Chapter 1

Locked
Please Subscribe to read the full chapter
"Bukan yang ini. Astaga, aku bilang yang merah! Kau taruh dimana matamu? Yang merah! Itu bu-- YA! KIM DOYEON! CEPAT KESINI!"

Oh sial

Mataku beralih ke kotak kotak yang penuh dengan botol air mineral. Aku menghentakkan kaki sambil menggerutu. Sialan! Pantas saja ia selalu putus dengan pacarnya, lihat saja emosinya, bagaimana pacarnya bisa bertahan dengan tingkat emosinya yang naik turun seperti itu? Aku melirik Chaeyoung sunbae kesal. Dasar nenek sihir! Kenapa harus aku lagi?

"Ya! Kim Doyeon. Chaeyoung noona bisa terbakar oleh tatapanmu itu"

Aku mendongak mendapati Chanyeol berdiri nyengir dengan senyuman lebar seperti biasa dengan kantung kantung merah besar bertengger di tangannya, aku menghembuskan nafas kesal dan melemparkan botol air mineral ke arahnya.

"Apa? Aku salah apa? Ya! Itu minuman!" Teriaknya menghindar dari lemparan botol, Bagus. Sekarang semua mata tertuju pada kami. Berterima kasihlah kepada teriakannya itu. Park Chanyeol, kau mati hari ini.

"Siapa bilang itu makanan? Diamlah dan cepat berikan kantung kantung merah sialan itu kepada Chaeyoung sunbae sebelum dia meledak" Aku melirik Chanyeol sekilas dan memusatkan pandangan ke handphoneku.

Chanyeol merapikan rambutnya "Sepertinya yang akan meledak itu orang di sampingku" ucapnya jahil menyenggolku dengan siku tangan kirinya lalu berjalan pergi.

Aku meletakkan handphoneku kasar "YA! PARK CHANYEOL!! KAU MAU MATI?!" Aku baru saja akan meleparkan serangan botol air mineral keduaku saat handphoneku bergetar, panggilan masuk.

Incoming call. Jaehoon oppa.

Seketika seulas senyum tersungging di wajahku.

    "Silahkan masuk satu persatu" Ucapku seceria mungkin kepada setiap penumpang bis yang sebagian besar menghiraukanku dan tetap saja masuk dengan dorong mendorong penumpang lain, aku meniup poni depanku mencoba untuk menahan emosi. Sial, Aku ini apa, Batu?

"Yeorobun~~ tolong masuk satu persatu, Kursinya cukup untuk seluruh penumpang jadi jangan khawatir! Pelan pelan saja" 

Aku menoleh ke asal suara itu, mengerutkan dahi. Park Chanyeol

"Jangan menatapku seperti itu. Hey, aku membantumu. Tidak bisakah kau menunjukan sedikit berterima kasih?" Ucap Chanyeol tetap menebar senyum kepada para penumpang. 

Aku menyikut perutnya yang dibalas dengan ringis kesakitan, "Aku sangat berterima kasih, Yeol. Astaga, haruskah aku membungkuk? Terima kasih, Tuan" Aku membungkuk malas lalu menyikut perutnya untuk yang kedua kalinya lalu naik ke dalam bis setelah penumpang terakhir masuk "Cepat masuk. Kita sudah terlambat dari jadwal"

Chanyeol meringis kesakitan "Ya!!! Kim Doyeon! Sialan!! Wanita macam apa kau ini? Cobalah untuk menjadi lebih wanita!" Chanyeol setengah berteriak.

Aku berhenti di tengah pintu lalu menoleh ke arah Chanyeol "Ya memang! Aku bukan wanita, Puas?"

Chanyeol memeganggi perutnya, "Untung kau sadar"

Aku memutar bola mataku kesal lalu berbalik untuk masuk ke dalam bis.

"Bagaimana bisa Sehun tahan dengan wanita sepertimu Kim Doyeon" gerutu Chanyeol pelan. Tapi suaranya cukup besar untuk terdengar olehku. Aku menghentikan langkahku lalu kembali menghadap ke arah Chanyeol.

"Cepatlah masuk, kita sudah terlambat" ucapku dingin dan kali ini benar benar masuk ke dalam bis.

Chanyeol mematung, lalu mengacak rambutnya,"Bagus Park Chanyeol, Kau membuatnya mengingat Sehun lagi. Sial!" Chanyeol menendang udara kosong kesal.

"YA! PARK CHANYEOL! APA YANG KAU LAKUKAN DISITU?! MASUK ATAU AKU TINGGAL!" Aku berteriak dari dalam bis.

"Arasseo! Ini aku masuk!" Chanyeol balas berteriak dan bergegas masuk kedalam bis.

Perjalanan kali ini benar benar akan menjadi perjalanan Pulau Jeju yang sangat panjang.

    Aku menyandarkan kepalaku ke jendela bis, melempar pandanganku ke luar jendela, tidak menghiraukan suara Chanyeol yang sangat bersemangat menceritakan sejarah Pulau Jeju-atau bisa kubilang terlalu bersemangat hingga kepalanya terhantuk atap bis. Astaga, Salahkan tingginya.
Sebagian penumpang tertawa melihat kelakuan Chanyeol. Mungkin itu adalah suatu hiburan di tengah hari Pulau Jeju yang panas, namun untukku yang menghabiskan masa kecilku hingga sekarang berada di umur dua puluh satuku bersama makluk terlalu tinggi itu, terhantuk atap bis hanyalah salah satu contoh dari kecerobohan dan akibat dari sifat kekanakkannya.   Tatapanku beralih ke Chanyeol yang sekarang memeggangi kepalanya, berharap itu bisa meminimalisirkan rasa sakit yang dirasakannya.

Tidak berubah, sama sekali tidak berubah. Seorang Park Chanyeol yang kutahu lima belas tahun lalu, seorang anak kecil yang selalu berkeliaran dengan senyuman lebar dengan permen lolipop dimulutnya yang akan langsung menangis jika kau melepaskan permen itu dari mulutnya. Chanyeol kecil yang selalu terjatuh dan terhantuk benda diatasnya dikarenakan tingginya yang melampaui tinggi anak anak kecil seusianya. Chanyeol, seorang tetangga sekaligus teman masa kecil yang selalu ada di sampingku mulai dari taman kanak-kanak hingga aku selesai menempuh SMA-ku. Hingga akhirnya kita terpisah pada saat masuk ke perguruan tinggi. Aku memilih Jurusan Pariwisata sedangkan Chanyeol tetap berpegang teguh pada minatnya terhadap musik yang membuatnya masuk Jurusan Musik-Alat musik maksudku. Tapi perbedaan jurusan tidak menghalangi Chanyeol dan aku bertemu. Kami setidaknya bertemu tiga kali seminggu. Bahkan biasanya lebih karena ya, kau tahu Chanyeol adalah seseorang yang kekanakkan dan cinta gratisan. Ia selalu mengekoriku untuk mendapatkan makanan gratisan dan sialnya aku tidak bisa menolak atau dia akan berteriak kepada semua orang kalau aku tidak mau memberinya makan. Aku kalah dan selalu berakhir memberikan kartu ATM-ku kepada petugas kasir tempat makan favoritnya dengan wajah pasrah.

Aku menghembuskan nafas berat saat Chanyeol melihat ke arahku-masih dengan tangan dikepalanya. Tersenyum lebar. Kenapa orang ini selalu bahagia?  Maksudku, memang bahagia itu bagus tapi jika setiap saat bahagia. Entah kenapa itu membuatku sedikit risih. Chanyeol tidak pernah sekalipun berhenti tersenyum.

Astaga, Demi Tuhan! Berhentilah tersenyum! Aku baru saja akan melempar barang apapun di dekatku ke arah Chanyeol saat terdengar bunyi sesuatu terjatuh diikuti dengan suara tangisan hebat dari bagian belakang bis.

Seorang anak kecil terduduk dilantai, menangis bahkan berteriak memanggil ibunya, di sampingnya mobil mainan berwarna merah tegeletak dengan roda menghadap ke lantai bis. Aku beralih melihat tangan anak kecil itu, menutupi lutunya dengan satu tangan. Cairan merah memenuhi tangannya yang bergetar. Lututnya berdarah.

Mataku melebar, kaget. Aku menncoba menyingkirkan rasa kagetku dengan menarik nafas sebanyak mungkin lalu segera berdiri dan berlari ke bagian belakang bis. Tapi bis tetap berjalan dan tentunya bergerak mengikuti jalan yang dilalui, Sial! Kenapa harus belok pada saat seperti ini? Aku berusaha menyeimbangkan diri dengan mencengkram salah satu kursi penumpang. Diam sejenak mengatur keseimbangan lalu melanjutkan jalanku ke arah anak kecil yang sekarang mukanya basah oleh air mata.

"Hey, Kamu enggak apa-apa?" Ucapku di sela nafas yang terengah-engah. Sepertinya aku mememukan olahraga membakar lemak yang baik dan gratis. Berlari dari bagian depan ke belakang bis yang bermuatan lima puluh lebih penumpang. Olahraga? Yang benar saja! Ini lebih seperti berjalan di jembatan yang bergoyang hebat.

Bukannya menjawab pertanyaanku, Tangisnya malah menjadi semakin kencang, aku menggigit bibir bawahku bingung lalu menoleh ke arah Chanyeol yang memasang ekspresi tak kalah bingung. Aku mengisyatkan kotak P3K yang dijawab dengan anggukan dan Chanyeol pun tengelam mencari kotak P3K di bawah kursiku.

"Tunggu sebentar, Aku akan mengobati lukamu jadi bersabarlah" Aku mengelus kepalanya pelan. Lukanya lumayan besar, efek lantai keras bis. Siapa yang mau terjatuh ke lantai keras seperti ini? Kecuali kalau ia adalah seorang Park Chanyeol yang sangat amat ceroboh. Mataku kembali tertuju pada anak kecil di hadapanku, "Makanya jangan berlari di bis yang sedang berjalan" ucapku sambil membuka kotak P3K yang baru saja diberikan Chanyeol.

Isak tangisnya berhenti lalu mengarahkan jari telunjuknya ke depan "Aku tidak berlari! Tapi Hyung itu!" Tangisnya kembali pecah. Aku hanya bergumam mengiyakan perkataannya.
Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
keyhobbs
#1
Chapter 4: aha~~aku tahu baekhyun naruh perhatian buat doyeon ya...walaupun bukan perasaan suka sih,tpi dia bru aja nolongin doyeon, hmmpp....awal yg baik kan?^^ anyway, I'll be waiting for sehun-doyeon story^^
keyhobbs
#2
Chapter 3: humm~~baekhyun...kenapa gk d kasih aja tuh gelangnya ke si Doyeon, kasian kan dia nyari-nyari..eh tpi pertempurannya itu lho...bikin ngikik geli,,
little_petals
#3
Chapter 3: Thanks for update xD
hahaha lucu xD
little_petals
#4
Chapter 3: Thanks for update xD
hahaha lucu xD
bubbleily #5
NEXT CHAPTER PLEASEEEEE
bubbleily #6
Chanyeol suka sama doyeon? Wah
keyhobbs
#7
Chapter 2: ternyata chanyeol suka sama doyeon?? Hihi awas lho....satu kamar,,,
bubbleily #8
Doyeon lucu
bubbleily #9
Ceritanya menarik :) update soon yah :D
little_petals
#10
Chapter 2: so funny, Doyeon lucu, ceritanya semakin menarik, update soon yaah author-nim