Aku menatap ke arah laki-laki yg kucintai dengan lembut. Ah.. tidak berubah, bentuk wajahnya masih tetap manis, hidungnya mancung, bibirnya tipis, telinganya penuh dengan piercing, dengan tattoo terlihat jelas di tangannya.

Masih sama. Dia perempuan yg dulu ku cintai. Tidak banyak berubah, kan? Yg berubah hanya gender nya! 
Keputusan paling gila ketika dia melakukan operasi pada buah dadanya, dan lain-lain...
Tidak perlu ku jelaskan.... dia nampak lebih maskulin dan manly.

Ku tatap matanya lama-lama, dia nampak sibuk dengan berkas tugas perusahaannya.
Tidak banyak yang bisa kulakukan, selain menunggu nya kembali pulang ke Korea.

Kalian tahu kenapa?

Aku menatap kekasihku lewat layar video call.

"Begitu merindukanku sampai melamun seperti itu, sayang?"

Amber mendekatkan wajahnya pada layar video call, aku tersenyum.. menopang daguku sambil terus menatap wajahnya yg tampan.

"Aku suka menatap mu sebagai boss CEO besar seperti ini. Ish! Jangan punya asisten pribadi perempuan. Aku akan sangat marah."

Amber mendongak, ia lantas tertawa sekeras mungkin di depanku.

Benar-benar menyebalkan.

"Kau saja yang jadi assiten pribadiku, bagaimana?"

Amber mengedipkan sebelah matanya dengan genit.

Uh!

Aku cemas dia melakukan kedipan seperti ini pada banyak perempuan.

"Aku akan jadi assisten hidupmu untuk selamanya, Calon pewaris perusahan Liu Company."

Kucibirkan mulutku dengan manja, kekasihku hanya tersenyum sambil mengibaskan tangannya.

"Mau merayu seperti apapun bulan ini aku tidak bisa pulang ke Korea, Sayang...."

"Bulan ini? Sungguh?"

Ah.

Kecewa.

Kecewa sekali rasanya.

"Benar, ada pembukaan perusahaan baru di Chicago. Aku harus menghadirinya... aku tidak bisa menyerahkan pekerjaan sepenting ini pada paman atau bibiku, atau sepupu apalagi pada Vic Nuna... ah..."

Aku menghela nafas panjang dengan sabar. Sedih rasanya jika melihat Amber begitu sibuk dengan perusahaan. Aku harus sabar menghadapinya sambil terus menunggu.