Friendship 1

Friendship
Please Subscribe to read the full chapter

Happy Reading!

Langit hari itu terlihat cukup cerah, cahaya matahari tak lagi menyengat dengan terik. Suasana hangat di atas sebuah bukit siang itu tampak sangat nyaman. Dengan sebuah pohon mapple rindang yang berdiri kokoh dengan sebuah dahan yang cukup kuat untuk di duduki dan juga tak terlalu tinggi.

Sayup-sayup terdengar alunan musik biola dari arah bukit itu. Di lereng bukit yang tidak terlalu tinggi itu dua orang anak yang cukup mirip saling bertatapan heran mendengarnya. Kakak beradik itu saat itu sedang ingin naik ke bukit itu untuk bermain. Mereka berdua baru saja pindah rumah dan memutuskan berkeliling untuk mengenal daerah tempat tinggal mereka. Kemudian mereka melihat sebuah bukit tak jauh dari komplek rumah mereka dan memutuskan untuk menuju puncaknya.

Leeteuk sang hyung menatap heran ke atas bukit itu dan tak jauh berbeda dengan hyungnya, sang dongsaeng juga merasa heran mendengar alunan musik dari atas sana.

"Hyung, kira-kira siapa yang bermain biola di atas sana ya?" bocah berumur 10 tahun bertanya pada sang hyung yang berumur 3 tahun lebih tua darinya.

"Ntahlah hae, aku juga penasaran. Alunan musik yang dimainkannya indah sekali." Leeteuk menjawab pertanyaan adiknya sambil terus menatap heran ke atas bukit.

Mereka berdua memutuskan naik ke atas bukit itu sambil menebak-nebak seperti apakah orang yang memainkan musik di atas sana. Untuk naik ke atas bukit tidaklah sulit, karena ada jalan setapak yang cukup landai dan cukup mudah di naiki, beberapa bagian ada tangga yang di ukir dari tanah bukit. Sepertinya jalan itu memang sengaja di buat untuk memudahkan naik ke atas. Pepohonan rindang di kanan-kiri mereka yang tak terlalu rapat menambah kesan menyenangkan.

Setelah beberapa saat mereka berjalan, mulai tampak puncak bukit namun suara musik itu mulai tak terdengar lagi. Di saat mereka telah sampai mereka mengedarkan pandangan ke sekeliling bukit itu dan mereka tak menemukan seseorang pun yang ada di atas sana.

"Eeh? Tidak ada seorang pun disini."

"Kau benar Hae, aku yakin suara musik tadi berasal dari sini. Tapi kenapa sudah tidak ada ya?"

Leeteuk berjalan mendekati satu-satunya pohon yang ada di puncak bukit, karena memang di puncak bukit hanya ada satu pohon mapple berbeda dengan banyaknya pohon sepanjang perjalanan mereka kemari.

"Halloooo, ada orang disini?" Donghae mulai berkeliling dan tak menemukan orang yang telah bermain musik itu.

"Tidak ada seorang pun disini hyung." ucapnya sekali lagi setelah beberapa saat mencari dan Leeteuk mengangguk menyetujui ucapan adiknya.

Mereka akhirnya duduk bersantai di bawah pohon untuk menselonjorkan kedua kaki mereka, bersandar dan melihat ke langit. Cukup lelah juga mereka setelah berkeliling dan akhirnya naik ke puncak bukit hijau itu.

"Aku masih penasaran dengan suara musik yang kita dengar itu, bagaimana dengamu Hae?" tanya leeteuk setelah beberapa saat.

"Aku juga hyung."

Beberapa saat kemudian...

"Hyung... hyung... jangan-jangan itu hantu hyung~ aigoo... ada hantu di atas bukit ini yang suka bermain musik" Donghae panik sambil mengguncang tubung sang hyung. Dia selalu seperti itu, sering menyangkut-pautkan sesuatu dengan hantu.

Leeteuk yang mendengarnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak akan ada hantu di hari yang masih cerah dengan matahari itu.

"Ini masih siang Hae... tak mungkin ada hantu. Kau ini ada-ada saja." Leeteuk menegur sambil mengucak rambut dongsaengnya itu, namun ada senyuman di wajahnya.

"Kan bisa saja hyung, coba hyung pikirkan tadi kita mendengarnya kemudian saat kita

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet