Aku pulang.

*picttiket pesawat Amber terlampir.*

Krystal tersenyum dengan sangat lebar. Ia menunjukkan satu foto tiket pesawat kepada sahabatnya, Luna dan Sulli.

"Lihatlah, siapa yang akan pulang minggu depan."

"Ulaalala~ CEO Amber ingat tunangannya juga?" Sulli menepuk pundak Krystal sambil terkekeh.
Luna ikut mendongak, wajahnya tidak kalah sumringah ketika tahu Amber akan pulang ke Korea.

"Setidaknya biar dia tahu kalau sahabatku ini kesepiaaaan..."

Krystal mendelik sebal, ia terima saja ketika di ledek oleh Luna dan Sulli. Ketiganya sudah sepakat untuk berkumpul di Lots of Coffee, yang dari dulu sudah menjadi temoat favorit mereka.

"Dia sudah menemanimu kuliah bertahun-tahun di London. Kau pulang ke Korea, di lulus kuliah malah jadi boss besar seperti ini. Kau tidak perlu susah-susah kerja, Krys. Uangnya Amber sudah banyak."

"Iya, jika dolar nya di jadikan won, mungkin bisa untuk mandi uang."

Krystal mengabaikan celotehan kedua sahabatnya dan kembali termenung.

Sudah kuduga dia akan pulang menemuiku. Dia tidak akan bisa menggantikan hari sepenting ini dengan pekerjaannya.

"Aku jadi ingat ketika Krystal menangis melihat Amber di cium Ellin...."

Tiba-tiba saja Sulli mengatakan hal semacam itu, lantas Krystal menoleh dan tersenyum ke arahnya.

"Hwee? Itu sudah sangat lama. Waktu kita masih muda."

"Bukannya sampai sekarang masih?"

"Tidak, kita semua sudah tua. Cepatlah menikah, dasar bodoh." Sergah Luna dengan cepat.

Krystal kembali menatap Sulli dengan lembut. Sahabatnya itu sudah lebih dulu menikah dengan Minho. Luna menyusul dengan Key, sedangkan dirinya masih menunggu waktu yg tepat untuk segera menikah dg Amber.

"Kau mau bilang apa, Sulli? Melihatku menangis?"

Sulli mengusap perut besarnya dengan lembut. Kedua matanya masih lebar penuh pesona. Dia yang dulu selalu tega memukuli Amber, menjadi sosok ibu yg jauh dari kata kasar dan galak.
Malah kebalikannya, Luna menjadi lebih galak ketimbang dulu.

"Di situ aku menyadari bahwa... perempuan mencintai perempuan punya kekuatan lebih dahsyat ketika mencintai. Entahlah... atau hanya perasaanku saja...."

Seluruhnya terdiam.

Krystal mendekati Sulli dan memeluk pundaknya.

"Hei.. Amber bahkan sudah merubah dirinya menjadi laki-laki." Jawab Krystal dengan lembut.
"Meskipun aku bersikeras menerima dia sbg perempuan, tapi ia melakukan hal itu untuk anakku kelak. Dia ingin anakku tetap punya ayah."

Suasana di Lots of Coffee tidak pernah berubah. Selalu jadi tempat terbaik untuk mereka bercerita.
Sekalipun sampai mereka tua dan memiliki keluarga masing-masing, pada dasarnya mereka tetap sahabat baik...

"Ah, bodohnya dia lupa mengirimiku parcel dari New York. Aku akan merebusnya jadi sashimi kalau dia pulang nanti."

Sulli mengatakan hal itu sambil merekamnya lewat smartphone, dan mengirim begitu saja untuk Amber.

Krystal tertawa, meski saat ini Amber belum juga kembali ke Korea.. dia sudah sangat bahagia.

Tidak ada yang berubah, sejak musim gugur [fall] berganti setiap tahunnya. Cinta yang mereka jalin sejak masa sekolah terus bertahan sampai sekarang.

Luna, Sulli, Krystal dan Amber memilih untuk tetap bersahabat, sampai kapanpun.

***

Aku menatap ke arah jam dinding dengan tenang. Kekasihku sudah berangkat naik pesawat. Tinggal menunggu dia tiba di bandara, kemudian segera datang kemari untuk menemuiku.

Banyak hal sudah kusiapkan.

Aku sudah pergi perawatan dari hari-hari sebelumnya. Memesan makanan Korea kesukaannya, sampai memberitahu semuanya untuk datang menemui Amber.

Sebelum berangkat dia sudah menelfonku, aku mendengar suaranya nampak kelelahan.
Aku berjanji a