Journey with You

Still EunBi

Sinb POV

Saat ini aku sedang berada di dalam kamarku. Menata barang-barang keperluan yang akan kubawa untuk perjalanku berpetualang ke Busan. Ah hari yang aku impikan akhirnya datang juga. Karena aku masih kuliah, jadi aku harus menunggu waktu liburan untuk bisa melakukan perjalanan ini. Dan besok adalah waktunya, karena besok liburan musim semiku telah dimulai. Oh ya, aku melakukan perjalanan ini sendiri dengan menggunakan mobil klasik yang diberikan ayahku saat ulang tahunku ke 17. Sebuah mustang shelby  berwarna merah keluaran tahun ’67, keren kan?

Terlahir dari keluarga konglomerat memang merupakan suatu anugrah bagiku. Tidak seperti anak-anak lain yang suka mendramatisir hidupnya karena kurang kasih sayang kedua orang tuanya yang ‘sibuk bekerja’ , cih aku bukan anak yang seperti itu. Justru aku bersyukur karena kedua orang tuaku mampu memenuhi segala kebutuhanku. Walaupun memang kita jarang bertemu, tapi setidaknya aku masih merasakan kasih sayang dari mereka. Aku tumbuh menjadi anak yang baik, cerdas, dan juga rupawan tentunya. Dan aku sama sekali tidak tumbuh menjadi anak sok kaya yang brandalan karena kekurangan kasih sayang orang tua. Cih, sudah kubilang anak-anak yang seperti itu hanya mendramatisir hidupnya saja. Lihat saja aku, aku hanya dimanjakan dengan harta dan aku benar-benar menikmatinya. Karena aku memiliki mindset yang berbeda. Kelak suatu saat aku akan melebihi kedua orang tuaku dan ganti mereka yang akan ku manjakan dengan hartaku. Itulah balas budi yang akan kulakukan. Bukannya mengeluh dan merengek meminta perhatian yang lebih. Cih, aku benci drama.

Oh ya saat ini ayah dan ibuku ada urusan bisnis di Prancis, lebih baik aku memberitahu mereka dulu kalau besok aku akan pergi ke Busan.

*tuut*

“Hallo?”

“Hai appa...”

“hei juga sinb-ah.....” pffttt dasar appa konyol, bisa-bisanya nada bicaranya seperti ahjussi-ahjussi yang sedang menggoda anak abg?

“emm appa aku hanya ingin memberi tahumu kalau besok aku akan pergi ke Busan sendirian”

“Busan? Sendirian? Berapa lama nak?”

“entahlah mungkin 5 hari...”

“kau kesana naik apa?”

“mobil”

“oh, baiklah silahkan bersenang-senang sinb-ah dan berhati-hatilah di jalan....” tuh kan appaku memang yang terbaik.

“oke appa terimakasih, salam untuk eomma..”

“iyaa”

“bye appa...”

“bye juga sinb-ah.....”

*tuut*

.

.

.

.

*keesokan harinya*

Saat ini aku sudah siap dengan menggendong tas ransel di punggungku. Yuhuu waktunya berangkat. Oh ya aku harus pamit dulu dengan bibi Jum, kepala pelayan yang sudah merawatku semenjak aku kecil.

“Bibi........aku berangkat..........!” teriakku sekencang mungkin. Pasti sekarang bibi Jum ada di dapur. Tak lama kemudian datanglah bibi Jum dengan apron yang masih menempel di tubuhnya. Tuh kan benar dia tadi di dapur.

“hati-hati ya sinb-ah, jangan ngebut di jalan......” ucap bibi Jum sambil memelukku.

“iyaa, bibi juga hati-hati ya kalau ada apa-apa, bibi tahu harus menghubungi siapa...”

Selesai berpamitan aku langsung ke garasi mobil dan mengeluarkan mobil klasik kesayanganku ini. ah aku suka sekali dengan produk buatan Amerika ini. Walaupun sudah berumur tua, tapi tenaganya masih handal. Bahkan mobil ini pernah kugunakan untuk kebut-kebutan di gunung. Yah satu-satunya kelemahannya adalah bensinnya yang seperti tangki bocor. Tapi sisanya sama sekali tidak mengecewakan. Bicara soal bensin, aku lupa belum mengisi bensin mobil ini. Ah kebetulan 100 meter lagi ada pom bensin.

.

.

Sekarang bensinku telah terisi penuh. Saatnya melanjutkan perjalanan ke Busan. Tempat pertama yang harus aku lalui adalah Suwon, yang memerlukan waktu sekitar 50menit dari Seoul.

“Yuhuuuu Busaan........aku dataaang...........!!!”

Namun di tengah perjalananku tiba-tiba ada 2 mobil besar berwarna hitam yang menghadangku. Kemudian seorang pria berbadan tinggi dengan mengenakan jas hitam rapi keluar dari salah satu mobil tersebut dan menghampiriku.

“maaf mengganggu anda nona..” ucap pria itu

“ada apa? Kenapa kalian menghalangi jalanku? Ada masalah apa?” tanyaku bertubi-tubi

“sebentar nona...” selesai mengatakan kalimat tersebut, pria itu langsung mengechek setiap seluk beluk yang ada di dalam mobilku, seakan-akan aku sedang menyembunyikan sesuatu. Padahal aku yakin aku hanya membawa sebuah tas ransel saja.

“nona, tolong bukakan bagasimu.” Dan akupun menurutinya. Aku sama sekali tidak mau memancing keributan dengan pria ini. Setelah aku membuka bagasiku, kulihat raut wajah pria berjas hitam ini berubah menjadi.....cemas? ah aku tidak yakin.

“baiklah nona, saya minta maaf atas ketidaknyamanannya. Kau boleh melanjutkan perjalananmu sekarang.” Hanya anggukan kepala jawaban yang aku berikan. Kemudian pria itu kembali ke mobilnya dan pergi meninggalkanku sendirian. Sebenarnya apa yang baru saja terjadi? Apa mereka adalah FBI dan aku dicurigai membawa sebongkah bom? Cih, yang benar saja...

Tanpa pikir panjang lagi aku kembali ke dalam mobilku dan menginjak pedal gas. Beberapa saat setelah kejadian tadi, aku melewati sebuah jalanan yang hawanya menyejukkan.

“haaah sejuknyaaa........untung saja tadi tidak ada masalah apa-apa............”

“haaahh iya sejuk..........untung ya.........”

“......”

.

.

.

.

*cciiiiittttttt*

Dengan panik aku langsung menghentikan mobilku. Suara siapa tadi?!! Kemudian pandanganku tertuju ke bagian bawah dashboard di depan bangku penumpang. Dan disanalah adanya penampakan sesosok wanita berambut pendek sedang berjongkok di bawah dashboard mobil. Astagah bagaimana bisa aku tidak menyadari keberadaannya.

“KYAAAAAAA...!!!!”

“KYAAAAAAAAAAAAAA.....!!!”

Aku menjerit panik. Melihat aku menjerit, wanita tersebut juga ikutan menjerit dan jeritannya malah jauh lebih memekakkan telingaku. Pada akhirnya kita saling jerit-menjerit satu sama lain.

“YAH kau siapa? Bagaimana bisa kau ada disana?!!!”

“oh hehe- ohiya maaf namaku Jung Eunha. Kau bisa memanggilku eunha.” Ucap wanita itu dengan santainya. Astaga ada banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepalaku dan aku sama sekali tidak tahu harus mulai dari mana.

“baiklah eunha-ssi, bagaimana bisa kau ada di dalam mobilku?” aku tidak boleh panik. Aku harus bisa mengontrol emosiku. Aku adalah Hwang Sinb. Dan seorang Hwang selalu bisa bersikap tenang dalam keadaan apapun.

“oh tadi aku menyelinap masuk saat kau mengisi bensin..” wait, mengisi bensin dia bilang? Bukankah itu sebelum aku dihadang oleh pria berjas hitam tadi? Tunggu dulu, sepertinya aku tahu kemana arah pembicaraan ini.

“bagaimana bisa? Sedari tadi aku tidak melihatmu di bawah sana.”

“oh aku pakai ini...” ucapnya sambil memegang sebuah kain hitam lebar. Lalu ia menutupi seluruh tubuhnya dengan kain itu, dan voila........dia berkamuflase dengan lingkungan yang ada disekitarnya seperti ninja yang ada di Naruto. Kalau dilihat dari jarak jauh memang seperti tidak ada apapun. Kemudian wanita itu bangun dari tempatnya dan duduk di kursi penumpang dengan santainya.

“aahhh akhirnya aku bisa duduk dengan baik dan benar........aigoo pegal juga ternyata.....”

“lalu kenapa kau menyelinap ke dalam mobilku? Kenapa kau bersembunyi di sana? Dan ke- tunggu dulu...............apa pria berjas hitam dan 2 mobil hitam besar tadi ada hubungannya denganmu?”

“yap tepat sekali....! aku baru saja kabur dari bodyguardku...”

Astaga aku shock mendengarnya. Dia bilang dia baru saja kabur dengan nada bicara sesantai itu. Aku benar-benar tidak habis pikir. Pasti bodyguardnya tadi mengira kalau aku menyembunyikannya. Dan ternyata aku memang benar menyembunyikannya secara tidak sadar. Pantas saja wajahnya terlihat cemas tadi. Baiklah sinb, kau harus bisa tenang. Dia hanya seorang wanita, dan wajahnya juga imut. Tidak mungkin orang imut sepertinya bisa membahayakanmu.

“lalu sekarang kau mau apa eunha-ssi?”

“aku mau ikut denganmu, kudengar kau mau ke Busan kan? Ijinkan aku ikut yaa?”

“apa?!! Tidak bisa!”

“ayolahh jangan buat usaha kaburku jadi sia-sia....”

“lalu untuk apa kau kabur?”

“aku hanya ingin merasakan dunia luar, sedari kecil aku dikurung di dalam rumah oleh kedua orang tuaku. Yang aku tahu hanya rumahku dan sekolah, itupun di sekolah aku tidak punya teman karena bodyguardku yang selalu mengikutiku. Tolonglah.......”

“tetap tidak boleh...” walaupun sebenarnya aku juga iba terhadapnya, tapi tidak bisa. Akan sangat merepotkan jika ada orang lain ikut dalam perjalananku.

“oke baiklah tunggu sebentar...” kulihat dia mengeluarkan beberapa kartu dari tasnya. Dan sepertinya kartu-kartu itu tidak asing bagiku.

“jadi namamu adalah Hwang Sinb, kau adalah seorang mahasiswa jurusan Bisnis, oh ternyata kau satu tahun lebih muda dariku. Dan waw astaga ternyata kau putri tunggal dari Hwang Shin Joo pengusaha batu bara tersukses seantero korea. Lalu kau-“

“YAA” ku coba merampas kartu-kartu itu dari tangannya, tapi naas refleknya terlalu cepat. Benar apa yang kuduga kartu-kartu itu adalah kartu identitasku yang seharusnya kusimpan di dompetku. Dan dompetku itu seharusnya berada di ranselku. Bagaimana bisa sekarang ada di tangan wanita ini?!!

“jika kau tak mengizinkanku untuk ikut denganmu, baiklah kau bisa menurunkanku disini. Tapi kartu-kartu ini tetap kubawa. Dan akan kulaporkan ke polisi bahwa kau telah menculikku.”

Oh Tuhan kau telah salah sangka terhadapnya sinb. Ternyata orang dengan wajah seimut dia sangat bisa membahayakan nyawamu. Ini pelajaran untukmu nona hwang, lain kali kau tidak boleh lengah hanya karena seorang wanita berwajah imut.

“b-ba-bagaimana bisa?!! Justru kau yang ingin ikut denganku!”

“tentu saja bisa.”

“kau gila!”

“jadi bagaimana? Aku boleh ikut kan?” ucapnya sambil mengeluarkan aegyo-nya. Aigoo kenapa orang ini bisa jadi sangat menggemaskan? Dan kenapa matanya jadi sangat berkilauan? Kekuatan macam apa ini?

Aku menghembuskan nafasku dengan berat dan tidak ikhlas, “baiklah eunha-ssi, kau menang...”

“YEAYY!!!” kulihat dia sangat kegirangan. Dan entah kenapa aku malah ikut tersenyum melihat tingkahnya.

“tapi jika kita sudah sampai Busan dan semua urusanku disana sudah selesai, kau harus pulang.”

“iya-iya aku tahu...” ada nada sedih dalam ucapannya.

.

.

.

.

Sekarang kami berdua telah melewati Suwon dalam waktu kurang lebih 1 jam. Eunha unnie terus saja mengajakku berbicara. Sebelumnya dia memintaku untuk menghilangkan semua formalitas, jadi sekarang aku memanggilnya unnie. Kupikir keberadaan eunha unnie akan sangat merepotkan tapi ternyata tidak buruk juga, dia orang yang cukup menyenangkan. Dia juga lucu. Tapi terkadang tingkahnya sangat evil, well sama sepertiku. Dan terkadang juga ucapannya sangat pedas dan terlalu menusuk, well itu juga sama sepertiku. Hmm aku menemukan banyak kesamaan darinya. Dan aku suka. Jarang sekali aku menyukai kepribadian seseorang dalam tempo waktu sesingkat ini.

.

.

Author POV

“sinb-ah?”

“hmm?”

“berapa jam lagi sampai ke Busan?”

“besok”

“hah? Tidak mungkin, seharusnya kalau sekarang kita sudah melewati Suwon berarti kita sampai Busan tidak lebih dari 4 jam lagi.”

“kita akan bermalam di Daegu dulu.”

“kenapa?”

“karena aku ingin mengunjungi Gunung Biseul. Apa unnie keberatan?”

“Gunung Biseul? Yang ada bunga azaleanya itu? Jinjja?!!”

Sebuah anggukan kepala dan seulas senyum adalah jawaban dari Sinb, “Aku sama sekali tidak keberatan! Aku sangat senang!!! Yeay memang tidak salah aku menulusup ke mobil ini...!!!” eunha kegirangan sambil melompat-lompat kecil di tempatnya seperti anak-anak. Sinb hanya bisa menggelengkan kepalanya dan senyumnya semakin melebar melihat kelakuan eunha yang menggemaskan. Entah kenapa sinb juga ikutan senang melihat eunha yang seperti ini.

2 jam kemudian mereka telah sampai di Daegu. Sinb menghentikan mobilnya di salah satu hotel yang ada di dekat area Gunung Biseul. Sinb dan eunha turun dari mobil untuk melakukan reservasi kamar. Awalnya sinb memesan 2 kamar, tapi eunha menolak. Eunha ingin sekamar dengan sinb. Pada akhirnya sinb hanya bisa menurut, kemudian ia memesan 1 kamar dengan 2 tempat tidur. Setelah proses reservasi selesai, mereka berdua langsung menuju kamar mereka.

“unnie tidur saja dulu, nanti sore aku bangunkan dan kita cari makan..”

“tapi sinb-ah aku belum capek, kita hanya melakukan 3 jam perjalanan dan itu sama sekali tidak menantang.....”

Sinb tersenyum menanggapi jawaban dari eunha, “sudahlah percaya aku, lebih baik unnie tidur dulu, 3 jam perjalanan itu sudah cukup jauh”

“baiklah...”

15 menit kemudian sinb sudah bisa mendengar suara napas beraturan yang keluar dari eunha. Ternyata eunha memang benar-benar tertidur dengan pulas. “ckckck dasar, padahal tadi dia bilang kurang menantang...”

.

.

.

.

“eunha unnie bangun......” sinb sedikit mengguncang tubuh eunha.

“hmmm.....” eunha sedikit menggeliat karena guncangan dari sinb.

“sudah sore unnie....”

“iya...” akhirnya eunha membuka kedua bola matanya. Wew sinb sempat takjub, ternyata mudah sekali membangunkan eunha. Hanya satu kali goncangan sudah cukup, tidak seperti dirinya yang harus berkali-kali goncangan bahkan juga siraman air seember baru bisa bangun.

“cuci muka dulu, aku tunggu...”

“iya...”

Hanya 5 menit waktu eunha butuhkan untuk bersiap-siap. Kemudian sinb dan eunha berjalan kaki keluar dari area hotel. Mereka berdua berjalan dengan eunha yang memeluk lengan kiri sinb. Dan sinb sama sekali tidak keberatan. Tak lama kemudian mereka menemukan restoran cepat saji. Sinb memesan kopi hitam dan 3 hamburger. Sedangkan eunha memesan jus strawberry dan sepiring sphageti.

Setelah mengisi perut, mereka kembali berjalan ke area gunung Biseul. Di sana telah disediakan jalan setapak bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan Gunung Biseul. Sinb dan eunha menikmati hamparan bunga azalea berwarna ungu yang indah di sekitar mereka. Apalagi saat ini adalah musim semi, musim dimana bunga azalea bermekaran. Eunha sangat senang melihat pemandangan indah seperti. Ini adalah kali pertama ia berada di Gunung Biseul dan menikmati indahnya bunga azalea di sekitarnya. Eunha berlarian kesana kemari seperti anak kecil yang kegirangan. Di sisi lain sinb hanya terkekeh melihat tingkah laku eunha. Diam-diam ia mengeluarkan kamera DSLR dari ranselnya. Kemudian ia berulangkali mengambil gambar eunha tanpa sepengetahuannya. Ada eunha dengan latar belakang bunga indah berwarna ungu, gambar yang bagus untuk ia simpan. Setelah puas dengan gambar-gambar yang ia ambil, sinb mulai mengejar eunha. Dan pada akhirnya mereka berdua bermain kejar-kejaran layaknya Shahrukh Khan dan Kareena Kapoor.

.

.

“hari sudah mau malam, ayo kita kembali ke hotel...”

“ah tapi sinb-ah aku masih mau main-main disini......” eunha kembali mengeluarkan aegyo-nya

“kuajak kau ketempat lain, tapi kita harus kembali ke hotel dulu. Ambil mobil, tempatnya cukup jauh unnie....”

“ketempat lain? Kemana?”

“rahasia.....”

“hufftt oke bailkah, kajja!”

Setelah sampai di hotel, sinb dan eunha langsung menuju parkiran mobil. Sinb melajukan mobilnya menjauh dari hotel tersebut. Selama perjalanan eunha tak henti-hentinya bercerita tentang bagaimana perasaannya mengunjungi gunung Biseul tadi. Ini adalah pengalaman terindah dalam hidupnya. Dan sinb selalu setia mendengarkan setiap kalimat yang keluar dari bibir eunha. Tak jarang sinb juga menanggapi ocehan-ocehan dari eunha. Setelah 20 menit berlalu sinb kembali memarkirkan mobilnya di suatu tempat.

“ini dimana sinb-ah?”

“apa unnie punya pantangan atau mungkin alergi terhadap makanan tertentu?”

“eumm kurasa tidak...”

“bagus! Karena kita sekarang berada di Pasar Malam Seomun! Kita akan jajan sepuasnya....!!!”

“wah jinjja?!!! Yeay.....!!! Sinb memang yang terbaik!!!” kali ini sinb dan eunha lompat kegirangan dan melakukan high five dengan semangat membara. Mendengar kata pasar malam dan jajan sepuasnya sudah membuat air liur eunha ingin keluar dari dalam mulutnya. Eunha tak henti-hentinya bersyukur dipertemukan dengan sinb. Usaha eunha kabur dari rumah memang tak sia-sia berkat kehadiran sinb.

Setelah masuk ke dalam area inti pasar, eunha kembali berlarian kesana-kemari mencoba segala macam jajanan ‘street food’ yang tersedia di dalam pasar. Dan sinb kembali mengeluarkan kameranya. Mengambil gambar eunha berkali-kali adalah hal yang menyenangkan untuknya. Gambar yang dihasilkan sinb selalu berkesan aesthetic dan tak pernah mengecewakan. Setelah puas dengan gambarnya, sinb mulai mengejar eunha dan ikut menikmati jajanan dari kios ke kios.

.

.

Sekarang sinb dan eunha berada di dalam mobil. Keduanya sudah puas mencicipi setiap kios yang menyediakan jajanan lezat yang dijual.

“unnie sudah kenyang?”

“yap! Gomawo sinb-ah.......” ucap eunha dengan penuh ketulusan disetiap katanya.

Sinb tersenyum mendengarnya, “iya sama-sama...”

“maaf jika awalnya aku sangat mengganggumu...”

“tidak...tidak...kau sama sekali tidak mengganggu, justru sekarang aku senang karena ada kau yang menemaniku eunha unnie.....”

Eunha juga ikut tersenyum mendengar ucapan sinb, “baiklah ayo kita kembali ke hotel...!”

“eitss tidak secepat itu nona jung, kita akan mengunjungi satu tempat lagi...”

“ah sungguh?!! Baiklah aku percayakan semua ini padamu nona hwang!”

“hahahaaaa......”

Kali ini perjalanan mereka memakan waktu 30 menit. Sinb kembali memarkirkan mobilnya di tempat asing yang tidak pernah eunha ketahui.

“kita keluar unnie...”

“kita mau dimana?”

“ini adalah observatorium yang ada di gunung Apsan. Dan kita akan kesana dengan menggunakan kereta gantung itu” ucap sinb sambil meunjuk kereta gantung yang jaraknya tidak jauh dari mereka.

“waah kereta gantung! Aku baru kali ini melihat yang seperti itu!”

“ahahaha baiklah kajja kita naik kereta itu!”

Setelah berada di dalam kereta, eunha bersikap sangat tenang tidak seperti biasanya. Eunha menikmati pemandangan malam kota Daegu dari balik jendela kereta gantung. Dan lagi-lagi sinb mengambil kesempatan untuk mengambil gambarnya secara diam-diam.

“pemandangannya indah ya...”

“nanti akan lebih indah lagi unnie...”

“benarkah?”

“yep yep!”

Perjalanan mereka menggunakan kereta gantung hanya memakan waktu 5 menit. Setelah itu sampailah mereka di observatorium. Dan benar kata sinb. Pemandangan dari observatorium jauh lebih indah dan lebih jelas. Mereka berdua bisa melihat pemandangan kota Daegu secara keseluruhan. Eunha kembali menjadi anak kecil yang senangnya kegirangan. Eunha berlari menuju ke sebuah teleskop besar. Baru kali ini ia melihat teleskop yang sebesar ini. ia melihat seluk beluk kota Daegu dengan teleskop tersebut. Dan lagi-lagi sinb mengambil kesempatan untuk mengambil gambarnya secara diam-diam.

“Bagaimana indah kan?”

Eunha menghentikan kegiatannya, ia berbalik dan menghadap sinb. Tiba-tiba eunha memeluk sinb dengan erat. Teramat sangat erat hingga sinb kesulitan bernafas.

“sinb-ah gomawo....”

“i-iya unnie sama-“

“terimakasih sinb-ah terimakasih...! mungkin  ini hanyalah perjalanan yang biasa kau lakukan, tapi percayalah perjalanan ini adalah pengalaman terindah dalam hidupku! perjalanan ini sangat berharga untukku! Terimakasih sinb-ah aku sangat berhutang padamu.......”

Dengan perlahan sinb membalas pelukan eunha. Sinb tidak menyangka jika perjalanan ini sebegitu berharganya di mata eunha. Sinb juga tidak menyangka jika perjalanan ini bisa membuat eunha sebegitu bahagianya. Tanpa sadar, dalam hatinya sinb bertekad untuk tidak mengecewakan eunha dalam perjalanan mereka selanjutnya menuju Busan.

.

.

.

.

“haaah capek juga ternyata..........” sinb merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Kini mereka berdua sudah kembali ke hotel.

“haaahh iya capek juga............” eunha ikut merebahkan tubuhnya disamping sinb. Keduanya memejamkan mata untuk sementara. Melepaskan rasa lelah mereka secara perlahan dengan mata terpejam.

“unnie.....”

“hmm?”

“pindah ke tempat tidurmu sendiri sanaa.....”

“tidak mau, aku maunya tidur denganmu Bi......”

“lalu untuk apa aku tadi memesan 2 tempat tidur?!”

“ya itu salahmu, kan aku tidak pernah bilang kalau aku mau 2 tempat tidur..”

“ck dasar......”

“hahahaaaa”

Pada akhirnya mereka berdua benar-benar tidur di ranjang yang sama. Sinb tidak pernah bisa menolak kehendak dari eunha. Keduanya tidur dengan tenang dan pulas.

Pagi harinya sinb bangun terlebih dahulu. Saat membuka matanya sinb terkejut karena posisi eunha yang seperti ‘menguncinya’. Kedua tangannya memeluk leher sinb, kepalanya berada di dada sinb, dan yang paling tidak enak dilihat adalah kedua kakinya. Kedua kakinya terlipat memeluk perut sinb. Posisi mereka seperti ibu monyet yang sedang menggendong anak monyetnya, pikir sinb. Sinb mencoba melepaskan pelukan eunha, namun tidak bisa. Pelukannya terlalu kuat, padahal ia dalam keadaaan tidak sadar.

“oi...oi....eunha unnie......”

“.....”

“eunha unnie bangun.......”

“hmmm.....iyaa..........” akhirnya eunha melepaskan pelukannya.

“bangun dan bersiap-siaplah unnie, sebentar lagi kita akan berangkat ke Busan...”

.

.

.

.

Saat ini sinb dan eunha sudah berada di dalam mobil melanjutkan perjalanan mereka menuju Busan. Karena jalanan cukup macet jadi waktu tempuh mereka menjadi 1 setengah jam. Setelah sampai Busan, sinb tidak langsung mencari hotel lagi. Sinb mengajak eunha berkeliling kota Busan terlebih dahulu. Dan ternyata hanya berkelilingpun bisa menghabiskan waktu selama 2 jam. Setelah puas dengan berkeliling akhirnya sinb mencari hotel lagi untuk mereka bermalam. Sinb menghentikan mobilnya di salah satu hotel yang tempatnya dekat dengan Pantai Haeundae. Dan di sebelah barat pantai Haeundae terdapat Pantai Gwangalli.

Setelah masuk hotel, mereka berdua melakukan reservasi. Dan kali ini sinb memesan 1 kamar dan 1 tempat tidur dengan ukuran Queen size. Kemudian sinb dan eunha kembali merebahkan tubuh mereka di atas kasur setelah memasuki kamar.

“oke unnie seperti biasa, kau istirahat dulu nanti kita akan main ke pantai!”

“siap boss!”

.

.

.

.

Saat ini eunha kebingungan, pasalnya setelah mengajaknya ke pantai Haeundae tiba-tiba saja sinb menghilang. Eunha benar-benar panik karena tidak ada sinb di dekatnya. Otaknya mulai berspekulasi hal-hal yang negatif. Jangan-jangan sinb diculik? Jangan-jangan sinb tersesat? Atau malah jangan-jangan eunha sendiri yang tersesat? Atau jangan-jangan sinb sengaja meninggalkannya?

*kriiing* kriiing*

Eunha menghentikan langkahnya dan menoleh kearah sumber suara tersebut.

“wah sepedah!”

“naiklah unnie, kita jalan-jalan pakai sepeda...!” dan ternyata itu adalah sinb yang menaiki sepeda berwarna biru dengan keranjang di depannya.

“darimana kau mendapatkan ini sinb-ah?”

“itu disana...” sinb menunjuk ke arah tempat peminjaman sepeda yang letaknya agak jauh dari mereka, “ayo unnie, naiklah dibelakang...” eunha menuruti apa kata sinb. Eunha duduk di bangku belakang kemudian satu tangannya memeluk pinggang sinb.

Dengan perlahan sinb mulai mengayuh sepedanya. Awalnya gerakannya agak lambat namun lama-kelamaan setelah terbiasa sinb mampu menambah kecepatan sepedanya. Sinb dan eunha menikmati berkeliling di sekitar pantai menaiki sepeda dan ditemani dengan angin laut yang berhembus dengan kencang. Mereka berdua kembali menghabiskan waktu dengan bersenang-senang sampai malam menjelang.

“unnie ayo kita jajan ke pantai sebelah...”

“huh? Kenapa tidak disini saja?”

“heizz kurang greget kalau hanya mengunjungi satu pantai. Mumpung jaraknya juga dekat...”

“baiklah ayo goes lagi sinb-ah....!”

“siap boss!”

Sinb kembali mengayuh sepedanya menuju pantai Gwangalli. Setelah sampai, mereka benar-benar mencicipi semua jajanan yang ada di setiap kios yang mereka temui. Sambil menikmati suasana malam di pantai, eunha berjalan menyusuri bibir pantai bersama sinb disampingnya. Sepedanya mereka tinggal untuk sementara.

*ckriik*

Eunha menoleh kearah sinb. Sinb baru saja mengambil gambarnya, namun kali ini eunha mengetahui aksinya.

“Yah! Dasar.....!”

“ahahaha mendekatlah unnie kita foto bersama...” eunha menuruti apa kata sinb. Eunha menunjukkan senyum manisnya di depan kamera dan sinb menunjukan senyumnya beserta semua giginya. Terlihat sebuah kebahagiaan yang terpancar dari wajah mereka berdua.

“ini sudah semakin malam, ayo kita kembali ke hotel unnie....”

“iya tapi sebelumnya kembalikan dulu sepeda yang kau pinjam tadi”

“oh iya, hampir saja lupa hehe....”

.

.

.

.

Eunha telah tertidur diranjangnya, sementara sinb masih sibuk bermain dengan ponselnya disebelah eunha. Sinb browsing dan mengupdate berita apa saja yang sedang hangat hari ini. Tiba-tiba saja kedua bola matanya membulat saat melihat salah satu judul berita. Sinb menekan judul berita tersebut untuk melihat beritanya secara keseluruhan. Dan sekarang dia benar-benar shock dengan fakta yang baru saja ia temukan. Dengan tergesa-gesa ia membangunkan eunha disampingnya.

“eunha unnie! Eunha unnie!”

“hmmmh............”

“bangun.........bangun............”

“ada apa?”

Sinb langsung menunjukkan ponselnya di hadapan eunha. Setelah melihat apa yang ditunjukkan sinb, eunha langsung terbangun dari tidurnya. Rasa kantuknya tiba-tiba saja menghilang.

“ja-jadi kau sebenarnya adalah............”

“iya benar.”

Selama ini memang eunha tidak pernah menceritakan siapa dirinya yang sebenarnya. Dan sinb pun tidak pernah ambil pusing mengenai hal itu. Tapi setelah ia membaca headline yang berjudul “JUNG EUNHA, PUTRI BUNGSU PERDANA MENTRI KOREA SELATAN TELAH MENGHILANG” jantungnya berpacu dengan cepat. Dan setelah ia membuka headline tersebut untuk informasi yang lebih lanjut, jantungnya semakin derdetak tidak karuan ketika ada foto eunha unnie-nya di dalam sana. Seharusnya dari awal sinb sudah curiga ketika eunha mengatakan bahwa ia selalu diikuti oleh bodyguard. Seharusnya dari awal sinb tahu bahwa eunha bukanlah orang sembarangan.

“apa kau takut sinb-ah?”

“........”

“kau boleh meninggalkanku sekarang jika kau takut sinb-ah, aku tidak akan melaporkanmu ke polisi” kemudian eunha meraih tas yang ada didekatnya dan ia kembali mengeluarkan beberapa kartu dari dalam sana, “ini milikmu, sekarang ambillah kau boleh memilikinya lagi dan kau boleh pergi-“

Belum sempat eunha menyelesaikan kalimatnya, sinb telah mengunci tubuh eunha ke dalam pelukannya. Tidak, sinb tidak mau pergi meninggalkan eunha unnie-nya. Sinb belum rela jika harus berpisah dari eunha. Sinb belum sanggup jika harus berpisah dari eunha. Sinb masih ingin menghabiskan perjalanannya bersama eunha. Sinb sangat bersyukur dengan kehadiran eunha, dan sinb belum mau berpisah darinya.

“tidak unnie, aku sudah tidak perduli lagi dengan kartu-kartu itu. Yang aku perdulikan sekarang adalah kau eunha unnie. Jujur aku memang takut, tapi aku takut bukan karena fakta yang baru saja aku temukan. Aku takut karena jika perjalanan ini berakhir maka aku berpisah darimu. Aku takut kehilanganmu unnie. Kau sudah memiliki dampak yang besar untuk hidupku...”

Mendengar kalimat indah yang keluar dari mulut sinb, eunha hanya bisa menangis di dalam pelukan sinb. Eunha merasa tersanjung dengan kata-kata yang diucapkan oleh sinb. Baru kali ini ia bertemu dengan orang sebaik sinb. Kini mereka menghabiskan malam dengan saling berpelukan satu sama lain, bahkan ketika terlelap-pun mereka masih berpelukan seakan-akan enggan untuk berpisah satu sama lain.

.

.

.

.

 Keesokan harinya eunha yang bangun terlebih dahulu. Eunha tersenyum simpul saat mengetahui posisi tidur mereka yang masih berpelukan satu sama lain. Entahlah yang eunha tahu bahwa pelukan sinb adalah tempat ternyaman saat ini.

“Bi......sinbi.......bangun sudah siang............”

“hmm nanti unnie...........aku masih mau tidur denganmu............” sinb malah mempererat pelukannya terhadap eunha. Eunha kembali terkekeh kecil melihat kelakuan sinb. Eunha pun melakukan hal yang sama. Ia juga mempererat pelukannya namun ia tidak kembali tertidur. Eunha hanya memandangi wajah sinb. Tanpa bosan eunha terus memandangi wajah sinb yang sedang memejamkan matanya.

“unnie?”

“apa?”

“aku tidak mau perjalanan kita berakhir........”

Dengan perlahan eunha mengecup puncak kepala sinb, “aku juga.......”

Seharian ini mereka hanya menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan di dalam kamar.

.

.

.

.

“malam-malam begini kita mau kemana bi?” saat ini sinb dan eunha sudah berada di dalam mobil dan hendak pergi ke suatu tempat.

“ke amusement park yang ada di Gwangalli”

“amusement park?!! Waahh....!”

“unnie suka?”

“Tentu saja dasar bodoh!”

“ahahahaaa....”

.

.

Setibanya di amusement park eunha dan sinb tidak langsung menaiki segala wahana yang ada di sana. Seperti biasa mereka akan jajan terlebih dahulu. Mencicipi berbagai jajanan yang ada di setiap kios. Setelah puas mengisi perut mereka, wahana pertama yang mereka naiki adalah roller coaster. Karena sinb dan eunha sama-sama memiliki jiwa petualang, jadi roller coaster hanya ‘sedikit’ menghibur mereka. Kemudian mereka melanjutkan dengan menaiki wahana-wahana ekstrem yang tersedia. Dari ujung sana sampai ujung sini mereka menghabiskan waktu menaiki segala macam wahana-wahana yang memacu jantung. Lalu pemberhentian terakhir mereka adalah wahana favorit setiap orang, ferris wheel.

Kini sinb telah duduk disebelah eunha. Ferris wheel bisa menjadi tempat mereka untuk beristirahat setelah berbagai wahana ekstrem yang telah mereka naiki. Karena hanya perlu duduk dan menikmati pemandangan dari balik kaca. Tangan kanan sinb tiba-tiba menggenggam tangan kiri eunha. Ia mengusap tangan mungil tersebut dengan pelan.

“apa unnie bahagia dengan perjalanan ini?”

“aku tidak pernah merasa sebahagia ini dalam hidupku sinb-ah.......”

Sinb tersenyum mendengarnya. Kemudian tangan kiri sinb meraih wajah eunha. Dengan perlahan ia dekatkan wajahnya ke arah eunha. Melihat eunha yang sudah menutup matanya, membuat sinb semakin yakin untuk bertindak semakin jauh. Semakin dekat dan semakin dekat dan akhirnya sinb bisa merasakan bagaimana rasanya bibir indah milik eunha unnie-nya ini. sinb menyesap bagian bawah dan bagian atas bibir eunha secara bergantian. Dan eunha hanya pasrah menerima ciuman dari sinb. Karena jujur ini adalah kali pertama ia merasakan hal yang seperti ini. Setelah puas dengan tindakannya, sinb melepas tautan bibir mereka.

 “eunha unnie aku mencin-“ Belum sempat sinb menyelesaikan ucapannya, eunha menghentikan sinb dengan jari telunjuknya.

“jangan katakan itu sinb-ah. Walaupun aku juga merasakan hal yang sama, kumohon jangan katakan itu....”

“kenapa?”

“karena aku tahu setelah semua ini berakhir, maka aku akan terpisah darimu. Aku tidak sanggup menerima cintamu jika pada akhirnya aku tetap akan terpisah darimu sinb-ah...”

“unnie dengarkan aku. Aku mencintaimu sepenuh hatiku. Aku mencintaimu tulus dari lubuk hatiku yang terdalam. Aku mencintaimu tanpa ada ragu. Dan aku berjanji padamu bahwa kita akan tetap bersama walaupun perjalanan kita berakhir. Kau adalah putri dari seorang perdana mentri eunha unnie. Itu merupakan suatu yang mudah bagiku untuk melacakmu jika kita telah terpisah nanti.”

“apa aku bisa mempercayaimu?”

“apa aku pernah mengecewakanmu?”

Eunha menyunggingkan senyumnya dan menenggelamkan dirinya kedalam pelukan sinb.

“aku juga mencintaimu sinb-ah.....”

.

.

.

.

Hal yang ditakutkan akhirnya menjadi kenyataan. Setelah keluar dari wahana ferris wheel tiba-tiba saja mereka telah dihadang dengan kumpulan orang-orang tinggi besar berjas hitam. Para bodyguard eunha telah berhasil mengetahui keberadaan eunha.

“waktunya anda pulang nona muda...”

Sinb tidak bisa berkutik. Melawan para bodyguard itu pun sama sekali tidak ada gunanya. Sinb masih terlalu lemah untuk melawan mereka. Andaikan bisa, sinb sudah pasti membawa eunha kabur lebih jauh. Pada akhirnya sinb hanya memeluk eunha seraya membisikkan, “aku pasti akan menemukanmu unnie, percayalah........” dan sinb melepas eunha pergi bersama para bodyguardnya.

.

.

Sesampainya di hotel sinb hanya melamun memandang langit-langit kamarnya. Kemudian ia mengambil ranselnya. Lalu ia mengeluarkan kameranya. Sinb memandangi satu persatu hasil jepretannya sambil kembali mengenang pengalamannya bersama eunha. Dari mulai eunha yang bermain di taman bunga azalea, eunha yang menikmati jajanan yang ada di pasar Seomun, eunha memandang kota Daegu dari dalam kereta gantung, eunha yang memandang kota Daegu dengan teleskop besar, hingga eunha yang berjalan disekitar pantai Gwangalli di malam hari. Dan terakhir adalah hasil jepretan favorit sinb. Dan itu adalah gambarnya bersama dengan eunha yang tersenyum bahagia.

“tunggu aku eunha unnie.........”

.

.

.

.

*1 bulan kemudian*

Eunha berjalan keluar dari kampusnya dengan wajah yang sangat lesu. Ini sudah waktunya bagi eunha untuk pulang. Dari kejauhan eunha bisa melihat sebuah mobil hitam besar yang biasa ia gunakan untuk pergi mengantarnya kemana saja. Namun ada yang aneh, eunha tidak melihat satupun bodyguardnya dari tadi. Padahal biasanya salah satu bodyguardnya sudah ada di depan mobil dan bersiap untuk membukakan pintu untuknya. Tapi eunha tak mempedulikannya. Kini ia masuk ke dalam mobil dan menunggu sopir untuk melajukan mobil ini menuju ke rumahnya.

“siap untuk melanjutkan perjalanan kita nona Jung?”

Suara itu.....

Eunha langsung menoleh kearah bangku sopir, dan benar saja disana sudah ada seseorang yang selama ini kehadirannya dinantikan olehnya.

“SINB-AH.....!!!”

.

.

.

.

.

fin

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
shin_arman #1
Chapter 7: Wah, wah, eah,
Jungminah18 #2
Chapter 6: gue udah baca yg di instagram, masih sad karna sad ending... tp alurnya bagus bngttttt
Jungminah18 #3
Chapter 5: wkwkwk emang absurd tp bikin ngakak "...tanpa jigong" XD
btw, hyung baru kambek i micuuuuu TT
yi_piii #4
Chapter 3: kau sudah menyeretku ke dunia sinrin dengan akun instagram itu
membuatku jatuh cinta
uda cinta kau menghilang dengan menghapus akun itu
dan sekarang kau menawarkan kisah Eunbiline yang selalu indah ini
T.T ...aku tanpamu hanya butiran nutrisari
yi_piii #5
Chapter 1: apaan???? di hapusss?????
sungguh durjana kau dek T.T
Jungminah18 #6
Chapter 4: keluarga sengklek wkwkwk
Jungminah18 #7
Chapter 3: awww gue baper ^^
sequel juseyo~ sekalian sampe mereka married XD
Jungminah18 #8
Chapter 2: wkwkwk una sampe lempar hair dryer
umjunya dinistakan

NB : @bonaajung authornya, gfriendster unni