Muncul Tanda-Tanda Rasa
Amber Josephine LiuKris menyetujui tawaran Amber yang ingin menggantikan Liu untuk mengajarinya belajar, dan cowok ganteng ini langsung merasa menyesal.
"Tunggu... tunggu... sepertinya aku belum pernah mendapat pelajaran ini..." Amber menggosok-gosok kepalanya dengan pensil. Cewek pirang itu sekarang sedang duduk bersila di belakang meja ruang tengah rumah Kris. Hanya dengan melihat Amber yang selalu tidur selama pelajaran berlangsung, seharusnya Kris sudah menduga kalau cewek tertua dari tiga kembar bersaudara itu tidak bisa mengajarinya. Lawong cewek itu sendiri kelihatan perlu diajari.
"Kalau kau tidak bisa ya sudah." Ujar Kris capek.
"Bukannya tidak bisa! Tapi aku belum pernah menerima pelajaran ini!" Amber membalas sengit, tidak terima. Padahal pelajaran yang dimaksud adalah pelajaran awal semester, sudah lewat dua bulan lalu. Mustahil kalau Amber belum menerima pelajaran itu.
"Sebaiknya aku telepon Liu atau Josephine untuk menggantikanmu, aku bisa tambah bodoh kalau kau yang mengajariku." Kris akan beranjak saat Amber menarik tangannya dan membuatnya kembali duduk di atas karpet.
"Jangan cari-cari alasan untuk mendekati adik-adikku, dasar laki-laki mata keranjang!"
"Apa?" Laki-laki mata keranjang? "Atas dasar apa kau tiba-tiba ngatain aku mata keranjang? Memangnya kau pernah lihat aku bermain mata dengan adik-adikmu atau semacamnya?"
"Dari mukamu saja sudah kelihatan kalau kau laki-laki byuntae!" Dengan seenak jidat Amber menuduh.
Mulut Kris melongo. Ingin membalas tapi tidak jadi. Ia lebih memilih menepis tangan Amber lalu membuka kancing teratas seragamnya sendiri. "Karena kau sudah menuduhku seperti itu, lebih baik dijadikan kenyataan saja..."
"Ma-mau apa kau?!" Amber beringsut mundur dengan wajah shock. Tidak menyangka Kris malah membuka baju di depannya. "Aku peringkatkan padamu aku ini pemegang sabuk hitam taekwondo!"
"Oh?" Gumam Kris memasang tampang tidak tertarik. "Dan aku jago karate."
Set! BUK!
Hanya sekali gerakan Kris dapat menangkis tangan Amber yang hendak melayangkan pukulan, memelintir lengan cewek pirang itu ke belakang dan menduduki punggungnya. Amber terbelalak tidak percaya. Kurang dari satu detik ia sudah kalah dari cowok tinggi ini!
"Le-lepas! Dasar byuntae kurang ajar! Akan kulaporkan kau pada polisi kalau berani macam-macam denganku!" Amber meronta, berusaha membalikkan badannya sekaligus ingin menjatuhkan Kris dari atasnya.
Tapi Kris justru tertawa mendengar bentakan Amber barusan. Ia melepaskan tangan cewek pirang itu dan berdiri, menatap keadaannya yang tengkurap mengenaskan. Dan bukan maksud Kris untuk benar-benar menjadi mata keranjang, tapi rok cewek itu tersibak sampai ke pantat dan membuatnya bisa melihat celana dalamnya yang berwarna PINK!
"Ternyata kau benar-benar cewek tulen ya?" Ledek Kris yang masih tertawa setelah Amber mendudukan diri sambil menarik roknya turun.
"Byuntae!!" Amuk Amber dan melayangkan tinju sekuat tenaga. Tapi lagi-lagi Kris berhasil menangkisnya. Malahan cowok tampan itu menarik lengan Amber sampai ia jatuh ke depan dadanya. Amber mendongak dan melihat wajah Kris yang begitu dekat dengan wajahnya. Hidung mereka hampir bersentuhan. Tiba-tiba saja ia menyadari kalau cowok baru ini sangat tampan. Ketampanannya setara dengan ketampanan cowok di dalam komik jepang.
Amber menelan ludah. Ia menunduk lalu menemukan posisi mereka yang bisa dikatakan romantis abis. Amber duduk di pangkuan Kris. Satu tangan cowok itu melingkari pinggangnya, dan satu lagi memegangi tangannya. Jantung Amber mendadak berdebar-debar saat itu juga.
"Kalau dilihat sedekat ini, ternyata kau lumayan cantik..." Amber merasa deru napas Kris di pipinya. Ia mendongak spontan yang justru membuat hidung mereka bertubrukan. Namun hal itulah yang membuat Amber langsung sadar. Ia memberontak sekuat tenaga dan membuat tubuh mereka terjungkal, lalu tahu-tahu saja saat Amber membuka mata, bibir mereka sudah menyatu.
x(skip time)x
Pagi ini Amber terlihat lebih galak dari hari-hari sebelumnya. Sejak bangun sampai berada di sekolah ia sudah membentak beberapa orang termasuk kedua adiknya yang manis-manis itu. Kalau sudah begini, Liu dan Josephine pun tidak berani mengajak kakaknya bicara.
"Sebenarnya Unnie kenapa sih?" Tanya Liu dengan suara sangat pelan pada Josephine yang duduk di belakang bangkunya.
"Sedang mens kali?" Bisik Josephine tak kalah pelan.
"Selamat pagi," Suara Kris menyela mereka berdua. Liu dan Josephine menengok dan hendak membalas tapi batal karena melihat Kris hanya menatap ke satu orang saja, yaitu Amber! "Apa kau tidur nyenyak semalam, Pink?" Kris langsung tertawa melihat wajah Amber yang berubah merah padam. Malu dan marah.
"Tutup mulutmu, Byuntae!" Dengan sekuat tenaga Amber menggebrak meja, alih-alih menendang Kris seperti keinginannya.
"Kau manis sekali kalau marah seperti itu." Goda Kris yang sudah menempati kursinya. Meletakkan ransel ke meja masih sambil menatap Amber yang melotot galak padanya. "Semanis bibirmu..." Perkataan Kris satu ini membuat Amber teringat kejadian kemarin sore. Badan cewek pirang itu bergetar hebat mencoba menahan emosi, sementara badan Kris di sebelahnya juga bergetar hebat, sedang menahan tawa. Untungnya perkataan terakhir Kris tadi diucapkan dengan suara pelan sehingga tidak ada orang lain selain Amber yang bisa mendengar.
Sesungguhnya Amber ingin sekali merontokkan gigi tonggos cowok itu. Sumpah. Tapi apa daya, setelah berkali-kali gagal melayangkan tinju kemarin sore, Amber sadar kalau Kris punya jurus bela diri lebih hebat dari pada dirinya. Alhasil Amber hanya bisa tengkurap ke meja sambil memukul-mukul bangkunya sebagai pelampiasan.
"Iya sepertinya memang sedang mens..." Liu mengangguk, berujar pada Josephine setelah melihat tingkah kakaknya yang semakin aneh.
"Tapi..." Josephine justru menatap ke seberang punggung kakaknya. Lebih tepatnya ke arah Kris yang sedari tadi tertawa pada Amber.
"Tapi apa?" Desak Liu penasaran. Josephine menengok adik kembarnya itu sebelum menggeleng, lalu menundukkan kepala. Ia merasa ada yang aneh di antara Kakaknya dan Kris.
"Tidak apa-apa... lupakan saja..."
x(skip time)x
Josephine berjalan pelan-pelan melewati Amber yang masih tidur menelungkup ke atas meja, menghmpiri bangku Kris yang tepat di sebelah kakaknya. Josephine menelan ludah dengan gugup, menarik napas panjang saat Kris menengok.
"K-Kris, ini aku buatkan bekal sebagai tanda terima kasih," Ujar cewek pirang berambut panjang itu sambil meletakkan kotak bekal di meja Kris. "karena kau sudah mentraktirku kemarin."
Kris tersenyum senang. "Gomawo." Katanya sebelum membuka kotak bekal di atas meja. "Wah, ini bagus sekali..." Puji Kris setelah melihat isinya yang merupakan nasi putih, telur gulung, beberapa sayur, dan juga sosis yang ditata dengan rapi. "Aku jadi tidak tega memakannya."
Josephine tersipu malu dan menundukkan muka. Ia tidak menjawab, justru suara galak dari belakangnya yang menyahut. "Kenapa kau membuatkan bekal untuknya? Aku saja tidak kau buatkan. Membuang-buang bahan makanan saja."
"U-Unnie..." Josephine menengok kaget. "Aku membuatkan untuk Unnie juga kok..." Ia buru-buru kembali ke bangkunya, mengeluarkan satu kotak bekal lagi dari dalam tas untuk diberikan pada Amber. Josephine sudah menduga kalau kakaknya akan iri kalau tidak dibuatkan bekal juga.
Amber membuka kotak bekal di depannya lalu melirik kotak bekal milik Kris, membandingkan. Isi dan bentuknya hampir sama, yang bedakan hanya porsi milik Amber lebih banyak. Tapi Amber tidak memakan bekalnya, justru membawanya mendekati Kris, melewati murid baru itu, lalu berhenti di sebelah Suho. "Karena kau kemarin juga sudah mentraktirku." Amber berdehem sebentar saat Suho memandang matanya. "Nih, buatmu."
"Kalau ini buatku, lalu kau makan apa?" Suho tersenyum sumringah dan meraih kotak bekal itu. Amber terlihat berpikir sambil menggumam. "Bagaimana kalau kita makan bersama saja? Lagi pula ini terlalu banyak untuk porsi satu orang."
"Boleh juga." Kata Amber datar, duduk di bangku depan Suho. "Eh, tapi sumpitnya cuma satu?" Amber menggerutu tidak senang. Suho hanya tersenyum sambil menyumpit telur dadar dari dalam kotak bekal, lalu mengulurkannya ke depan Amber.
"Aku suapi, mau?"
Kris melirik tajam ke tangan Suho yang mengambang di udara. Tiba-tiba saja ia merasa kesal dan kehilangan napsu makannya. Ia menutup kotak bekal lalu menyimpannya ke dalam laci, setelah itu berjalan pergi tepat saat Amber menepis tangan Suho dengan kasar dan dengan wajah merona.
"K-Kris..." Josephine berlari kecil mengejar Kris yang sudah di depan pintu kelas. Kris menengok Josephine sambil berusaha tidak melihat ke arah bangkunya. "Kau mau kemana? Masakkanku tidak enak ya?"
"Aku hanya ingin mencari udara segar." Kris menggeleng dan tersenyum kecil. "Makananmu sangat enak, tapi aku masih belum lapar."
"Eee.... boleh aku ikut, Kris?" Tanya Josephine ragu-ragu. Kris mengangguk masih sam
Comments