[5]
Waiting for You“Soojung, kenalkan ini Oh Sehun. Temannya Chanyeol.”
Seunghwan memperkenalkan seorang lelaki berkulit putih dengan setelan jas rapi yang duduk di hadapan Soojung.
“Dan Sehun, ini Jung Soojung. Teman sekantor Seunghwan.”
Giliran Chanyeol yang memperkenalkan diri Soojung. Membuat lelaki bernama Oh Sehun itu menatap Soojung dengan pandangan menilai.
“Dia—“ Sehun mengerutkan kening. Tampak mengingat wajah Soojung yang serasa tidak asing. “—dia yang menabrakku waktu itu? Yang kata kalian mau diperkenalkan kepadaku?”
Soojung ikut mengerutkan keningnya. Mencoba mengingat pertemuan yang dimaksud oleh Sehun. Gadis itu memang ingat jika Seunghwan berniat mengenalkan dirinya dengan salah seorang teman Chanyeol. Hanya saja acara itu gagal karena ajakan Jongin untuk makan siang bersama.
“Benar sekali,” Seunghwan mengangguk dengan senyum penuh arti. “Saat itu gagal karena ada halangan tidak penting.” Soojung menyikut Seunghwan saat mengatakan hal itu. Bagaimana bisa ajakan makan siang Jongin disebut halangan tidak penting? Jelas itu penting sekali, setidaknya menurut Soojung.
“Aku sudah mengatakan padamu kan, Chanyeol? Aku tidak suka dikenal-kenalkan seperti ini.”
Soojung mengangguk setuju. Itu juga yang ingin disuarakannya kepada Seunghwan. Soojung merasa terjebak dengan situasi saat ini. Tadi Seunghwan hanya mengajaknya makan siang, gadis itu tidak menyebutkan soal perkenalan dengan teman Chanyeol. Jika saja Soojung tahu, pasti dia akan menolak dengan tegas. ‘Kan Soojung sudah mengatakan kepada Seunghwan kalau dia akan menunggu Jongin sampai putus dari Seulgi. Soojung akan konsisten dengan keputusannya.
“Hanya berkenalan apa salahnya?” Chanyeol bertanya dengan sebelah alis terangkat. “Kami tidak memaksa kalian untuk berhubungan lebih jauh. Kami hanya mengenalkan kalian kalau tertarik dan saling cocok, yah dilanjutkan sendiri.”
Perkataan dari Chanyeol sukses membungkam Sehun. Lelaki berkulit putih itu tidak bisa lagi membalas perkataan Chanyeol, karena merasa apa yang dikatakan temannya itu benar. Ini hanya sekadar berkenalan. Chanyeol tidak pernah menyebut soal menjodoh-jodohkan. Entah mengapa mengetahui fakta ini membuat Sehun merasa dibodohi oleh seorang Park Chanyeol.
“Jadi, tidak ada masalah lagi, bukan?” tanya Seunghwan sembari menatap Soojung dan Sehun bergantian. “Kalau begitu, ayo lanjutkan makan siangnya. Aku sudah kelaparan.”
Tidak ada yang bisa Soojung dan Sehun lakukan selain mengikuti apa kata Seunghwan. Mereka masih punya image yang harus dijaga, sehingga tidak bisa begitu saja kabur dari restoran tempat mereka berada. Alasan lain selain image adalah karena mereka lapar. Bisa saja Soojung dan Sehun mencari tempat makan lain untuk mengatasi rasa lapar mereka. Namun, mengingat waktu istirahat makan siang mereka sudah hampir habis, tidak mungkin lagi untuk mereka mencari tempat lain.
Suasana hening mengiringi santap siang mereka. Baik Sehun maupun Soojung, tidak ada yang memulai obrolan. Yang mereka lakukan hanya sesekali menanggapi pertanyaan Senghwan dan Chanyeol tanpa minat. Membuat sepasang kekasih itu melenguh kecewa. Mungkinkah keputusan mereka memperkenalkan kedua temannya ini adalah keputusan yang salah? Mereka tidak tahu. Yang pasti niat mereka sudah baik. Untuk apa yang terjadi ke depan, lihat nanti saja.
O0O
Menurut Soojung, hari ini termasuk hari tersialnya. Setelah masuk ke dalam perangkap Seunghwan hingga diperkenalkan dengan sosok nan dingin bernama Oh Sehun, Soojung harus menghadapi satu masalah yang dianggap dirinya sudah tutup buku. Kang Minhyuk, lelaki yang ingin dihindarinya malah muncul di hadapannya tanpa pemberitahuan apapun.
“Kau di sini Minhyuk-ssi?”
Seunghwan melebarkan bola matanya saat mengetahui bahwa seseorang yang tengah menunggu Soojung di lobby kantor adalah Kang Minhyuk. Karena sudah mendengar banyak cerita mengenai Kang Minhyuk, secara otomatis Seunghwan mengamati lelaki ini baik-baik. Mengamati dari ujung rambut sampai ujung kaki, tanpa cela. Benar kata Soojung, dia lelaki yang cukup tampan dan terlihat mapan. Jika saja Soojung itu gadis normal, pasti akan tertarik dengan yang namanya Kang Minhyuk.
Sayangnya, Soojung bukan gadis normal karena rela menunggu kekasih orang sampai dia-nya putus.
“Aku berniat mengajakmu makan siang, tetapi sepertinya aku terlambat. Mau bagaimana lagi, aku mengurus pasienku dulu sebelum ke sini.”
“Oh, maaf sekali Minhyuk-ssi. Coba kau menghubungiku lebih dulu, aku akan menunggumu dan kita bisa makan siang bersama,” balas Soojung dengan nada kecewa yang dibuat-buat. Padahal dalam hati gadis itu bersorak riang
“Ya sudah, mungkin lain kali—“
“Tidak perlu memaksakan dirimu,” Soojung menyela dengan cepat. Tadi dia hanya sekadar berbasa-basi, bukan sungguh-sungguh kecewa. “Jangan memaksakan dirimu untuk makan siang denganku. Pasienmu jauh lebih penting.”
Senghwan mengulum bibirnya menahan tawa. Soojung jelas sekali menunjukkan ketidaktertarikan dengan yang namanya Kang Minhyuk, tetapi lelaki itu sama sekali tidak mengerti. Dari sorot matanya malah tampak lelaki itu merasa diterima. Membuatnya semakin berharap pada sosok Soojung.
“Kau pengertian sekali. Aku jadi semakin menyuka—“
“Ehhem ....”
Soojung benar-benar berterimakasih sekali pada Pak Choi dan dehamanya. Bosnya itu berhasil menggagalkan misi Kang Minhyuk untuk mengungkapkan perasaannya kepada Soojung. Setidaknya dengan ini Soojung mampu mengelak tanpa menyakiti hati sepupu Kang Seulgi itu.
“Kenapa masih di sini? Bukankah jam makan siang sudah habis?” tanya Pak Choi sembari melayangkan tatapannya yang begitu tajam dan sedikit mematikan. Sebenarnya, Soojung penasaran dengan kedatangan tiba-tiba si bos. Akan tetapi, semua rasa penasarannya diabaikan begitu saja. Soojung lebih fokus melepaskan diri dari Kang Minhyuk.
“Baik, Pak. Kami akan segera kembali,” tukasku segera. “Maaf, Minhyuk-ssi. Kami harus kembali bekerja. Sampai jumpa lain waktu,” ujar Soojung dengan menambahkan ungkapan—semoga tidak ada lain kali—di dalam hati.
Kang Minhyuk tidak dapat berbuat banyak, kecuali segera beranjak dari sana. Dengan raut muka kecewa lelaki itu berpamitan kepada Soojung dan Seunghwan, tetapi tidak kepada Pak Choi. Karena bagi Minhyuk lelaki bermarga Choi itu sudah mengusirnya dengan tidak hormat.
“Sudah saya katakan, untuk tidak berpacaran di kantor,” ujar Minho setelah sosok Minhyuk menjauh dari pandangannya.
“Tapi Pak, itu bukan pacar saya.”
Pak Choi mengerjap beberapa kali. Mulutnya membulat seolah mengatakan “o” yang panjang sekali. “Bu-bukan pacar?”
Soojung mengangguk pasti, tanpa ragu. Membuat Pak Choi segera memalingkan mukanya yang memerah. “Syukurlah.”
“Apa?”
“Maaf, maksudnya,” lelaki itu buru-buru meralat gumaman tidak pentingnya. Menimbulkan beberapa kerutan di dahi Soojung. “Maaf sudah menuduhmu yang bukan-bukan,” ujarnya sebelum meninggalkan Soojung dan Seunghwan.
“Sudah kuduga dia tertarik padamu,” ujar Senghwan sembari menyeringai jahil. “Lihat wajah leganya saat tahu kalau Minhyuk bukan pacarmu.”
“Jangan mengada-ada, Seunghwan. Lagipula mau tertarik denganku atau tidak, itu bukan urusanku. Aku sudah memutuskan untuk menunggu Jongin.”
Seunghwan mengedikkan bahunya acuh tak acuh. “Terserah padamu saja, Jung. Yang jelas jangan jadi bodoh dengan menolak cinta yang datang hanya untuk menunggu satu cinta yang tidak pasti.”
Soojung terpaku ditempat setelah mendengarkan perkataan Seunghwan yang begitu mengusiknya. Jauh di dalam lubuk hatinya, Soojung tengah bertanya kepada dirinya sendiri. Apakah dia sebodoh itu?
O0O
“Bagaimana bisa kau mengatakan tidak tahu, Jong?”
Jongin memijat pangkal hidungnya pelan. Pekerjaannya masih menumpuk karena beberapa waktu terakhir ini dirinya memegang proyek besar yang menjanjikan. Belum selesai mengurusi pekerjaannya, Jongin malah diusik dengan Soojung dan masalah perjodohannya.
“Aku benar-benar tidak tahu, Jung,” Jongin mencoba bersikap lebih sabar. Menghadapi api tidak akan bisa dengan api. Harus dengan air yang meredakan. “Aku sudah mengatakan pada Minhyuk dan Seulgi kalau kau tidak tertarik dengan Minhyuk. Tapi lelaki itu kelihatannya tidak mau mendengar. Buktinya masih mendekatimu.”
Terdengar dengusan dari seberang telepon, membuktikan bahwa Soojung benar-benar merasa kesal dan terganggu akibat ulah Kang Minhyuk. Jongin tidak berbohong saat menyebutkan bahwa dirinya tidak tahu-menahu soal Minhyuk yang masih bersikeras mendekati Soojung. Lelaki itu jelas sudah memperingatkan Minhyuk, tetapi nampaknya tidak mempan meski Jongin melakukannya berulang kali.
“Pokoknya aku tidak mau tahu. Kamu harus tanggung jawab. Buat dia tidak mendekatiku lagi. Titik!”
“Jung—“
Tuuuut ....
“Sial!”
Jongin mengusap wajahnya kasar selepas melempar ponsel secara asal ke meja kerjanya. Lelaki itu lantas mengacak rambutnya sembarangan. Ingin sekali dirinya mengacak-ngacak sekalian otaknya agar tidak kembali dipusingkan dengan berbagai masalah yang ada. Belum soal Seulgi, belum soal pekerjaan, ditambah soal perjodohan Soojung dengan Kang Minhyuk. Ingin rasanya Jongin menenggelamkan diri, kalau perlu kabur—lari dari masalah.
Namun, lari dari masalah bukan gaya Kim Jongin. Dia bukan pengecut, perlu digarisbawahi.
“Kenapa Jong? Muka seperti belum disetrika.”
Jongin menoleh ke arah Kyungsoo yang baru saja kembali ke kubikalnya, tepat di sebelah kubikal Jongin. Lelaki itu menyesap sedikit kopinya sebelum kembali berkutat dengan komputernya, seolah mengabaikan Jongin beserta jawaban lelaki itu atas pertanyaan Kyungsoo. Toh, Kyungsoo tidak terlalu penasaran. Pertanyaan tadi diajukan olehnya atas dasar rasa simpati, sekadar basa-basi tanpa ar
Comments