Close To You

Beautiful Lies

“Bukan begitu Ma.. Pa.. aku tidak benar-benar homo..!!”, adalah penjelasan yang keluar dari mulut Kyuhyun saat mereka tiba di rumah. Dia frustrasi untuk meyakinkan keduanya kalau dia tadi hanya berbohong demi menghindari perjodohan.

“Mama sudah menduga kalau kau ini homo..”, Kyuhyun terpana mendengar kata-kata ibunya, mungkin telinganya salah dengar, jadi dia terus mendengarkan. “Itulah kenapa kami berusaha menjodohkanmu dengan para gadis itu, tapi….”, menarik tisu dari box yang ada di pangkuannya, entah sudah berapa tisu yang sudah dihabiskan untuk mengusap air matanya

“Mungkin kami terlalu sibuk mengurus perusahaan hingga mengabaikanmu”, Ayahnya mulai menyalahkan dirinya sendiri, wajahnya tampak terluka dan kecewa, atau mungkin juga malu. Putra kebanggaan yang susah payah dibesarkan selama 27 tahun nyatanya mengalami penyimpangan seksual.

“Maafkan kami”, katanya penuh nada penyesalan.

“Tapi kami akan selalu ada untukmu..”, tangannya digenggam erat ibunya, “kami tidak akan meninggalkanmu, percayalah..!”.

“Maksud Mama, apa?’, tak mengerti, sebelum menjawab ibunya menoleh pada ayahnya yang mengangguk lesu.

“Kami merestui apa yang jadi pilihanmu. Kalau perlu kami akan membantu mencarikanmu pria yang baik, atau kau sudah punya pilihan sendiri, huh?”,

Kyuhyun sungguh tidak tahan dengan omong kosong ini,“Ayolah, aku ini normal. Kenapa kalian tidak percaya padaku? Baiklah alasan sebenarnya aku menolak perjodohan ini karena aku sudah punya pacar”, tegasnya.

“Pria?”, tanya Heechul, memiringkan kepalanya

“Tentu saja Wanita..!!! WANITA..!!”, memberi penekanan pada kata terakhir.

“Benarkah?”, ibunya menyipitkan matanya. “Atau itu hanya karena kau ingin menghibur kami”, mata ibunya menyelidik, memaksa Kyuhyun menelan ludahnya sendiri untuk menahan tatapan tajam itu.

“Aku akan membawanya suatu hari nanti”, 

“Baiklah, bawa dia untuk makan malam Sabtu ini”, Kyuhyun membeku mendengar suara ayahnya, terdengar sangat lembut tapi mencekik lehernya, nafasnya tersengal.

“Atau kau akan menikah dengan pria bulan depan”, tapi kalimat terakhir ibunya lebih  mengerikan.

Bayangan pembicaraan dengan orang tuanya kemarin malam kembali terngiang.. Dia mengutuk dirinya yang bertindak bodoh mengatakan homo di depan umum, untung saja saat itu para undangan mengira itu hanya lelucon anak kecil dan tak menganggapnya serius. Tapi akibatnya, sekarang dia terjebak dalam masalah yang dibuatnya sendiri. Dan hari ini adalah hari Jumat, tersisa waktu 24 jam untuk menemukan “pacar”. Kyuhyun frustrasi dan mengacak-ngacak rambutnya sendiri. Hal pertama yang dapat dia lakukan adalah mencari secara random sederet nama perempuan di list phonebooknya, dan matanya tertuju pada sebuah nama.

“Sempurna”, gumamnya.

 

 

SM High School. Kelas terlihat sepi karena ini jam istirahat, hampir seluruhnya bermigrasi ke kantin atau lapangan sekolah untuk bermain, hanya beberapa yang tinggal termasuk Luhan dan Minseok.

“Hai..”, sapanya ceria,

Luhan mendongak dengan malas, menopang kepalanya dengan satu tangan, “Hmm..”.

“Namaku Kim Minseok…”, diulurkan tangan kanannya, tadinya dia pikir Minseok tidak normal karena mengabaikan ketampanannya tapi ternyata salah, gadis ini sama saja dengan siswi lain yang mencoba menarik perhatiannya. Dia pun menyeringai menyambut uluran tangannya.

Luhan’s imagination #101

“Kau sangat tampan”, ujar Minseok malu-malu, tatapannya mengarah ke lantai, sesekali mencuri pandang ke arah Luhan lalu kembali ke lantai lagi.

“Aku pikir kau tidak suka padaku?”, Luhan menyisir rambut dengan jarinya ke belakang, dengan gaya yang terlalu dibuat-buat.

“Ah bukan begitu”,

“Kalau begitu tatap aku..”,

“Aku tidak bisa Luhan..”,

“Kenapa?”, menarik dagunya ke atas, menatap lurus ke dalam matanya

“Aku takut…”, memalingkan muka

“Takut apa?”,

“Takut jatuh cinta padamu..”,

“Minseok..”,

“Luhan..”

“Won Geun..”

“Siapa Won Geun?”,

Luhan’s imagination #101 END

“Luhan, aku ke kantin dulu ya. Daah..!”, setelah itu Minseok lalu meninggalkan kelas, menghampiri sosok di depan pintu yang menunggunya. “Hai Won Geun, kenapa lama sekali”, samar-samar dia mendengarnya, lalu mereka menghilang.

“Apa-apaan itu? Bahkan dia tidak mengajakku ke kantin”, berbicara entah pada siapa. Sedetik kemudian Luhan juga menghilang dari tempatnya duduk.

 

 

Tidak jauh dari meja tempat Minseok dan temannya makan, terlihat seseorang dengan aura gelap memandang ke arah mereka. Iya benar. Dia adalah Luhan. Luhan masih dapat mendengar percakapan mereka dan tawa merdu Minseok. Lalu ia merasa aneh dalam hatinya, perasaan seperti kurang suka, tidak terima, marah dan sejenisnya. Yang pasti perasaan itu membuatnya tidak nyaman.

“Huh, dasar pacaran tidak kenal tempat. Gak modal!”,

“Kau cemburu?”, itu jelas bukan Luhan yang bertanya, tapi orang lain.

“Siapa kau?!!”, menoleh ke samping, kaget. Seorang siswa berlesung pipi kini tengah mengaduk-aduk piringnya. “Heii, itu kan makananku.!!”, ditariknya lagi piring berisi mie goreng ke hadapannya, dia tidak tahu pasti kapan piring itu berpindah yang jelas sekarang mi’nya tinggal setengah.

“Ya habis dari tadi aku perhatikan, mi gorengnya gak dimakan kan sayang..!!”, menyeka mulutnya yang berminyak dengan tisu. “Oh iya kenalkan namaku Zhang Yixing”, mengulurkan tangannya, belum sempat Luhan membuka mulut menyebut namanya, dia memotong, “Kau pasti Luhan kan, anak baru pindahan dari Beijing”.

“Iya”, jawab sekenanya. Bola matanya kembali mencari Minseok, ingin melanjutkan aktivitas pengintaian yang sempat tertunda tapi bangku mereka sudah kosong. “Kemana mereka?”.

“Mungkin ke lapangan basket”, jawab Yixing, pandangannya masih tertuju pada piring Luhan.

“Kau sepertinya tahu banyak tentang mereka?”, tertarik dengan teman barunya. Luhan yang sadar dia terus memandang piringnya, mendorong ke arahnya, “Sudah ini makanlah”.

“Wuah terima kasih..!”, ucapnya. “Oh tentu saja, satu sekolah juga tahu siapa mereka. Kim Minseok dan Lee Won Geun, kau ingin tahu tentang mereka?”, Luhan mengangguk antusias. “Tunggu aku selesai makan mi ya..!”, ingin rasanya Luhan melempar bocah ini ke luar galaxy, tapi demi informasi tentang Minseok, dia akan bertahan. Akhirnya Yixing selesai makan juga, jangan lupakan kalau dia minta sepiring mi goreng tambahan juga pada Luhan.

“Ayo ceritakan tentang mereka”, pintanya tak sabar.

“Seluruh sekolah tahu mereka pacaran”, katanya singkat, melirik Luhan yang sudah dalam bad mood walaupun mukanya terlihat tidak peduli.

“Hanya itu yang mau kau ceritakan?!”, merasa dipermainkan. Yixing mengangguk pasti.

“Tapi sebenarnya mereka belum pacaran, mereka hanya dekat saja”, entah kenapa Luhan merasa lega mengetahuinya. Tanpa dia sadari tentunya. Yang dia ketahui pikirannya yang semula galau dan perasaan tidak nyamannya berkurang.

“Oke, terima kasih Yixing. Aku pergi dulu, senang berkenalan denganmu..”, menepuk pundaknya dan berlalu.

“I-Iya… tapi Luhan ini mi gorengnya udah dibayar belum?”, menunjuk dua piring kosong dan tiga gelas kosong di atas mejanya.

Bel pulang sekolah, Minseok bergegas merapikan peralatan tulisnya dan memasukkan buku ke tas gendongnya. Sesuatu tampaknya tengah memburunya, setelah guru mengucapkan salam, para siswa berhamburan keluar.

“Aku pulang duluan ya..”, melambaikan tangan, Luhan membalas lambaian tangan itu disertai senyuman manis, ya walaupun sebenarnya Minseok melambaikan tangan pada banyak orang bukan hanya Luhan seorang.

“Minseok, kok buru-buru gitu?’, tanya Kyungsoo mendekati Baekhyun yang sedang mengenakan sweater warna pinknya.

“Oh, dia bilang Kak Won Geun mau ngajak dia jalan-jalan”.

“Wah, mungkin dia mau nyatain cinta sama Minseok, hi..hi..hi..”.

“Mereka pasangan serasi”,

“Bener..bener…!!”, keduanya tertawa lepas, tidak menyadari bahwa di ujung sana Luhan tengah mengusap dadanya yang tiba-tiba terasa sakit, perasaan menyesakkan itu datang lagi.

Jangan-jangan bener yang dibilang Yixing nih kalau aku cemburu. Tapi kalau aku cemburu berarti aku cinta Minseok dong..! Ah ini tidak bisa dibiarkan, mereka gak boleh jadian. Yang namanya cinta harus diperjuangkan. OK Luhan, kamu bisa.. Ayo kita kacaukan kencan mereka..!!, konflik batin Luhan yang dramatis, tanpa sadar dia mengepalkan tangan ke depan dada, menggeretak giginya.

“Luhan kenapa?”, tatapan aneh dari dua gadis itupun diterimanya.

“Ohh,,, ehhmm… “, bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri, “aku harus pergi.!”, disambar tasnya dan langsung berlari ke pelataran parkir. Tak dihiraukan lagi, para fangirls’nya yang memanggil histeris sepanjang koridor sekolah. Terengah-engah sampai di halaman depan, dia membungkuk memegang kedua lututnya. Nafasnya naik turun saat dilihatnya Minseok tersenyum masuk ke sebuah mobil yang dibukakan oleh Won Geun dan Porschee 911 Carrera hitam itu pun bergerak dengan anggun meninggalkan pelataran parkir SM High School.

 

 

“Pacar pura-pura ?!!”,

“Shhh!”, menempelkan telunjuk pada bibirnya. “Jangan ngomong keras-keras. Ngomongnya di dalem aja ya..”, setengah berbisik, kepalanya melirik ke sekitar mereka, takut ada yang mendengar pembicaraan mereka. Sungmin pun membuka ruangannya, mempersilahkan Kyuhyun masuk sebelum menutupnya kembali. “Ayolah, kau kan temanku yang paling baik..”. Gadis itu tetap menggelengkan kepalanya.

“Aku tidak mau”.

“Hanya satu kali pertemuan saja, setelah itu kita akan berpura-pura bertengkar dan putus, selesai. Yang penting orang tuaku tidak menganggapku homo lagi”, Sungmin hampir terbahak mendengar kata-kata terakhirnya, sungguh menggelikan.

“Jangan menertawaiku begitu”.

“Maaf..”, menggigit bibirnya sambil menahan tawa. “Ehm.. kenapa kau tidak menyewa wanita bayaran, maksudku seperti model begitu.. Toh cuma sehari kan..”.

“Karena aku memilihmu..”, Kyuhyun mendekatkan wajahnya, memaksa gadis itu berjalan mundur dan terpaksa berhenti karena kehabisan ruang. Dia menyesal membawa seorang Kyuhyun masuk ke dalam ruang prakteknya yang sempit. Tubuh mungilnya terperangkap, kedua tangan Kyuhyun memblokade jalannya. “Apa wajahmu baru saja memerah?”, goda Kyuhyun. Sungmin menunduk dan mendorong tubuh Kyuhyun menjauh karena malu.

“Bagaimana, aku sungguh butuh bantuanmu? tolonglah?”, dia memohon padanya, kembali serius.

Sungmin benci jika Kyuhyun merengek padanya, karena dia tidak bisa mengatakan tidak pada permintaannya. Kyuhyun, adalah sahabatnya di bangku kuliah dulu, selalu mengganggu dan menjahilinya, tapi anehnya dia tak pernah marah.

“Apa untungnya bagiku?”,

“Kau mau apa sebagai balasannya? katakan saja. Aku akan melakukannya”.

“Aku akan memikirkannya nanti..”.

“Tunggu… jadi kau mau membantuku?”, wajahnya berseri seketika, Sungmin hanya menghela nafas, menganggukkan kepalanya.

“Tapi aku tidak melakukannya dengan gratis.. Yaaa.!!”, teriaknya saat Kyuhyun memeluk dan mengangkat tubuhnya.

“Terima kasih, Kau memang sahabatku yang terbaik. Aku mencintaimu!!”, seru Kyuhyun kemudian dia menurunkan Sungmin kembali dan tersenyum. Wajah mereka hanya berjarak beberapa senti, membuat jantung gadis itu berdetak kencang, ada sensasi panas yang membakar wajahnya bahkan tangannya tak henti menggenggam akibat terlalu gugup.

“Sama-sama”, hanya kata itu yang mampu terucap dari bibirnya, walau hatinya ingin sekali mengatakan kalimat terakhir yang baru saja Kyuhyun katakan.

 

 

Won Geun dan Minseok berjalan santai di COEX Mall, Minseok sudah mengganti seragam sekolahnya dengan atasan kaos  flower print dibalut jaket biru, legging hitam dan flat shoes yang berwarna senada dengan jaketnya. Begitu pula dengan Won, dia mengenakan hoddie dan sepatu nikes berwarna putih. Dan Luhan masih setia membuntuti, sejak satu jam yang lalu selalu mengekor kemanapun mereka pergi. Sambil duduk di kursi yang disediakan toko, Luhan hanya bisa menunggu mereka selesai berbelanja.

“Aku lapar..”, gumam Minseok mengusap perutnya. Won menanggapi dengan mengacak gemas rambutnya, Minseok buru-buru merapikan rambutnya dengan jari sambil pasang wajah kesal. “Kau membuatnya berantakan”.

“Tetep manis kok..! Eh bukankah itu murid baru di kelasmu ya?”, mengikuti arah pandangan Won, Minseok berbalik dan menangkap Luhan berjalan ke arah mereka.

“Hai..”, Luhan menyapa dengan riang gembira. “Wah kebetulan sekali, sedang apa kalian?”, pasang tampak tak berdosa.Won menatapnya tak suka dan Luhan tidak peduli.

“Oh hai Luhan, kami mau makan”,

“Aku juga, bagaimana kalau sama-sama”.

“Uhmm.. Bagaimana menurut Kak Won?”,

“Terserah kau saja”,

Akhirnya mereka bertiga pergi ke restaurant Jepang, Luhan menunggu mereka berdua duduk setelah tahu mereka duduk sejajar, dia pun mengambil tempat di hadapan Minseok. Tentu saja itu bagian dari modusnya. Pelayan datang dan mencatat pesanan mereka.

“Aku tidak mengganggu kalian kan?”, Luhan mengawali berbasa basi. “Oh iya, aku belum mengenalmu. Aku Xiao Luhan”,

“Lee Won Geun”,

Dingin sekali, batinnya.

Tak berapa lama pesanan mereka datang. Luhan mendominasi pembicaraan karena terus menerus bertanya pada Minseok, bercerita ini dan itu, mengabaikan keberadaan Won. Won yang mulai bisa membaca situasi harus segera bertindak, karena Minseok sepertinya mulai nyaman berbincang bersama Luhan, sesekali dia tertawa bahkan bertepuk tangan kecil mendengar cerita konyol Luhan yang benar-benar konyol.

“Habiskan makanmu, Minseok”, ujarnya, tak ingin berlama-lama dengan si rusa jantan itu. “Ayo”, saat dilihatnya piring-piring kecilnya telah kosong. “Permisi Luhan, kami harus pergi. Biar kami yang traktir”, menggandeng tangan Minseok keluar.

“Terima kasih”, ucap Luhan sopan.

“Yakin kau mau beli buku itu?”, Won menatap buku yang saat ini dipeluk Minseok. Dia tidak mengerti dengan selera membaca gadis itu, biasanya seumuran dia yang akan dibaca adalah novel romantis atau cinta, tapi dia malah memilih buku anak-anak bergambar yang  full colour.

“Kenapa memang?”,

“Ah tidak..”,

“Wah pilihan buku kita sama.!!”, suara Luhan, tiba-tiba muncul dari belakang rak di samping mereka berdiri, membawa setumpuk buku anak-anak lainnya. Won memutar bola matanya karena bosan melihatnya.

“Ya ampun, kamu mau beli semua buku itu..!”, pekik Minseok tak percaya.

“Tentu saja, aku punya perpustakaan di rumah. Jadi ini untuk menambah koleksiku saja. Lagipula membaca buku seperti ini membuat kita kembali berimajinasi pada masa kanak-kanak yang bahagia, saat kita percaya pada mimpi dan harapan”, diikuti anggukan setuju Minseok. “Kak Won, kau beli buku apa?”, melirik sebuah novel yang dipegangnya, yang ditanya males jawab. “Oh yang itu, aku sudah pernah baca, cerita tentang pembunuhan kan? Yang ternyata bangunan tua itu adalah kuburan masal, yang bikin kaget dalang dibalik pembunuhan itu ternyata seorang nenek tua penjual bunga”.

“Ngeri banget ya ceritanya, gak nyangka pembunuhnya seorang nenek tua”, ujar Minseok bergidik. Luhan mau komen lagi tapi dipotong oleh Won. 

“Pulang aja yuk”, ajaknya. “Nanti Mama kamu nyariin, kamu ijin cuma sampe sore aja kan?”,

“Iya”.

“Sampai ketemu di sekolah, Minseok”, Luhan nyengir bahagia, setelah itu mengembalikan tumpukan buku yang dipegangnya ke rak, tempatnya semula.

 

 

Curhat Corner : Maaf ya ceritanya agak gimana gitu, updatenya tergantung mood, bisa seminggu 2X atau malah 2 minggu sekali, buahahaahaaa... 

Makasih udah mau baca, ^_^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Navydark
#1
Chapter 10: Yeaaay. Xiuhaaaaan. Menang saingan dari won geun buat minseok, skarang buat ziyu luhan saingan sama heechul. Kekekeke
Navydark
#2
Chapter 9: Aaaaaa, kan jadi ikutan galau deh. Minseok buat siapaaa?
yoeunseo #3
Chapter 8: pas awal chapter gokil lucu, kok tambah kesini angst gitu....
TT_TT
Navydark
#4
Chapter 8: Sedihnyaaaaaa, sedih buat semua. Clbk aja deh, hehe. Xiuhan jayaaa
Navydark
#5
Chapter 7: Noooo, minseok ahh...... Kan luhan kelamaan nih minseok keburu mau nikah deeeh
Navydark
#6
Chapter 6: Dasar kyu cemburunya agak kelewatan dan keterlauan tapi lawak banget gini.
Its okay thor, yg penting endingnya maknyoss buat xiuhan. Hoho