14일 (14 Days)

14일 (14 Days)

Kyuhyun’s POV

            Akhirnya aku dapat kembali ke kota Seoul setelah 7 tahun yang lalu aku meninggalkan kota yang membesarkanku ini tanpa pesan. Betapa senangnya aku sudah menginjakkan kakiku tepat 14 hari sebelum hari ulang tahunku. Aku benar-benar bahagia. Terlebih lagikarena aku ingin menemui seseorang yang sudah sangat aku rindukan. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            Ketika aku memasuki rumah yang sudah 7 tahun tidak aku tempati itu, mataku langsung tertuju pada sesosok wanita yang sangat aku kenali. Tapi siapa anak laki-laki yang bersamanya?

            “Nunna…” ucapku.

            “Kyuhyun-a…” ucapnya sambil beranjak dan segera menghampiriku. “Akhirnya kau pulang,” ucapnya sambil memelukku.

            “Ye… bogoshipda…” ucapku.

            “Kenapa kau tidak mengabari terlebih dahulu bahwa kau akan pulang hari ini?” tanyanya sambil melepau dari pelukannya.

            “Aku tidak ingin merepotkanmu untuk menjemputku ke bandara,” ucapku.

            “Kau sudah banyak berubah,” ucapnya sambil menepuk-nepuk wajahku dengan tangan lembutnya sementara senyuman manis terkembang dari bibirnya.

            “Eung… Nunna, siapa anak kecil itu?” tanyaku.

            Tiba-tiba ekspressi Ahra Nunna berubah saat aku bertanya. Ekspressi yang tidak aku mengerti. Bahkan dia menatap anak kecil itu dengan tatapan yang tidak aku mengerti juga.

            “Nunna…” ucapku.

            “Ah… dia Junghyun, pasienku,” ucap Ahra Nunna sambil berjalan ke arah anak itu dan kemudian mengelus rambutnya penuh kasih sayang.

            Pasien? Entah kenapa aku tidak merasa puas dengan jawaban yang Ahra Nunna berikan. Bahkan aku merasa Ahra Nunna menyembunyikan sesuatu dariku. Jika memang anak itu adalah pasiennya, kenapa Ahra Nunna terlihat begitu menyayanginya? Seperti seorang ibu kepada anaknya,

“Junghyun-a, kenalkan dia adalah adikku,” ucap Ahra Nunna sambil merangkul bahu anak itu.

            “Annyeong hasimnikka, Ajusshi. Jeoneun Junghyun imnida,” ucap anak kecil itu memperkenalkan dirinya padaku.

            “Ah, annyeong… Kyuhyun imnida,” ucapku.

            “Pasti kau sangat lelah, sebaiknya kau beristirahat,” ucap Ahra Nunna.

            “Baiklah,” ucapku.

            “Sementara kau beristirahat, aku akan keluar sebentar,” ucap Ahra Nunna sambil merapikan tas yang sepertinya milik anak bernama Junghyun itu.

            “Kemana?” tanyaku.

            “Mengantarkan Junghyun pulang,” jawab Ahra Nunna.

            “Ah, ne…” ucapku sambil menatap Junghyun.

            Akupun melangkahkan kakiku menaiki anak tangga yang mengantarkanku ke lantai 2. Aku berjalan menuju kamarku. Tapi pikiranku masih tidak juga terlepas dari anak itu. Junghyun, siapa dia? Kenapa aku merasa tidak asing lagi dengannya? Apa yang Ahra Nunna sembunyikan tentangnya?

***

 

 

 

            Malam ini aku memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar kota Seoul untuk melepaskan rasa rinduku pada kota ini. Akupun terus melangkahkan kakiku menelusuri setiap jalanan kota Seoul sambil menikmati pemandangan malam kota Seoul yang begitu indah. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            BRRUUKK…

            Aku rasa aku menabrak seseorang ketika aku berjalan sambil memandang langit malam.

            “Joesonghamnida, aku…” ucapanku tertahan begitu saja saat melihat seseorang yang aku tabrak.

            Dia menatapku. Tatapan ini, tatapn yang selama ini aku rindukan. Tapi dia segera melangkahkan kakinya lagi tanpa menungguku menyapanya. Tanpa menungguku menanyakan kabar tentangnya.

            “Jamkkanman…” ucapku.

            Tapi dia tidak menghiraukanku dan terus berjalan meninggalkanku. Aku pun segera mengejarnya.

            “Jihyeon-a…” panggilku.

            Akhirnya aku dapat menghentikan langkahnya dan berdiri dihapadapannya.

            “Maaf, Anda salah orang,” ucapnya tanpa melihatku.

            “Tidak mungkin,” ucapku. “Waeyo, Jihyeon-a? kenapa kau menghindariku seperti ini?” tanyaku.

            “Anda salah orang,” ucapnya lagi sambil terus berusaha menghindar.

            “Aku tidak pernah melupakan tatapan yang hangat dan penuh kasih sayang. Hanya kau, Lee Jihyeon yang memiliki tatapan itu dimataku,” ucapku sambil meraih tangannya untuk menahannya pergi.

            Jihyeon hanya menatapku dingin. Aku benar-benar merindukannya. Aku ingin memeluknya untuk melepaskan semua rasa rinduku padanya. Tapi dia melepaskan tanganku dan kemudian kembali melangkahkan kakinya untuk meninggalkanku.

            “Jihyeon-a…” panggilku.

            Kali ini Jihyeon berlari meninggalkanku.

            “Jihyeon-a…” panggilku sambil berusaha mengejar Jihyeon yang sudah menyebrangi jalan.

            Langkahku terhenti ketika mobil-mobil yang sempat terhenti kembali melaju dan aku kehilangan Jihyeon saat sebuah truk menghalangi pemandanganku.

 

 

Jihyeon’s POV

            “Eonni, aku pulang duluan,” ucapku.

            “Ne, kita bertemu di rumah,” ucap YeonYoung Eonni.

            “Aku pulang,” ucapku sambil meraih tasku.

            “Berhati-hatilah,” ucap YeonYoung Eonni.

            “Ne…” ucapku.

            Aku pun melangkahkan kakiku keluar dari restaurant yang aku bangun bersama dengan YeonYoung Eonni, sahabat yang sudah aku anggap seperti kakak kandungku sendiri. Akupun terus berjalan menelusuri jalanan yang memang biasa aku lalui dan sedikit mempercepat langkahku.

            BRRUUKK…

            Aku merasa seseorang menabrakku.

“Joesonghamnida, aku…” ucapanannya tertahan.

DEG…

Aku merasa jantungku berhenti berdetak ketika melihat sesosok pria yang berdiri dihapanku. Geurae, aku sangat mengenalnya. Tapi aku tidak ingin melihatnya lagi. Aku pun segera melangkahkan kakiku untuk meninggalkannya. Karena sungguh aku tidak ingin berinteraksi lagi dengannya.

“Jamkkanman…” terdengar suaranya.

Tapi aku benar-benar tidak ingin menghiraukannya lagi. Aku tidak mau mempedulikannya lagi dan aku tidak mau melihatnya lagi.

“Jihyeon-a…” masih terdengar suaranya memanggil namaku.

Memang aku merindukan suaranya. Merindukan bagaimana dia menyebut namaku. Tapi rasa rindu kalah oleh rasa sakit jika aku ingat bagaimana dia menyakitiku.

Ternyata dia berhasil mengejarku dan kali ini dia berdiri di hadapanku. Tapi aku tidak ingin melihatnya.

“Maaf, Anda salah orang,” ucapku tanpa melihatnya.

“Tidak mungkin,” ucapnya. “Waeyo, Jihyeon-a? Kenapa kau menghindariku seperti ini?” tanyanya.

“Anda salah orang,” ucapku sambil berusaha menghindar.

            “Aku tidak pernah melupakan tatapan yang hangat dan penuh kasih sayang. Hanya kau, Lee Jihyeon yang memiliki tatapan itu dimataku,”ucapnya sambil meraih tanganku dan berhasil kembali menahanku.

            Aku menatapnya dingin. Ada sedikit rasa bahagia dihatiku karena aku bisa melihatnya lagi. Melihat wajahnya yang sempat lama menghilang. Tapi aku tidak ingin karena perasaan bodoh ini aku kembali jatuh di lubang yang sama. Akupun melepaskan tangannya dan meninggalkannya.

            “Jihyeon-a…” terdengar dia kembali memanggilku.

            Tapi kali ini aku sengaja mempercepat langkahku dan berlari menjauh darinya.

            “Jihyeon-a…” masih terdengar suaranya memanggilku ketika aku menyebrangi jalanan.

            Ketika sampai di seberang jalan, aku sengaja mempercepat langkahku. Bahkan ketika sebuah truk besar melintas, aku sengaja mencari tempat untuk bersembunyi agar dia berhenti mengikutiku. Kenapa Tuhan mengirimnya kembali? Kenapa dia kembali di saat aku benar-benar tidak ingin melihatnya lagi?

            Setelah aku merasa keadaan aman, aku segera keluar dari tempatku bersembunyi. Syukurlah, dia sudah pergi. Ini sangat bagus. Karena aku tidak ingin dia mengikutiku lantas memintaku kembali padanya. Aku tidak ingin itu terjadi karena hatiku sudah tertutup oleh luka yang dia buat. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            Tanpa terasa, aku sudah sampai di depan rumahku. Sebuah rumah yang berhasil aku dapatkan dari hasil kerja kerasku dan YeonYoung Eonni. Sebuah rumah yang tidak begitu mewah, namun penuh kasih sayang.

 

 

Kyuhyun’s POV

            Sesampainya di rumah, aku masih tidak bisa tertidur. Bahkan kakiku menuntunku untuk keluar dari kamarku dan menuju ke ruang tengah. Aku masih terpikirkan Jihyeon. Kenapa? Kenapa dia menghindariku? Bahkan kenapa dia seperti tidak ingin melihatku lagi?

            “Kenapa sedini ini kau belum tidur?” terdengar suara Ahra Nunna yang mendapatiku tiduran di sofa ruang tengah.

            “Aku belum ingin tidur,” ucapku sambil bangun dan duduk.

            “Apa ada yang sedang kau pikirkan?” tanya Ahra Nunna lagi.

            “Aniyo…” aku sengaja berbohong agar Ahra Nunna tidak merasa khawatir. “Eung… Nunna, apa benar Junghyun adalah pasienmu?” tanyaku.

            Kembali ku lihat perubahan ekspressi Ahra Nunna. Ekspressi yang sama dengan tadi siang ketika untuk pertama kalinya aku menanyakan perihal Junghyun. Ekspressi yang masih tidak aku mengerti.

            “Ah, tentu saja dia pasienku,” jawab Ahra Nunna.

            “Geojitmal…” kata-kata ini meluncur begitu saja tanpa bisa aku kendalikan ketika mendengar jawaban Ahra Nunna.

            “Sungguh, dia pasienku,” ucap Ahra Nunna.

            “Jelaskan padaku siapa anak itu sebenarnya. Jangan terus berusaha menutupinya seperti ini. Karena meskipun kau terus menutupinya, suatu saat nanti aku juga pasti akan mengetahui kebenarannya,” ucapku.

            Ahra Nunna hanya menatapku.

            “Geurae…” ucap Ahra Nunna.

            “Marhaebwa…” ucapku.

            “Sebenarnya Junghyun memang pasien yang sempat aku rawat. Tapi selain pasienku, Junghyun juga adalah seseorang yang sangat berarti bagiku karena dia adalah keponakanku. Junghyun adalah putera dari adikku, putera yang Jihyeon besarkan dengan tangannya sendiri,” jelas Ahra Nunna.

            Aku tersentak mendengar jawaban Ahra Nunna. Geureom, Junghyun adalah puteraku?

            “Junghyun adalah anakmu, anak yang kau tinggalkan,” ucap Ahra Nunna.

            Aku hanya menatap Ahra Nunna. Aku benar-benar tersentak dengan jawabannya. Junghyun adalah anakku, anak yang aku tinggalkan 7 tahun yang lalu.

 

 

Flashback 7 tahun yang lalu…

Kyuhyun’s POV

            Pagi ini aku terbangun karena aku mendengar isak tangis di kamarku. Akupun segera membuka mataku untuk melihat siapa yang sudah menangis pagi hari seperti ini. Tiba-tiba mataku tertuju pada sesosok gadis yang duduk di tempat tidurku dengan tubuhnya yang terbungkus oleh selimutku.

            “Jihyeon-a…” ucapku sambil segera bangun dan terduduk.

            Jihyeon terus menangis tanpa menghiraukanku. Akupun hendak merangkul bahunya tapi dia menepis tanganku.

            “Jangan sentuh aku,” ucapnya sambil terisak.

            Aku baru menyadari bahwa sesuatu telah terjadi dan aku juga mendapati tubuhku hanya terbungkus oleh sebuah selimut lain.

            “Ini sebuah kecelakaan. Aku… aku… tidak bermaksud melakukannya,” ucapku.

            Aku teringat kejadian tadi malam. Ketika Jihyeon tertidur, aku memindahkannya ke kamarku. Tapi sayangnya setan menguasai diriku sehingga semuanya terhadi begitu saja. aku tidak bisa mengendalikan diriku. Bahkan aku juga ingat bagaimana Jihyeon bangun dan berusaha melepaskan diri, tapi aku aku tetap melakukannya. Aku mengototrinya. Aku mengotori gadis yang sangat aku cintai.

            “Mianhae, jeongmal mianhae…” ucapku sambil meraih tangannya. Tapi lagi-lagi Jihyeon menepis tanganku.

            “Jangan sentuh aku,” ucapnya lagi masih dengan isak tangis yang menyiratkan betapa terlukanya dia karena perbuatan bejatku. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            “Aku akan bertanggung jawab,” ucapku sambil menariknya ke dalam pelukanku.

            Jihyeon masih berusaha untuk melepaskan diri dari pelukanku. Tapi aku memelukanya semakin erat karena alu tidak ingin melepaskannya. Aku tidak ingin dia berusaha memberontak. Karena aku sangat mencintainya dan aku akan bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan terhadapnya.

 

 

Ahra’s POV

            Sarapan untuk pagi ini telah selesai aku buat. Memang seperti biasa sebelum aku berangkat ke rumah sakit, aku membuatkan sarapan untukku dan adikku, Kyuhyun. Tapi kenapa Kyuhyun belum juga turun dari kamarnya? Tidak biasanya dia terlambat seperti ini.

            “Kyuhyun-a…” teriakku.

            Tak lama setelah aku memanggilnya, ternyata anak nakal itu turun juga dari kamarnya. Jamkkanman, kenapa Jihyeon juga bersamanya? Terlalu pagi untuk Jihyeon sudah berada di sini. Lagipula, untuk apa Jihyeon bersama Kyuhyun? Mereka bukan pasangan kekasih.

            “Jihyeon-a, kenapa kau ada di sini?” tanyaku saat Kyuhyun dan Jihyeon berada di hadapanku.

            Jihyeon hanya menundukkan wajahnya. Begitu juga Kyuhyun yang menghindari tatapanku. Aku hanya menatap Jihyeon dan Kyuhyun hingga akhirnya terdengar isak tangis. Aku semakin bertanya-tanya dengan apa yang mereka sembunyikan atau apa yang sebenarnya terjadi?

            “Waeyo geurae?” tanyaku sedikit keras.

            “Nunna, joesonghamnida…” ucap Kyuhyun sambil menatapku dengan matanya yang berkaca-kaca.

            “Waeyo?” tanyaku.

            “Aku… aku… aku telah mengotori Jihyeon,” ucap Kyuhyun sambil menundukkan wajahnya.

            “Apa maksudmu?” tanyaku.

            “Aku… aku melakukannya pada Jihyeon,” ucap Kyuhyun.

            “Bagaimana bisa itu terjadi?” tanyaku menahan amarahku.

            “Jihyeon sempat berusaha melawanku, tapi aku tidak bisa mengendalikan diriku hingga akhirnya semuanya terjadi. Aku merebutnya secara paksa dari Jihyeon,” jelas Kyuhyun.

            PPLLLLAAAAKKK…

            Sebuah tamparan berhasil aku layangkan pada wajah adikku hingga dia sedikit terhuyung. Sementara Jihyeon masih terisak. Aku mengerti bagaimana perasaan Jihyeon saat ini. Sebagai sesama perempuan, aku juga bisa merasakan bagaimana sakitnya Jihyeon karena sesuatu yang sangat berharga darinya telah di rampas begitu saja. Akupun memeluk Jihyeon dan membiarkannya menangis dalam pelukanku.

            “Mianhae…” ucap Kyuhyun dengan mata yang mulai basah dengan cairan bening itu.

            Aku pun melepaskan Jihyeon dan membelai rambutnya.

            “Aku mengerti perasaanmu saat ini,” ucapku.

            “Nunna, aku akan mempertanggung jawabkan semuanya,” ucap Kyuhyun.

 

 

Author’s POV

            Dua minggu setelah ‘kecelakaan’ itu, Kyuhyun menghilang. Bahkan Kyuhyun pergi tanpa meninggalkan sepucuk suratpun untuk Jihyeon. Bahkan mengabari Ahra saja tidak. Kyuhyun benar-benar menghilang. Jihyeonpun mencari Ahra ke rumah sakit untuk mencari tahu tentang Kyuhyun.

            “Mianhae…” ucap Ahra sambil menatap Jihyeon.

            “Waeyo?” tanya Jihyeon.

            “Aku juga benar-benar tidak tahu dimana Kyuhyun,” ucap Ahra.

            “Dia juga tidak memberitahumu kemana dia akan pergi?” tanya Jihyeon sambil berusaha menahan tangisnya.

            “Sudah sejak 3 hari yang lalu dia menghilang, aku kira Kyuhyun pulang ke rumah orang tua kami di Busan untuk meminta restu, tapi ternyata Eomma dan Appa juga tidak mengetahui keberadaan Kyuhyun,” jelas Ahra.

            “Geurigo, eodie?” tanya Jihyeon dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.

            “Mianhae…” ucap Ahra. “Tapi tidak mungkin Kyuhyun pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab. Aku tahu benar, Kyuhyun bukan orang seperti itu,” jelas Ahra.

            Jihyeon pun beranjak dan mulai melangkahkan kakinya. Tapi tiba-tiba Jihyeon limbung dan pingsan. Ahra pun segera menolong Jihyeon dan membawa Jihyeon ke ruang perawatan dengan bantuan suster yang sedang bertugas saat itu. Ahra pun segera memeriksa Jihyeon. Setelah Ahra selesai memeriksanya, Jihyeon pun sadar.

            “Aku dimana?” tanya Jihyeon.

            “Kau di rumah sakit,” jawab Ahra.

            Jihyeon pun hendak bangun, tapi Ahra menahannya.

            “Beristirahat saja,” ucap Ahra.

            “Tapi aku harus segera pulang,” ucap Jihyeon.

            “Keadaanmu masih belum terlalu baik untuk pulang,” ucap Ahra.

            “Waeyo?” tanya Jihyeon.

            “Kau kelelahan. Jika kau pulang sekarang, aku khawatir kau pingsan di jalan dan aku juga khawatir terjadi sesuatu yang buruk pada kandunganmu,” jelas Ahra. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            “Kandungan?” tanya Jihyeon terkejut.

            “Ne…” jawab Ahra. “Kau sedang mengandung usia satu minggu,” ucap Ahra.

            Jihyeon kembali menangis dan kali ini memukuli perutnya.

            “Andwae, andwae!” ucap Ahra sambil memegangi tangan Jihyeon.

            “Waeyo? Kenapa harus seperti ini?” tanya Jihyeon sambil terisak.

            “Jangan terus menyiksa dirimu dan bayimu seperti ini, semua ini terjadi karena Kyuhyun, adikku,” ucap Ahra.

            “Mana? Dimana dia sekarang? Mana janjinya? Mana tanggung jawabnya?” teriak Jihyeon.

            “Aku akan berusaha mencarinya tapi tolong jangan sakiti dirimu dan bayimu lagi,” ucap Ahra.

 

 

Jihyeon’s POV

            Aku merasa kepalaku sakit ketika aku kembali membuka mataku.

            “Aku dimana?” tanyaku ketika aku mendapati sebuah ruangan yang asing bagiku.

“Kau di rumah sakit,” jawab Ahra Eonni.

            Akupun hendak bangun, tapi Ahra Eonni menahanku.

            “Beristirahat saja,” ucap Ahra Eonni.

            “Tapi aku harus segera pulang,” ucapku.

            “Keadaanmu masih belum terlalu baik untuk pulang,” ucap Ahra Eonni.

            “Waeyo?” tanyaku.

            “Kau kelelahan. Jika kau pulang sekarang, aku khawatir kau pingsan di jalan dan aku juga khawatir terjadi sesuatu yang buruk pada kandunganmu,” jelas Ahra Eonni.

            “Kandungan?” tanyaku terkejut.

            “Ne…” jawab Ahra Eonni. “Kau sedang mengandung usia satu minggu,” ucap Ahra Eonni.

            Ini artinya aku hamil? Dan bayi yang ada dalam kandunganku adalah anak Kyuhyun. Aniyo, aku tidak menginginkan bayi ini. Aku pun memukuli perutku.

            “Andwae, andwae!” ucap Ahra Eonni sambil memegangi tanganku.

            “Waeyo? Kenapa harus seperti ini?” tanyaku.

            “Jangan terus menyiksa dirimu dan bayimu seperti ini, semua ini terjadi karena Kyuhyun, adikku,” ucap Ahra Eonni.

            “Mana? Dimana dia sekarang? Mana janjinya? Mana tanggung jawabnya?” teriakku.

            “Aku akan berusaha mencarinya tapi tolong jangan sakiti dirimu dan bayimu lagi,” ucap Ahra Eonni.

            Kyuhyun telah membohongiku. Dia pergi begitu saja. dia tidak bertanggung jawab. Apa yang akan aku katakan ketika aku bertemu orang tuaku? Aku tidak sanggup untuk bertemu dengan mereka. Meskipun aku mengatakan bahwa ini adalah sebuah kecelakaan atau aku katakan bahwa aku di perk*sa, tapi pasti mereka tidak akan mau menganggapku lagi sebagai anak mereka. Karena aku telah membuat aib terbesar untuk keluargaku. Apa yang harus aku lakukan?

***

 

 

          Aku pun menelusuri jalanan kota Seoul yang mulai gelap. Aku tidak tahu kemana langkahku ini akan membawaku. Karena aku benar-benar tidak berani pulang ke rumah. Aku tidak berani menghadapi orang tuaku. Aku… aku… aku benar-benar ingin mengakhiri hidupku. Aku tidak sanggup seperti ini.

            Aku merasa kepalaku kembali pusing. Aku pun menghentikan langkahku dan berpegangan pada dinding untuk menopang tubuhku yang ku rasa mulai tak kuat lagi untuk berdiri.

            “Agasshi… gwaenchanayo?” tiba-tiba aku mendengar sebuah suara.

            Meskipun sangat pusing bahkan semua yang aku lihat seperti berputar, tapi aku bisa melihat sesosok wanita yang berdiri dihadapanku.

            “Agasshi… sepertinya kondisimu tidak baik. Sebaiknya kita ke rumahku,” ucapnya.

            “Gwaenchan…” ucapanku tertahan ketika aku merasa pandanganku buram hingga akhirnya semuanya GELAP…

End of flashback…

 

 

Jihyeon’s POV

            “Eonni, aku izin keluar sebentar untuk menjemput Junghyun,” ucapku.

            “Ne…” jawab YeonYoung Eonni.

            Akupun segera keluar meraih tasku dan keluar dari restaurant yang menjadi tempatku mencari nafkah untuk menghidupi keluarga kecilku. Akupun berjalan menelusuri jalanan yang membawaku ke sekolah Junghyun, anakku. Tapi tiba-tiba aku perasaanku tidak enak. Akupun segera mempercepat langkahku.

            Tak berapa lama, akupun tiba di depan sekolah Junghyun. Akupun menunggu di depan gerbang sekolah Junghyun karena anak-anak sudah keluar dari kelasnya. Hampir semua siswa sudah keluar, tapi kenapa Junghyun belum juga keluar? (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            “Hyebin-a…” ku panggil seorang anak perempuan yang memang teman sekelas Junghyun.

            “Ajumma…” ucap Hyebin sambil menghampiriku.

            “Apa hari ini tidak ada pelajaran tambahan?” tanyaku.

            “Eobtda…” jawab Hyebin sambil menggelengkan kepalanya.

            “Apa kau melihat Junghyun?” tanyaku.

            “Tadi ada seorang pria yang menjemput Junghyun,” jawab Hyebin.

            “Seorang pria?” ucapku terkejut mendengar jawaban Hyebin.

            “Ye…” ucap Hyebin.

            “Nugu?” tanyaku.

            “Molla…” jawab Hyebin.

            Rasa khawatir mulai menyeruak dalam pikiranku. Aku takut seseorang menculik Junghyun. Aniyo, aniyo… aku harap itu hanya pikiran burukku.

            “Junghyun dan pria itu sepertinya sudah saling mengenal,” ucap Hyebin.

            “Ne?” ucapku.

            Nugu? Siapa pria yang sudah menjemput Junghyung? Tidak ada pria yang Junghyun kenali selain guru-gurunya dan teman-temanku.

            “Ajumma, aku pulang sekarang. Eomma sudah menjemputku,” ucap Hyebin,

            “Ne, gomawo, Hyebin-a…” ucapku sambil mengelus rambut Hyebin.

            Akupun meninggalkan sekolah Junghyun yang mulai sepi itu dan mencari keberadaan Junghyun. Kemana anak itu? Siapa pria yang sudah membawanya?

 

            You’re my everything to me, you’re my everything to me, haneurui byeolcheoreom hwanhage bichyeojuri, geudaeneun namanui sarang, yeongwonhan namanui sarang, uri saranghaeyo, geudae hanamyeon nan chungbunhaeyo

 

            Begitu mendengar handphoneku berdering, akupun segera mengambilnya dan berharap bahwa telepon masuk itu dari YeonYeong Eonni yang mengabari bahwa Junghyun sudah berada di restaurant.

            “Yeoseseyo…” ucapku.

            “Jihyeon-a, kenapa lama sekali?” tanya YeonYoung Eonni di seberang sana.

            “Apa Junghyun sudah pulang ke restaurant?” tanyaku balik.

            “Ani… Junghyun tidak kemari,” jawab YeonYoung Eonni. “Waeyo?” tanyanya.

            “Junghyun tidak ada di sekolah,” ucapku.

            “MWO??!! Bagaimana bisa?” tanya YeonYoung Eonni.

           “Hyebin mengatakan bahwa Junghyun di jemput seorang pria,” jawabku. “Sekarang aku sedang mencari Junghyun,” ucapku. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            “Ah, baiklah… aku juga akan membantumu mencarinya,” ucap YeonYoung Eonni.

            Akupun segera menyimpan kembali ponselku ketika YeonYoung Eonni mengakhiri pembicaraan kami. Kembali ku langkahkan kakiku untuk melanjutkan pencarian Junghyun. Aku menuju ke tempat-tempat yang sekiranya di datangi Junghyun. Hingga akhirnya langkahku terhenti ketika aku menelusuri jalanan di taman kota.

            DEG…

            Jantungku serasa berhenti berdetak ketika melihat sesosok pria yang bersama Junghyun. Pria yang sangat aku kenali. Bagaimana bisa dia bersama anakku?

 

 

 

Kyuhyun’s POV

            Hari ini ku putuskan untuk menjemput Junghyun ke sekolahnya. Karena dengan begini aku bisa lebih dekat dengannya. Meskipun aku belum bisa memberitahunya bahwa aku adalah Ayahnya. Tapi yang terpenting bagiku sekarang, aku ingin membahagiakan Junghyun yang sempat aku tinggalkan bahkan aku telantarkan selama 7 tahun tanpa kabar sama sekali.

            “Junghyun-a…” panggilku.

            Junghyun pun menghampiriku yang saat itu berdiri di depan gerbang sekolahnya.

            “Kyuhyun Ajushhi…” ucapnya.

            Ajusshi? Seharusnya kau memanggilku ‘Appa’. Aku sangat ingin mendengarmu memanggilku ‘Appa’ seperti anak lain kepada Ayahnya. Tapi ini belum saatnya. Aku harus menebus semua salahku padamu, setelah itu aku baru bisa mendengarmu memanggilku ‘Appa’.

            “Kau sudah pulang?” tanyaku.

            “Ye…” jawab Junghyun.

            “Bagaimana kalau kita berjalan-jalan?” tanyaku.

            Junghyun terlihat berpikir.

            “Aku akan membelikanmu ice cream dan mainan,” ucapku.

            “Jinjja?” tanya Junghyun sumringah.

            “Jinjjayo…” ucapku.

            “Kalau begitu, baiklah…” ucap Junghyun.

            Aku pun meraih tangan Junghyun dan menuntunnya. Aku senang sekali bisa berpegangan tangan seperti ini dengan Junghyun. Tangan kecil Junghyun yang untuk pertama kalinya ku sentuh membuatku merasa benar-benar bersalah telah meninggalkannya. Sambil berjalan menelusuri jalanan kota Seoul, sesekali ku lihat Junghyun yang tersenyum begitu ceria. Senyumannya begitu mirip dengan ibunya. Tapi bibirnya mirip denganku. Aku benar-benar merasa bahagia.

           Tak berapa lama kemudian, kami sampai di depan sebuah toko mainan. Aku dan Junghyun pun masuk ke dalamnya.

            “Kau boleh memilih mainan apapun yang kau inginkan,” ucapku.

            “Jinjja?” tanya Junghyun.

            “Ne…” ucapku sambil mengacak-acak rambutnya.

            Tapi tiba-tiba raut wajah Junghyun berubah.

            “Waeyo?” tanyaku.

            “Eomma mengatakan padaku untuk tidak terlalu banyak membeli mainan,” jawab Junghyun.

            “Waeyo?” tanyaku.

            “Mainanku sudah banyak di rumah,” jawab Junghyun.

            “Gwaenchana…” ucapku.

            “Hajiman…” ucapan Junghyun tertahan saat aku melangkahkan kakiku menuju ke rak yang berisi PSP.

            “Aku yakin kau belum memilikinya, bukan?” tanyaku sambil mengambil sebuah PSP berwarna biru.

            “Ne…” jawab Junghyun.

            “Aku akan membelikannya untukmu,” ucapku.

           “Tapi Eomma melarangku membeli PSP, karena aku akan lupa waktu dan lupa belajar jika ada PSP,” jelas Junghyun. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            Aish, benar juga. Ini terdengar seperti sebuah sindiran bagiku. Tapi ternyata anakku sangat pintar dan penurut. Jihyeon berhasil membesarkan dan mendidiknya dengan baik.

            “Aku tetap akan membelikannya untukmu, agar suatu hari jika kau kesepian, kau bisa datang ke tempatku dan kita bisa bermain bersama,” ucapku.

            “Ajusshi…” ucap Junghyun.

            “PSP ini akan ku simpan. Ketika kau bermain ke rumahku bersama Ahra Ajumma, kau boleh memintanya dariku kapanpun. Karena ini milikmu,” ucapku.

            “Geureom, Ajusshi akan menyembunyikan PSP ini?” tanya Junghyun polos.

            “Ne…” jawabku mantap. “Menyembunyikannya dari Eommamu,” ucapku.

            Aku dan Junghyun pun menuju ke meja cashier untuk membayar PSP ini. Setelah membayarnya, aku pun membawa Junghyun berjalan-jalan.

            “Bagaimana jika kita ke taman?” tanyaku.

            “Ne…” jawab Junghyun senang.

            Aku pun membawa Junghyun menelusuri jalanan yang akan membawa kami ke taman kota. Di tengah jalan, kami berhenti di depan sebuah toko ice cream.

            “Kau mau rasa apa?” tanyaku.

            “Strawberry,” jawab Junghyun.

            Strawberry? Bukankah itu rasa kesukaan Jihyeon? Mereka benar-benar mirip.

            “Strawberry ice cream 2…” ucapku pada pelayan di toko ice cream itu.

            Tak lama kemudian 2 buah ice cream cone datang. Akupun segera membayarnya dan kembali melanjutkan perjalan menuju ke taman kota bersama Junghyun, anakku. Sesampainya di taman kota, kami duduk di bangku taman berwarna putih yang tepat berada di bawah pohon.

            “Ajusshi…” ucap Junghyun.

            “Ne?” tanyaku.

            “Jeongmal gamsahamnida…” ucap Junghyun.

            “Untuk?” tanyaku.

            “PSP dan ice cream ini,” jawab Junghyun.

            “Tidak perlu berterima kasih,” ucapku.

            “Ajusshi sangat baik,” ucap Junghyun.

            Bagaimana bisa kau menyebutku sangat baik? Jika saja kau tahu yang sebenarnya, mungkin kau akan meninggalkanku bahkan kau tak ingin melihatku lagi.

            “Sejak aku dilahirkan, aku tidak pernah bertemu dengan Ayahku. Eomma bilang bahwa Appa sedang bertugas di luar negeri. Tapi Appa tidak pernah pulang untukku,” ucap Junghyun.

            Rasa sakit menjalar di hatiku ketika mendengar ucapan Junghyun. Dari mata Junghyun dapat ku lihat betapa besar kerinduannya pada sosok yang di sebut ‘Ayah’. Tapi jika aku ingat dengan apa yang telah aku lakukan, aku merasa tidak pantas menjadi seorang Ayah bagi Junghyun.

            “Tapi sekarang aku merasa memiliki sosok Ayah ketika aku bersama dengan Kyuhyun Ajusshi…” ucap Junghyun.

            DEG…

            Aku merasa jantungku berhenti berdetak. Ku tatap mata Junghyun, ingin sekali aku katakan padanya bahwa akulah Ayahnya. Akulah Ayah yang selama ini kau rindukan. Akulah Ayah yang selama ini kau cari. Akulah Ayah yang bodoh yang telah mentelantarkanmu. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            “Junghyun-a…” tiba-tiba terdengar sebuah suara yang sangat aku kenali dan aku rindukan.

            “Eomma…” ucap Junghyun sambil beranjak dan menghampiri sesosok wanita yang berdiri di hadapanku.

            “Kita pulang…” ucap Jihyeon sambil meraih tangan Junghyun.

            Akupun segera beranjak dan mencoba menahan Jihyeon.

            “Jamkkanman…” ucapku saat Jihyeon dan Junghyun mulai melangkahkan kakinya.

            “Junghyun-a, lain kali jangan pergi dengan orang asing lagi,” ucap Jihyeon.

            Orang asing? Kata itu begitu sakit terdengar di telingaku. Tapi kau pantas menganggapku orang asing bahkan kau pantas berpura-pura tidak mengenaliku. Terlebih lagi kau pantas jika tidak ingin bertemu lagi denganku sekalipun.

            “Jamkkanman…” ucapku sambil berjalan dan menghentikan langkah Jihyeon dan Junghyun.

            “Ajusshi…” ucap Junghyun.

            “Jihyeon-a, ku mohon dengarkan aku kali ini saja,” ucapku.

            “Tidak ada yang harus kita bahas lagi,” ucap Jihyeon.

            “Dengarkan aku, jebal…” ucapku.

            “Aku tidak perlu mendengar apapun lagi darimu,” ucap Jihyeon.

            “Waeyo?” tanyaku.

            “Karena memang tidak ada lagi yang harus kita bicarakan,” ucap Jihyeon.

            “Jihyeon-a…” ucapku.

            “Jangan pernah mendekati dan mengganggu anakku lagi,” ucap Jihyeon.

            “Tapi…” ucapan ku tertahan ketika Jihyeon menatapku dengan tajam.

            “Kaja, Junghyun-a…” ucap Jihyeon sambil berlalu dan membawa Junghyun pergi.

            Geurae, tidak seharusnya kita bicara di depan Junghyun. Arasseo…

Author’s  POV

            Selama beberapa hari ini Kyuhyun masih nekad datang menemui Junghyun. Tentunya tanpa sepengetahuan Jihyeon. Junghyun yang memang merasa sangat bahagia ketika bertemu dengan Kyuhyun, juga merahasiakan pertemuannya dengan Kyuhyun. Semakin hari, Kyuhyun dan Junghyun semakin dekat. Bahkan Kyuhyun juga merasa bahwa memang sudah saatnya dia memberitahu Junghyun. Tapi ketika Kyuhyun membicarakannya dengan Ahra, Ahra tidak menyetujui jika Kyuhyun memberitahu Junghyun tanpa seizing Jihyeon.

            “Kau akan memberitahu Junghyun yang sebenarnya?” tanya Ahra terkejut.

            “Ye, Nunna…” jawab Kyuhyun mantap. “Karena aku rasa inilah saatnya aku memberitahu yang sebenarnya,” ucap Kyuhyun. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            “Bagaimana dengan Jihyeon?” tanya Ahra.

            “Sudah berkali-kali aku mencoba untuk bicara dengannya, tapi Jihyeon selalu menolak untuk bicara denganku. Aku tahu, pasti rasa sakitnya masih belum sembuh,” ucap Kyuhyun.

            “Dan sekarang kau berani memberitahu Junghyun tanpa seizing Jihyeon?” tanya Ahra. “Bayangkan jika Jihyeon mengetahuinya, dia tidak akan pernah memaafkanmu bahkan mungkin dia akan membuatmu tidak pernah bisa bertemu lagi dengan Junghyun. Jangan mencoba untuk membuat Jihyeon semakin terluka,” ucap Ahra.

            “Hajiman, Nunna…” ucap Kyuhyun.

            “Temui Jihyeon. Jika memang kau sungguh-sungguh merasa bersalah dan menyesal, temui Jihyeon dan katakan padanya. Jelaskan pada Jihyeon. Meskipun Jihyeon tidak mau memaafkanmu, setidaknya kau sudah bicara dengannya,” ucap Ahra.

            “Tapi Jihyeon tidak pernah mau mendengarkanku bicara,” ucap Kyuhyun.

            “Sebagai seorang laki-laki, apa pantas kau selemah ini?” tanya Ahra.

            “Nunna…” ucap Kyuhyun.

            “Minta maaf dengan sungguh-sungguh pada Jihyeon,” ucap Ahra.

            Kyuhyun hanya menatap Ahra dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.

            “Jika benar kau memang mencintai Jihyeon dan Junghyun, minta maaaf pada mereka. Ungkapkan rasa sesalmu. Buat Jihyeon menerimamu kembali. Jangan menyerah hanya karena Jihyeon tidak mau mendengarkanmu. Berusaha untuk membuat Jihyeon benar-benar mau memaafkanmu jika kau benar-benar menyayangi Junghyun. Lakukan apapun jika memang kau ingin berkumpul bersama Jihyeon dan Junghyun,” ucap Ahra dengan air mata yang mulai membasahi pipi chubbynya.

            “Baiklah, Nunna…” ucap Kyuhyun sambil menghapus air matanya.

            “Lakukan apapun demi Junghyun…” ucap Ahra.

            “Gamsahamnida, Nunna…” ucap Kyuhyun sambil memeluk Ahra, kakak perempuannya yang selama ini selalu ada untuknya.

***

 

 

            Sesuai informasi dari Junghyun, Kyuhyun pun memberanikan diri pergi ke restaurant milik Jihyeon. Kebetulan Kyuhyun datang saat jam istirahat, sehingga restaurant sepi.

            “Annyeong haseyo, ada yang bisa saya bantu?” tanya YeonYoung yang saat itu sedang duduk santai di meja cashier.

            “Saya ingin bertemu dengan Jihyeon,” ucap Kyuhyun.

            “Tapi ini sedang jam istirahat, Tuan…” ucap YeonYoung.

            “Ada urusan penting yang harus saya bicarakan dengan Jihyeon,” ucap Kyuhyun.

            “Hmm… baiklah,” ucap YeonYoung.

            YeonYoungpun mengantar Kyuhyun hingga ke depan ruangan Jihyeon. YeonYoung tidak mengetahui bahwa Kyuhyun adalah orang yang telah membuat Jihyeon terluka. Karena Jihyeon hanya menceritakan nama tanpa memberikan gambaran tentang wajah dan sosok Kyuhyun.

            “Ini ruangan Jihyeon,” ucap YeonYoung.

            “Ne…” ucap Kyuhyun.

            “Saya permisi untuk kembali ke meja…” ucap YeonYoung.

            “Ne, gamsahamnida…” ucap Kyuhyun.

            Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Kyuhyun membuka pintu ruangan Jihyeon. Bahkan Kyuhyun masuk ke ruangan Jihyeon tanpa permisi. Jihyeon yang saat itu sedang focus pada laptopnya segera beranjak ketika melihat Kyuhyun masuk. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            “Kenapa kau ada di sini?” tanya Jihyeon.

            “Karena aku sengaja mencarimu,” jawab Kyuhyun.

            “Bagaimana bisa kau tahu aku di sini?” tanya Jihyeon.

            “Aku tahu dari Junghyun,” jawab Kyuhyun.

            “Rupanya kau masih berani menemui Junghyun,” ucap Jihyeon.

            “Bagaimanapun dia anakku juga,” ucap Kyuhyun.

            “Junghyun bukan anakmu,” ucap Jihyeon.

            “Tidak mungkin aku tidak mengenali anakku sendiri,” ucap Kyuhyun.

            “Junghyun tidak pernah memiliki Ayah,” ucap Jihyeon.

            “Jeongmal mianhae, Jihyeon-a…” ucap Kyuhyun.

            “Untuk apa kau minta maaf sekarang?” tanya Jihyeon dingin.

            “Aku tahu, hanya dengan minta maaf, tidak akan bisa menebus semua rasa sakitmu dan mengobati semua luka dan penderitaanmu. Tapi kali ini aku benar-benar menyesal,” ucap Kyuhyun.

            Jihyeon hanya menatap Kyuhyun dingin.

            “Aku juga tahu bahwa 7 tahun yang lalu aku telah membuatmu sangat menderita bahkan aku juga meninggalkanmu tanpa pesan sama sekali, itu karena aku terpaksa. Ketika aku mengatakan pada orang tuaku bahwa aku telah mengotorimu dan aku meminta restu mereka untuk menikahimu, mereka malah mengirimku ke Amerika. Mereka sengaja memisahkan kita,” jelas Kyuhyun.

            “Dan sekarang dengan kau menjelaskan semuanya padaku seperti ini, kau berniat untuk memintaku kembali?” tanya Jihyeon dingin.

            “Ne… aku ingin bersamamu juga Junghyun dan menjadi keluarga yang bahagia seperti keluarga lainnya,” ucap Kyuhyun. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            “Begitu mudahnya kau datang dan pergi. Bahkan sekarang kau bermaksud untuk memintaku kembali dan menjadikan Junghyun sebagai alasannya. Kau pikir aku akan mau menerimamu? TIDAK,” ucap Jihyeon.

            “Waeyo?” tanya Kyuhyun.

            “Tidakkah kau berpikir betapa sakit dan menderitanya aku setelah kau pergi begitu saja?” tanya Jihyeon.

            “Tentu saja aku memikirkanmu lebih dari apapun,” ucap Kyuhyun.

            “7 tahun yang lalu, aku adalah seorang siswi lulusan SMA yang sedang belajar pada kakakmu, seorang siswi yang bersiap untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Tapi karenamu, karena perbuatan bejatmu, kau menghancurkan semua masa depanmu. Kau melakukannya padaku, pada seseorang yang BUKAN kekasihmu. Bahkan setelah aku melakukannya, kau hanya memberikanku sebuah janji palsu bahwa kau akan mempertanggung jawabkan perbuatanmu. Tapi buktinya, kau justru menghilang tanpa memberiku pesan,” jelas Jihyeon.

            “Saat itu kita memang bukan sepasang kekasih, tapi tidakkah kau sadar bahwa aku sudah lama memperhatikanmu dan aku juga sangat mencintaimu?” tanya Kyuhyun.

            “Mencintaiku?” tanya Jihyeon dengan nada mencibir. “Jika kau memang mencintaiku, kenapa kau melakukan hal sekotor itu padaku? Apa itu yang di sebut cinta dimatamu?” tanya Jihyeon.

            “Aku… aku…” ucapan Kyuhyun tertahan ketika mendapati cairan bening mengalir dari mata Jihyeon.

            “Karenamu, ketika aku mengetahui bahwa aku mengandung anakmu, aku tidak berani menemui orang tuaku. Bahkan hingga sekarang aku masih belum berani menemui mereka karena aku tahu mereka pasti akan sangat kecewa karenaku. Karena aku yang membuat aib terbesar untuk keluarga. Bahkan mungkin orang tuaku menganggapku sudah mati karena aku tidak pernah mengabari mereka sama sekali,” ucap Jihyeon.

            Cairan bening itu semakin deras keluar dari mata Jihyeon. Begitu juga Kyuhyun yang tak sanggup lagi menahan air matanya mendengar semua penjelasan Jihyeon.

            “Ingin sekali aku mengugurkan anak ini. Tapi seseorang selalu mencegahnya dan bahkan dialah yang menolongku. Menolongku dari keterpurukan bahkan dia juga menolongku mengurus anakku. Ketika aku berada di situasi yang sangat sulit, ketika aku menghadapi saat-saat antara hidup dan mati, ketika aku berjuang untuk melahirkan Junghyun, bukan kau yang berada di sampingku, tapi justru orang lain. Begitu juga saat Junghyun hampir saja mati karena sakit, kau juga tidak ada disampingku juga Junghyun,” ucap Jihyeon.

            “Aku tahu dan aku benar-benar menyesal untuk itu,” ucap Kyuhyun. “Geureom, aku mohon, kembalilah padaku dan kita mulai hidup baru…” ucap Kyuhyun sambil meraih kedua bahu Jihyeon dengan tangannya.

            “Jangan pernah menyentuhku lagi,” ucap Jihyeon sambil menepis tangan Kyuhyun.

            “Jihyeon-a, jeongmal mianhae…” ucap Kyuhyun.

            “Berhentilah meminta maaf dan pergi dari hadapanku sekarang juga,” teriak Jihyeon.

            “Shirheo…” ucap Kyuhyun.

            “Pergi!” teriak Jihyeon.

“Jihyeon-a, selama 7 tahun ini, bukan hanya kau yang tersiksa, tetapi aku juga. Selain karena aku dipisahkan secara paksa denganmu, aku juga tidak tahu apakah kau baik-baik saja, aku juga tidak tahu bahwa kau mengandung anakku. Dalam waktu 7 tahun, aku sangat tersiksa karena aku tidak bisa melihatmu, tidak bisa memelukmu dan tidak bisa melewati hari-hari dan hidup dengan baik tanpamu. Aku sangat merindukanmu. Bahkan selama 7 tahun ini, aku tidak bisa menyukai wanita lain karena aku terlanjur mencintaimu. Karena yang aku tahu aku hanya mencintaimu dan setiap hari aku berharap bahwa keesokan harinya aku akan kembali ke Korea untuk menemuimu, untuk hidup bahagia denganmu,” jelas Kyuhyun.

            “Geuman!”, bentak Jihyeon.

            “Jihyeon-a, akan aku lakukan apapun, asalkan kau mau memaafkanku dan kembali padaku. Bahkan kau bisa membunuhku jika itu bisa membuat semua lukamu terbayar,” ucap Kyuhyun.

            “Baiklah…” ucap Jihyeon. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            Kyuhyun menatap Jihyeon penuh harapan.

            “Aku akan memaafkanmu, tapi jangan pernah muncul lagi dihadapanku juga Junghyun. Juga lupakan aku dan Junghyun,” ucap Jihyeon.

            “Mothae…” ucap Kyuhyun.

            “Kau sendiri yang mengatakan akan melakukan apapun agar aku memaafkanmu. Geureom, sekarang pergilah dan jangan pernah muncul lagi dihadapanku juga Junghyun,” ucap Jihyeon.

            “Aku memang bisa melakukan apapun, tapi tidak untuk meninggalkanmu juga Junghyun untuk kedua kalinya,” ucap Kyuhyun.

            “ Tapi aku tidak ingin melihatmu lagi,” ucap Jihyeon.

            “Jihyeon-a, jangan menyiksaku lagi” ucap Kyuhyun.

            Jihyeon hanya menatap Kyuhyun.

            “PERGI!” teriak Jihyeon.

 

 

Flashback 2 tahun yang lalu…

Author’s POV

            Malam itu, Jihyeon dan YeonYoung sedang merawat Junghyun yang tengah sakit. Saat itu, Junghyun baru berusia 5 tahun terserang penyakit yang memang biasa menyerang anak-anak seperti Junghyun. Memang hanya demam, tapi Junghyun sudah 2 kali step. Bahkan kali ini keadaan Junghyun    semakin panas.

“Eonni, keadaan Junghyun semakin parah…” ucap Jihyeon.

            “Sebaiknya kita segera bawa Junghyun ke rumah sakit,” ucap YeonYoung.

            “Ne…” ucap Jihyeon sambil menggendong Junghyun ke pangkuannya.

            Jihyeon dan YeonYoung pun segera menuju ke mobil. YeonYoung memegangi Junghyun di mobil sedangkan Jihyeon memacu laju mobilnya dengan kencang agar segera sampai ke rumah sakit.

            “Jangan terlalu kencang, kasihan Junghyun…” ucap YeongYoung sambil memegangi Junghyun yang terkulai tak berdaya di pangkuannya.

Tak berapa lama kemudian, Jihyeon dan YeonYoung sampai di rumah sakit. Jihyeon dan YeonYoungpun segera membawa Junghyun masuk ke gedung rumah sakit itu. Kebetulan saat itu, Ahra yang sedang bertugas.

“Jihyeon-a…” ucap Ahra saat melihat Jihyeon yang menggendong Junghyun.

“Eonni…” ucap Jihyeon.

            Ahra pun segera menghampiri Jihyeon, YeonYoung juga Junghyun.

            “Panas sekali,” ucap Ahra saat menyentuh Junghyun. “Kita bawa ke ruang pemeriksaan,” ucap Ahra sambil menunjukkan jalan menuju ke ruang pemeriksaan.

            Jihyeon juga YeonYoungpun membawa Junghyun ke ruang pemeriksaan.

            “Biar aku memeriksanya,” ucap Ahra.

            Ahra pun mulai memeriksa keadaan Junghyun. Jihyeon juga YeonYoung terlihat begitu khawatir dan was-was menunggu hasil pemeriksaan Junghyun.

            “Panas Junghyun ini merupakan gejala biasa. Setelah panasnya mereda, Junghyun akan segera sembuh,” ucap Ahra setelah selesai memeriksa Junghyun.

            “Apa tidak berbahaya?” tanya YeonYoung.

            “Tidak sama sekali. Karena ini hanya demam biasa,” ucap Ahra.

            “Syukurlah…” ucap YeonYoung.

            “Siapa namanya?” tanya Ahra.

            “Lee Junghyun,” ucap Jihyeon.

            “Ah, ne... Junghyun tetap memerlukan perawatan. Mungkin Junghyun perlu di rawat di sini selama 3 atau 4 hari,” ucap Ahra. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            “Ne…” ucap YeonYoung.

            “Sekarang Junghyun akan di pindahkan ke ruang perawatan,” ucap Ahra.

***

 

 

            Selama Jihyeon berada di rumah sakit, Ahra mencari-cari kesempatan untuk bicara dengan Jihyeon. Karena sejak Ahra memberitahukan kehamilan Jihyeon, selama 5 tahun Ahra tidak pernah bertemu lagi dengan Jihyeon. Dan akhirnya kali ini Ahra bisa mengajak Jihyeon bicara.

            “Jihyeon-a, apa Junghyun ini adalah keponakanku?” tanya Ahra hati-hati.

            “Ne…” jawab Jihyeon dingin.

            “Aku sangat senang bisa bertemu lagi denganmu bahkan aku bisa bertemu dengan Junghyun, keponakanku,” ucap Ahra.

            Jihyeon hanya menatap Ahra. Jika saja bukan karena Junghyun sakit dan Ahra merawatnya, sebenarnya Jihyeon tidak pernah ingin berhubungan lagi dengan apapun yang ada kaitannya dengan Kyuhyun.

            “Kau berhasil membesarkannya dengan baik dan tampan,” ucap Ahra.

            “Ne, Eonni…” jawab Jihyeon.

            Di sinilah awal hubungan Jihyeon dan Ahra membaik. Bahkan Ahra juga sangat menyayangi Junghyun. Di mulai dari hubungan yang mulai membaik, Jihyeon juga sering membiarkan Ahra membawa Junghyun untuk sekedar berjalan-jalan atau bermain. Sementara Jihyeon mengurus restaurant bersama YeonYoung.

End of flashback…

 

 

Jihyeon’s POV

            Sudah 2 hari ini kepalaku pusing bahkan aku menjadi sangat terbebani ketika manusia itu datang dan meminta maaf. Jamkkanman, bukankah sekarang sudah masuk bulan Februari? Karena manusia itu aku sampai lupa bahwa Junghyun sebentar lagi akan berulang tahun. Semoga saja saat itu adalah terakhir kali bertemu dengannya karena aku tidak ingin dia kembali masuk ke kehidupanku juga Junghyun.

            “Eomma…” tiba-tiba ku dengar Junghyun memanggilku.

            Akupun menoleh dan mendapati Junghyun sedang berdiri di bibir pintu kamarku.

            “Kemarilah…” ucapku.

            Junghyun pun segera menghampiriku dan duduk di sampingku.

            “Waeyo? Kenapa semalam ini kau belum tidur?” tanyaku.

            “Ada yang ingin aku tanyakan, tapi aku takut Eomma akan marah,” ucap Junghyun sambil menunduk.

            “Mana mungkin Eomma marah padamu,” ucapku sambil membelai wajah anak semata wayangku ini.

            “Jinjja? Eomma tidak akan marah?” tanya Junghyun.

            “Ne… Eomma tidak akan marah,” ucapku.

            Junghyun menatapku. Terlihat dia ragu-ragu dan takut aku akan marah.

            “Eomma, sebenarnya Kyuhyun Ajusshi itu siapa? Kenapa Eomma begitu membencinya?” tanya Junghyun.

            DEG…

            Aku merasa jantungku berhenti memompa darah ketika aku mendengar pertanyaan Junghyun. Pertanyaan yang tidak pernah aku duga. Pertanyaan yang tidak pernah aku ingin jawab.

            “Kenapa Eomma diam saja?” tanya Junghyun.

            “Hmm… sebaiknya kau tidur. Ini sudah malam. Bukankah besok kau harus bangun pagi? Eomma akan membacakanmu sebuah dongeng,” ucapku coba untuk mengalihkan pembicaraan.

            Junghyun menatapku. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            “Eomma, kenapa Eomma tidak menjawab pertanyaanku?” tanya Junghyun.

            Ternyata usahaku untuk mengalihkan pembicaraan gagal.

            “Siapa sebenarnya Kyuhyun Ajusshi?” tanya Junghyun lagi.

            “Eung… Kyuhyun Ajusshi itu bukan siapa-siapa. Dia orang jahat,” ucapku.

            “Geojitmal…” ucap Junghyun.

            Junghyun-a, jangan menekan Eomma seperti ini, jebal…

            “Geurae, Junghyun-a…” ucapku.

            “Eomma selalu mengajariku untuk tidak berbohong, tapi sekarang justru Eomma yang membohongiku,” ucap Junghyun sambil beranjak dan berlari menuju keluar dari kamarku.

            “Junghyun-a…” panggilku sambil beranjak dan mengejar Junghyun.

            Ternyata Junghyun menutup pintu kamarnya dan menguncinya dari dalam.

            “Junghyun-a… buka pintunya…” ucapku sambil mengetuk-ketuk pintu kamar Junghyun.

            “Eomma jahat…” teriak Junghyun dari dalam.

            “Aniyo, Junghyun-a…” ucapku sambil terduduk di depan pintu kamar Junghyun.

            “Kenapa Eomma tidak mau memberitahuku siapa Kyuhyun Ajusshi sebenarnya?” teriak Junghyun lagi.

            “Waeyo, Jihyeon-a?” tiba-tiba YeonYoung Eonni menghampiriku.

            Sepertinya YeonYoung Eonni keluar dari kamarnya ketika mendengar keributanku dengan Junghyun.

            “Baiklah, Eomma akan memberitahumu…” ucapku.

            Terlihat ekspressi YeonYoung sedikit terkejut mendengar ucapanku.

            “Apa kau akan memberitahukan soal Kyuhyun pada Junghyun?” tanya YeonYoung Eonni.

            Aku hanya menganggukkan kepalaku untuk menjawab pertanyaan YeonYoung Eonni sementara air mataku mulai berlomba keluar dari mataku.

            “Sebenarnya Kyuhyun Ajusshi adalah… Ayahmu…” ucapku dengan berat.

            Tidak ada jawaban dari Junghyun. Sepertinya dia terpukul mendengar kenyataan ini.

            “Jihyeon-a…” ucap YeonYoung Eonni yang juga terlihat terkejut.

            Sepertinya YeonYoung Eonni tidak menyangka pada akhirnya aku akan memberitahukan juga tentang hal ini pada Junghyun.

            “Junghyun-a, Eomma memang jahat. Karena selama ini Eomma telah merahasiakan tentang Ayahmu. Eomma memang jahat,” ucapku.

            CTTTREEEKK…

            Terdengar suara kunci. Sepertinya Junghyun membuka kunci kamarnya. Ternyata benar, karena pintu kamar Junghyun terbuka dan Junghyun berdiri dihadapanku dengan wajah yang basah oleh air mata. Anakku menangis, aku merasa semakin jahat sebagai seorang ibu.

            “Eomma jahat…” ucapku.

            “Aniyo…” ucap Junghyun sambil terisak.

            Junghyun pun memelukku dan menangis dalam pelukanku. Aku juga tak bisa menahan lagi air mataku.

            “Mianhae…” ucapku sambil memeluk Junghyun.

            “Eomma…” ucap Junghyun sambil terisak.

            “Jeongmal mianhae… maafkan Eomma…” ucapku.

            “Ani… Aniyo… Eomma tidak perlu minta maaf,” ucap Junghyun sambil melepaskan pelukanku.

            Aku hanya menatapnya sambil menghapus butiran-butiran bening yang membasahi wajah mungilnya.

            “Gamsahamnida, Eomma…” ucap Junghyun.

            “Untuk?” tanyaku.

            “Eomma tidak jahat,” ucap Junghyun.

            “Tapi…” ucapanku tertahan ketika Junghyun menghapus air mataku.

            “Justru aku senang karena akhirnya aku bertemu dengan Appaku,” ucap Junghyun.

            “Junghyun-a…” ucapku. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            Junghyun pun kembali memelukku. Malam ini sepertinya menjadi malam paling bahagia untuk Junghyun, tapi tidak bagiku. Karena aku tidak tahu bagaimana menghadapi esok hari. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari.

***

 

 

            Hari ini aku tidak berkonsentrasi pada pekerjaanku. Aku benar-benar kalut. Pikiranku kacau dan menerawang banyak arah. Hari ini begitu sulit bagiku.

            “Waeyo, Jihyeon-a?” tanya YeonYoung Eonni ketika aku duduk di meja yang terletak di sudut ruangan.

            “Junghyun…” ucapku.

            “Junghyun sudah mengetahui yang sebenarnya,” ucap YeonYoung Eonni. “Apa yang akan kau lakukan?” tanya YeonYoung Eonni.

            “Molla…” ucapku.

            “Junghyun terlihat begitu bahagia ketika mengetahui yang sebenranya tentang Ayahnya. Dia benar-benar bahagia. Bahkan aku tida pernah melihat Junghyun sebahagia itu,” ucap YeonYoung Eonni.

            “Geurae…” ucapku.

            “Bukankah Kyuhyun sudah berkali-kali minta maaf padamu dan memintamu kembali? Bagaimana jika kau kembali pada Kyuhyun dan memulai hidup baru?” tanya YeonYoung Eonni.

            “Mothae…” ucapku.

            “Waeyo?” tanya YeonYoung Eonni.

            “Eonni juga tahu bagaimana aku menderita karena Kyuhyun. Aku tidak ingin jatuh di lubang yang sama,” ucapku.

            “Aku bukan membela Kyuhyun, aku juga tahu benar bagaimana menderitanya dirimu,” ucap YeonYoung Eonni. “Tapi apakah kau akan terus membiarkan hatiku beku seperti ini dan tidak memikirkan bagaimana perasaan Junghyun?” tanya YeonYoung Eonni.

            Aku merasa tersentak dengan kata-kata YeonYoung Eonni. Baru kali ini aku merasa kata-katanya begitu membuatku tersentak, tapi aku juga harus mengakui bahwa yang dia katakan itu benar.

            “Buanglah rasa egoism demi Junghyun. Lupakan semua rasa sakitmu dan kesalahan-kesalahan yang terjadi di masa lalu. Kau masih bisa memulai hidup baru,” ucap YeonYoung Eonni.

            Tanpa jawaban, tapi ku coba cerna kata-kata YeonYoung Eonni dan berusaha memikirkannya.

 

 

Kyuhyun’s POV

            Hari ini adalah hari ulang tahunku. Tapi tidak ada yang special. Karena selain usiaku sudah semakin bertambah, tidak ada yang bisa membuatku bahagia juga. Ulang tahun yang suram dimana aku kembali merayakan ulang tahunku dengan menyedihkan untuk ke delapan kalinya. Ya, karena ini adalah tahun ke delapan setelah kesalahan terbesar yang pernah aku lakukan.

            Aku pun menghentikan langkahku tepat di tepi sungai Han. Ku pandang wajahku yang terpantul dari permukaan air. Aku merasa aku benar-benar buruk. Akhirnya ku pejamkan mataku untuk mengingat saat-saat yang sempat aku lalui bersama Junghyun sebelum aku benar-benar tidak bisa melihat Junghyun lagi beberapa hari ini. Aku adalah Ayah yang buruk baginya.

            Seandainya Junghyun ada di sampingku saat ini juga Junghyun untuk pertama kalinya memanggilku Appa, mungkin itu akan menjadi hadiah terindah untuk ulang tahunku. Tapi sayangnya itu tidak mungkin.

            “Saengil chukhahamnida, Appa…” ku dengar sebuah suara ketika aku masih focus membayangkan saat-saat bersama Junghyun. Saat membayangkannya saja, aku masih bisa mendengar suara Junghyun.

            “Saengil chukhahamnida, Appa…” terdengar suara itu lagi. Kali ini terdengar begitu dekat. Mungkinkah ini nyata? (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

 

            Akhirnya ku buka mataku dan ku balikkan badanku. Beberapa langkah dariku ada sesosok anak kecil yang sangat aku kenali. Senyumannya begitu bersinar. Apakah benar apa yang aku lihat ini?

            “Saengil chukhahamnida, Appa… Saranghamnida…” ucap anak itu sambil berlari menghampiriku dan memelukku.

            Ternyata ini nyata. Akupun segera memeluknya dengan erat untuk melepaskan semua rasa rinduku juga untuk merasakan kasih sayang yang selama ini aku inginkan. Akupun melepaskan Junghyun dan menatapnya lekat-lekat untuk memastikan bahwa ini benar-benar nyata.

            “Appa…” ucap Junghyun sambil tersenyum dengan begitu manis.

            Appa? Apakah benar yang aku dengar ini? Junghyun memanggilku ‘Appa’?

            “Sampai kapan kau akan menatapku seperti ini?” tanya Junghyun.

            “Sampai aku puas melepaskan rasa rinduku pada anakku,” ucapku.

            “Apa kau tidak ingin memeluk wanita itu?” tanya Junghyun sambil menunjuk sesosok wanita yang berdiri beberapa langkah dariku dan Junghyun.

            Jihyeon? Apakah ini mimpi? Apakah ini benar-benar nyata? Seorang wanita yang berada tak jauh dariku adalah Jihyeon.

            Tanpa ku sadari, kakiku melangkah dengan perlahan mendekati wanita itu. Semakin dekat dan semakin dekat. Hingga akhirnya saat jarak antara kami begitu dekat, aku menatapnya lekat-lekat untuk memastikan bahwa sosok yang aku lihat ini nyata.

            “Apakah ini nyata?” tanyaku sambil tetap menatapnya seolah tak ingin sedetikpun aku berkedip. Karena jika aku berkedip sedetik saja, mungkin semuanya akan menghilang.

            Tanpa melepaskan pandanganku darinya, akupun segera memeluknya dengan erat. Ternyata Jihyeon juga memelukku. Itu artinya ini nyata. Ku lepaskan semua rasa rinduku juga cinta dan kasih sayang yang selama 7 tahun ini aku pendam untuknya.

            “Apakah ini mimpi?” tanya sambil melepaskannya dari pelukanku.

            “Aniyo, ini bukan mimpi,” ucapnya.

            “Ini sungguh-sungguh Lee Jihyeon yang aku cintai?” tanyaku.

            Dia hanya menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaanku.

            “Ini artinya kau kembali padaku dan mau menjalani hidup yang baru denganku?” tanyaku.

            “Setelah aku pikirkan lagi, Junghyun membutuhkanmu,” jawab Jihyeon.

            Aku benar-benar bahagia mendengar jawabannya. Jawaban yang benar-benar aku harapkan.

            “Aku benar-benar bahagia mendengarnya… saranghae…” ucapku sambil melingkarkan tanganku di lehernya kemudian mengecup bibirnya dengan hangat.

 

 

Author’s POV

            Ketika Kyuhyun memeluk Jihyeon, Ahra dan YeonYoung pun keluar dari persembunyiannya dan menghampiri Junghyun yang tengah menatap Ayah dan Ibunya bersama lagi.

            “Aku senang melihat pemandangan ini,” ucap YeonYoung.

            “Aku juga. Karena akhirnya Jihyeon bersedia kembali pada Kyuhyun,” ucap Ahra.

            “Bagaimana denganmu, Junghyun-a?” tanya YeonYoung.

            “Aku juga sangat bahagia. Karena mulai sekarang aku akan memiliki keluarga yang lengkap. Ada Appa juga Eomma,” jawab Junghyun.

            “Kau senang bisa bertemu dengan Ayahmu?” tanya Ahra.

            “Tentu saja,” jawab Junghyun.

            Ketika YeonYoung dan Ahra melihat Kyuhyun mencium Jihyeon, Ahra dan YeonYoung segera menutup mata Junghyun. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            “Anak kecil tidak boleh melihatnya,” ucap Ahra.

            “Geurae…” ucap YeonYoung.

 

 

            Hari ini setelah masa-masa sulit yang Kyuhyun hadapi selama 7 tahun berada di luar negeri juga 14 hari saat dia pulang ke Seoul, tepat di hari ulang tahun Kyuhyun, kebahagiaan mulai datang kembali. Bahkan ada canda tawa yang mengiringi kehidupan yang baru ini. Kehidupan Kyuhyun dan Jihyeon menjadi lengkap karena kehadiran Junghyun yang selalu membawa kebahagiaan. Tentu saja, dengan kembali nya Jihyeon dan Junghyun akan menjadi kado terindah bagi Kyuhyun. Karena setelah 7 tahun Kyuhyun merayakan ulang tahunnya di masa-masa sulit, tetapi di tahun ke-8 ini, Tuhan mengirimkan Jihyeon dan Junghyun kembali pada Kyuhyun.

***

 

 

            Kehidupan yang baru di mulai. Kyuhyun dan Jihyeon pun meresmikan hubungan mereka dalam sebuah hubungan pernikahan. Bahkan orang tua Kyuhyun juga sudah merestui pernikahan ini. Jihyeon juga sudah berani menemui orang tuanya dan menjelaskan yang sebenarnya. Ternyata orang tua Jihyeon bukan marah dan malu, tetapi bahagia karena puteri yang sempat hilang selama 7 tahun, bahkan sudah mereka anggap meninggal karena tidak ada kabar, kini sudah kembali. Terlebih lagi mereka semakin bahagia karena mendapatkan seorang cucu yang sangat lucu, tampan juga pintar, yaitu Junghyun. Sekarang Junghyun juga sudah resmi mengganti marganya dari LEE Junghyun menjadi CHO Junghyun.

 

 

 

=== CLOSING ===

Meskipun takdir dan waktu sempat mempersulit keadaan

Tetapi pada akhirnya aku mendapatkan kebahagiaan itu lagi

Aku mendapatkan sesuatu yang sangat aku rindukan

Aku mendapatkannya kembali

Aku berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkannya lagi

Aku tidak akan pernah melepaskannya lagi

Aku akan terus mempertahankan dan melindunginya hingga akhir

Karena dia terlalu berharga bagiku

Saranghamnida…

 

 

=== THE END ===

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet