam makan siang? Ada yang harus kulakukan hari ini.” Yunho terdiam saat mendengar penjelasan JoonKi. “Apakah aku masih punya waktu sebelum makan siang?” Lelaki kelahiran Gwangju itu mendensah kesal. “Baiklah. Ajukan jadwal pertemuannya. Aku tidak mau mereka mempengaruhi divisi lain. Ya, ya, ya. Kirim saja email-nya. Aku mengerti. Terima kasih, JoonKi-ah.”
Ia memutuskan sambungan telepon itu, kemudian melempar asal ponselnya ke atas meja. Ia tahu betul hari ini akan menjadi hari yang panjang dan melelahkan.
=||=
Myeongdong Kyoja
Yunho tersenyum sesaat sebelum turun dari mobilnya. Ia tidak tahu jika Kim Ji Woo yang terkenal angkuh itu akan mengajaknya makan siang
Comments