My Muse (junros vers.)

June & Rosé

“Kenapa bisa basah kuyup begini?!”

Junhoe baru saja pulang. Dan Hanbin sudah marah-marah.

Flu menyerangnya.  Setelah mandi dan ganti baju Junhoe pergi ke ruang tengah. “Kenapa tempat ini terasa dingin sekali?” kata Junhoe sambil mengusap usap lengannya kedinginan. Ia membuka jendela apartemennya dan melihat ke arah gerbang luar.

“ Udara di luar dingin sekali, jangan buka jendelanya!” sentak Hanbin yang berada di kursi sofa ruang TV  tepat di sebelah jendela dimana Junhoe berdiri.

Junhoe menghiraukan kalimat Hanbin “Aku ingin memastikan Chaeyoung sudah pulang dengan selamat.” Katanya dengan tetap melihat ke arah gerbang luar.

Hanbin mendecak mendengar kalimat Junhoe. Beginilah orang yang sedang jatuh cinta.

“Kau akan mengetahui bagaimana perasaanku, jika kau jadi aku.” Kata Junhoe menyilangkan lengannya dan berbicara dengan nada sinis. “Lihatlah dirimu hyung, seingatku kau bahkan tak pernah berbicara sekalipun tentang seorang wanita. Tunggu, bahkan apa kau pernah pacaran?” tanya Junhoe mengolok.

“Yahh! Maksudmu, kau berkata bahwa aku tak pernah menyukai seorang wanita? Lihat! Lihat itu.” Hanbin menunjuk layar TV yang sedang menampilkan sebuah iklan.  “Aku tergila – gila dengan Sandara Park! Dan kau tahu itu.” tandas Hanbin

Junhoe menyipitkan matanya ke arah Hanbin. “Hyung. Kau tak menjawab pertanyaan ku.”

Hanbin menghela nafas  dan mengalihkan pandangannya ke arah sang laki laki muda itu. “Memang tidak. Tapi aku meluruskan pernyataanmu.” Junhoe tertawa pelan mendengar kalimat Hanbin

“Kau tahu? Kata orang, kau tak akan akan menang berbicara dengan seorang laki - laki yang sedang tergila – gila dengan seorang wanita.” Junhoe mengangkat alisnya tak mengerti. “Singkatnya. Cinta itu buta.” Jelas Hanbin.

Junhoe tersenyum lalu berbalik memandang luar jendela lagi. “Kali ini aku setuju padamu hyung.Tapi, aku heran, sudah lebih dari jam biasanya dia pulang dan Chaeyoung belum terlihat juga.”

“Hujan baru saja reda, mungkin dia baru saja mendapatkan taxi.” Kata Hanbin berpendapat.

Junhoe mengangguk. Semoga itu benar.

 

 

Hacih..hacih..

Dan malam itu flu nya semakin parah. Wajahnya semakin pucat. Terlihat  dari seberapa sering ia memijat pelipis kepalanya, Hanbin tahu bahwa Junhoe sudah demam parah.

Kasihan, Hanbin memberikan obat ke Junhoe dan menyuruhnya untuk cepat diminum. Karena mau apapun yang akan di katakan Hanbin, itu semua akan masuk telingan kanan dan keluar telinga kiri Junhoe dengan cepat, jadi ia membiarkan Junhoe tetap berdiri di dekat  jendela. Sampai pada akhirnya Junhoe berkata pada Hanbin. “Kurasa aku akan istirahat sebentar. Bangunkan aku 10 menit lagi Hyung.” Kata Junhoe dengan suara lelahnya dan beberapa kali menguap. Efek obat yang sangat manjur.

Hanbin tersenyum. “Oke”

Satu menit pertama Junhoe sudah menutup matanya. Menit ke tiga, Hanbin mulai mengecilkan suara TV. Lima menit, Hanbin berusaha tak bergerak. Tujuh menit, Hanbin beranjak dari tempat duduknya dengan hati - hati.  Sepuluh menit, Hanbin menyelimuti tubuh Junhoe dengan selimut dan membiarkannya tidur.

Pagi harinya?

“Yah!!! Hyung,kau membiarkan aku tidur!! “

Hanbin yang tak sengaja tertidur juga di kursi ruang tengah tentu saja terbangun dengan suara teriakan Junhoe.

“Kenapa berteriak~? Ini masih  jam 6 pagi. Kau akan membangunkan tetangga sebelah. Dan mereka akan memarahi kita.” Jawab Hanbin yang masih mengantuk, menutup seluruh tubuhnya dengan selimut dengan erat lagi.

“Sekarang aku tidak tahu tuan putri ku sudah pulang atau belum~!!” rengek Junhoe  sambil berjalan mendekati jendela.

“Tuan putrimu tidak apa – apa. Percayalah padaku.” kata Hanbin malas, masih menutup mata.

Terlihat dari jendela, sebuah taxi berhenti di depan gerbang apartemen. Dan keluarlah seorang wanita dari taxi tersebut. Junhoe menyipitkan mata, mencoba memperjelas pandangannya. “Chaeyoung?” kata Junhoe.

Hanbin membuka matanya dan menghadap ke arah Junhoe yang masih melihat ke arah luar jendela. “Yah June! Kau tak gila gara-gara efek obat tadi malam, kan?”

Junhoe menggelengkan kepala.”Chaeyoung!” kata Junhoe kini menoleh ke arah Hanbin. Sang lawan bicara menyipitkan mata.

Junhoe kembali melihat ke arah luar jendela, dan Chaeyoung sudah berjalan ke arah dalam gedung.

Junhoe pun lari keluar. Membuat Hanbin kaget dan shock , sehingga ia terdiam sejenak sebelum menyadari Junhoe sudah lari keluar pintu.

“June? Hei!!!” Teriak Hanbin sambil ikut lari keluar. “Mau kemana??!!”

Junhoe terus saja berlari. Ia berhenti sejenak untuk memencet  tombol lift. Dan karena lama, ia memutuskan turun menggunakan tangga darurat.

“Junhoe!! Stop!!” teriak Hanbin dari belakang,melihat tingkah aneh Junhoe, ia ikut turun lewat tangga darurat.

Lantai 3 ke lantai dasar. Ini tidak main main bagi seorang Hanbin, menuruni 60 tangga dengan cepat di pagi hari seperti ini dan udara yang masih dingin adalah rekor pertamanya.

Saat ia sudah mencapai pintu darurat dasar, Hanbin berhenti sejenak terengah – engah. Rasanya seperti ingin mati.

 Hanbin pun tetap mencoba untuk berjalan pelan pelan mencari dongsaengnya. Dan setelah keluar lorong. Ia mengintip dari balik dinding, Junhoe berdiri mematung melihat ke depan. Dan Hanbin sadar yang dilihat Junhoe adalah Chaeyoung. Sang wanita sedang sibuk mencari sesuatu di tasnya  sambil menelfon seseorang. Chaeyoung membelakangi mereka.

“Iya, aku tidak menemukan kunci apartemenku. Apakah tertinggal  di rumahmu?” kata Chaeyoung masih menelfon seseorang.

Sedangkan Junhoe berjalan dengan pelan mendekati Chaeyoung.

“Apa yang akan kau lakukan?” gumam Hanbin kepada dirinya sendiri. Masih bersembunyi dibalik dinding.

Dan saat Chaeyoung merasakan seseorang mendekat, ia membalikan badan.  Ia bingung, dilihatnya Junhoe yang wajahnya pucat dengan mata yang berkaca – kaca.

“Junhoe? Ada ap-”

Tapi sebelum sempat sang wanita menyelesaikan kalimatnya, tubuh Junhoe jatuh ke arahnya, memeluk sang wanita sehingga Chaeyoung sedikit terdorong ke belakang.  Membuat sang wanita sangat kaget.

Hanbin menutup matanya. Ia mulai berjalan ke arah pintu darurat lagi, menggelengkan kepala, merasa malu akan tingkah Junhoe. “Kenapa tiba tiba memeluknya? Apa dia bodoh? Aku tak mengenalnya. Aku tak tau siapa dia“  gumamnya, sambil terus berjalan menjauh.

Hanbin akan benar benar berkata seperti itu ketika nanti bertemu Junhoe lagi, sampai akhirnya

“Tolong!!!!” Teriakan panik Chaeyoung terdengar.

 

 

“Apa dia tidak apa – apa?” tanya Chaeyoung khawatir. Hanbin  baru saja keluar dari kamar Junhoe. Sang wanita menolak untuk masuk. Ia merasa tidak sopan.

“Dia tertidur. Tubuhnya panas sekali dari semalam. Aku yakin Junhoe tak sadar akan apa yang dia lakukan tadi.”terang Hanbin.

Chaeyoung mengangguk khawatir. “Dia memang akan jadi sedikit gila kalau demam akut.” Kata Hanbin dengan sedikit tertawa. Tapi sang wanita masih setia dengan wajah khawatir sambil melihat ke arah pintu kamar Junhoe.

“Oppa sudah panggil dokter?” tanya Chaeyoung. Hanbin menggelengkan kepala. Kali ini mata Chaeyoung beralih ke arah Hanbin. “Kenapa belum?” lanjut Chaeyoung sambil mengernyitkan dahi. Hanbin panik mencari alasan.

“Ahh a-aku akan menelfon dokter setelah ini. Setelah ia istirahat dan makan bubur dia pasti akan sembuh. Junhoe pernah begini sebelumnya.” kata Hanbin memberi alasan.

“Ahh begitu. ” Kata Chaeyoung lirih. "Emm Oppa kalau begitu, aku ijin untuk pulang dulu."

Hanbin mengantar Chaeyoung sampai pintu depan. “Kau sudah rapi pagi-pagi seperti ini.” kata Hanbin basa- basi.

Chaeyoung tersenyum. “Aku baru pulang, semalam menginap di rumah temanku.”

Hanbin mengangguk. Lalu membuka pintu untuk Chaeyoung setelah ia selesai memakai sepatunya. “Maaf jika tadi Junhoe mengagetkanmu.”

Chaeyoung tersenyum dan mengangguk. Lalu mulai  berjalan pergi.

Hanbin menghela nafas dan masuk ke dalam tapi sesaat akan menutup pintu,

“Oppa!” 

Namanya yang dipanggil tiba – tiba oleh Chaeyoung membuatnya membuka pintu lagi.

“Ya?” kata Hanbin bingung. Dilihatnya Chaeyoung berada di depan pintu apartemennya lagi.

Chaeyoung terlihat  agak ragu mengucapkannya. “Ee lebih baik jika Junhoe dibawa ke dokter saja. Aku  sangat khawatir, badannya terasa panas sekali” jelas nya dengan muka memerah.

Hanbin tertawa sambil mengangguk “Baiklah, aku akan membawanya ke dokter”

Chaeyoung pun tersenyum.

“Aku permisi dulu...” Kata Chaeyoung ramah,membungkukan badan  lalu berjalan pergi.

Hanbin menutup pintu.

“Wow Junhoe akan benar benar terbang ke langit tujuh, jika mengetahui ini” pikir Hanbin

 

 

 

 

-MayJune-

Love, love, love <3 Terimakasih!!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
elrisnanti
#1
Chapter 5: Aaaaakkk unyu banget wkwkwk
saymyeolchi #2
Chapter 4: my favourite couple, <3<3<3,
Falvilia
#3
Thor suka banget ceritanya! Can't wait for the next chapter :))
chorida95 #4
Chapter 3: aaaa sukaaa junrosnyaa ♥♥
kaistalgasm #5
Chapter 3: AAAAKKKK gils gemes banget bacanya xD
bomira
#6
Chapter 3: Ahhh, so it's JunRos? Their ship name... What the... I'm so in love with them! Ini oneshots kah? Ide nya bagus di setiap chapter, manis manis gulali gitu XD Lanjut authornim! Keren kok!
bomira
#7
Asyiq, dua bias bertemu di ff ini:) Aish, jadi ngebayangin kalo mrk collab ntar bakal sebagus apa... Nama ship nya kira kira apa ya?
KingKoong
#8
Chapter 3: Lagi ngebayangin kalo misal June duet sama Rosé karena suara mereka unik, eh malah ada JunRos... >///<
rawrebelsroot #9
AAAAAAAAAAAAAAA
Kemarin sempet ngebayangin ship Junhoe di blackpink siapaaa, udah ngebayangin antara Lisa sama Rose. Eh ada ini xD
dobiodult #10
Chapter 1: oh yes ship junros! ;A;