Mr. Comprehending

All of The Stars
Please Subscribe to read the full chapter

“Satu cup es krim bubble gum.”

Solji bersandar menyamping pada konter. Kedai es krim ini berlokasi tepat di seberang Sowon. Saat ini sedang jam pulang sekolah, maka kedai penuh dengan murid-murid berseragam hijau Sowon. Semua orang menolehkan kepala dan memerhatikan Solji ketika dia memasuki kedai. Jujur saja, dia sedikit merasa risih dengan perhatian berlebihan itu. Biasanya dia lebih percaya diri ketika bersama Sehun, namun sekarang Sehun memiliki urusan yang belum terselesaikan di sekolah sehingga tidak bisa bersamanya.

“Satu cup es krim green tea.”

Ah. Green tea. Mengingatkan Solji pada Kai yang menyukai segalanya yang mengandung green tea.

“Solji?”

Mendengar namanya dipanggil, Solji menoleh. Jongin berdiri di depan kasir, menyunggingkan senyum ramah. Dia juga sendirian.

“Hai,” Solji menyapanya.

Jongin melihat ke sekitar, mencari seseorang. “Tidak bersama Sehun?”

Solji menggeleng. “Dia sedang mengurus aplikasi untuk Yonsei.”

“Sehun mendaftar ke Yonsei? Aku baru mengetahuinya,” jawab Jongin. “Kau sendiri tidak mendaftar, Solji? Atau, kau ingin mendaftar di tempat lain?”

Solji tidak menjawab. Dia teringat percakapannya kemarin dengan Sehun. Untuk menghindari pertengkaran dengan Sehun, akhirnya Solji mendatangi ruang konseling tadi pagi. Saat mengutarakan ‘keinginan’nya untuk dibuatkan surat rekomendasi, Yoon seonsaengnim dapat mengetahui dengan mudah bahwa Solji berbohong. Konselor sekaligus psikolog ulung Sowon itu pun menyimpulkan Solji dipaksa seseorang, yang seratus persen benar.

Solji berakhir mengungkapkan seluruh isi hatinya pada Yoon seonsaengnim, tentang tekanan batin dari Sehun, juga impiannya yang sebenarnya. Wanita itu sempat menawarkan diri untuk berbicara dengan Sehun, tapi Solji menolak, tidak mau menambah masalah. Yoon seonsaengnim bilang tidak ada yang bisa dia bantu selain itu, jadi Solji harus meyakinkan Sehun sendirian.

Dan, dia butuh saran untuk menghadapi laki-laki langsung dari seorang laki-laki.

“Jongin, aku boleh berbicara denganmu?”

“Oh, tentu saja. Kapanpun kau mau.”

“Okay, then.” Solji tersenyum puas. “Tapi, di tempat lain saja, ya? Aku sudah gerah dengan tatapan mereka.”

Setelah membayar es krim masing-masing, Solji dan Jongin meninggalkan kedai bersama-sama. Mereka berjalan berdampingan di atas trotoar sambil sesekali menyuap es krim ke dalam mulut.

“Menurutmu, bagaimana cara yang tepat untuk menghadapi pacar yang egois?”

“Urusan cowok, ternyata.” Jongin tertawa kecil. “Memangnya, apa yang dilakukan Sehun sampai kau melabelinya seperti itu?”

“Dia tidak mendukung impianku menjadi atlet seluncur indah. Dia memaksaku untuk tetap melanjutkan kuliah.”

Dalam benak Jongin, terbayang Solji yang bertahun-tahun lebih muda, meluncur dengan bebas di atas sungai yang membeku, rambutnya berkibar seperti bendera.

“Dan?” tanya Jongin, pikirannya masih dipenuhi memorinya akan Solji kecil.

“Aku harus apa agar dia mengerti bahwa aku tidak mau belajar Komunikasi seperti yang diinginkannya?”

“Tunggu, tunggu.” Kening Jongin berkerut. “Jadi, maksudmu dia tidak hanya tidak mendukungmu, tapi juga mengatur masa depanmu?”

“Kurang lebih begitu.”

“Wah, kalau begitu situasinya sudah gawat, Solji.” Jongin mengatakannya dengan normal, walaupun dalam hatinya dia marah besar. Berani-beraninya Sehun mengatur-atur kehidupan Solji seenaknya.

“Maka dari itu aku sangat butuh saran darimu.”

“Kalau aku boleh jujur, aku akan memutuskan pasanganku jika aku jadi kau,” jawab Jongin terus terang. “Aku tidak akan tahan punya pacar seperti itu.”

“Percayalah, aku sempat berpikir seperti itu. Tapi, aku terlalu menyayangi Sehun. Aku merasa hubungan kami masih pantas diperjuangkan.”

Dalam kata-katanya, Jongin dapat mengetahui seberapa besar Solji menyayangi Sehun, separah apapun sikapnya sekarang. Jongin merasakan desakan rasa cemburu di dadanya.

“Keluargamu mendukung impianmu menjadi atlet tidak?”

“Keluargaku tidak pernah memaksakan kehendak. Mereka selalu mendukung keputusan-keputusanku,” jawab Solji. “Dan mereka telah melihatku tumbuh besar dengan skating, tentu mereka akan mendukungnya juga.”

“Kau bisa menggunakannya untuk menyerang balik,” kata Jongin. “Keluargamu sudah mendukungmu, apa hak Sehun untuk berkata sebaliknya? Atur saja pertemuan dengan ayahmu. Bicarakan tentang rencana masa depan disana.”

“Aku tidak mungkin memberitahu ayahku kalau Sehun memaksaku. Kesan pertamanya pada Sehun pasti sudah tidak baik.”

“Tidak perlu diberitahu. Beritahu saja kau meminta dukungan penuh darinya untuk menjadi atlet. Percayalah, pertemuan dengan orang tua biasanya membicarakan tentang rencana masa depan. Ayahmu pasti menyinggung soal keinginanmu.”

Mereka sampai di sebuah halte bus. Solji menduduki kursi tunggu, sementara Jongin berdiri disampingnya, bersandar pada tiang.

“Kalau tidak berhasil?”

“Kau ini hanya bisa melihat awan, tanpa tahu ada matahari dibelakangnya.”

“Hah?” seru Solji bingung.

“Singkatnya, kau terlalu pesimis.” Jongin membuang cup es krimnya yang sudah kosong ke kotak sampah terdekat. “Umm—mungkin kau tidak tahu, tapi aku mengenal seseorang yang pernah berkata kalau kepesimisan hanya akan mengantarmu pada kelemahan, sementara kau akan lebih kuat jika terus optimis.”

“Temanmu mengutip kata-kata itu dari Tumblr, ya?”

Dia tidak ingat. Tentu saja. Bodohnya aku sempat mengira dia akan ingat, Jongin membatin.

Untuk menyamarkannya, Jongin tertawa maksa. “Aku serius, Solji.”

Solji ikut tersenyum. “Baiklah. Saranmu sangat membantu.”

“Itulah gunanya teman.”

Setelah mengatakannya, Jongin tersadar dia telah melewati batas. Dia mengucapkan kata-kata yang dulu Kai sering ucapkan pada Solji, sementara saat ini Solji mengenalnya sebagai Jongin, yang baru beberapa kali berbicara dengannya. Diam-diam dia merutuki kebodohannya dalam hati.

Tapi, Solji tidak terlihat curiga. “Senang memiliki teman yang baik sepertimu, Jongin.”

--

Sampai di rumah, Solji disambut ayahnya yang berdiri sambil menyilangkan tangan di teras.

“Appa?” tanya Solji sambil menutup pagar. “Bukankah appa seharusnya bekerja?”

Minwoo tetap berekspresi datar. “Aku meminta izin pada atasan untuk pulang lebih awal.”

Solji mengangguk mengerti. “Kebetulan ada yang ingin Solji—“

“Masuklah, Solji,” Minwoo menyela. “Kita perlu bicara.”

Solji menatap Minwoo dengan bingung. Ayahnya bertingkah aneh. Tidak biasanya Minwoo seserius ini. Pasti ada suatu hal besar yang telah terjadi. Baru saja Solji ingin bertanya ada apa, Minwoo sudah berbalik dan masuk ke dalam rumah duluan. Solji mengikutinya. Di dalam, Minwoo sudah duduk di atas sofa ruang tamu.

“Kemana kau malam itu saat meminjam mobilku?” tanya Minwoo saat Solji duduk disampingnya.

“Menginap di rumah Hyera. Solji kan sudah bilang—“

“Jangan bohong!” cecarnya. “Aku bertemu orang tua Hyera tadi pagi dalam perjalanan menuju kantor dan mereka bilang kau tidak pernah menginap di rumah mereka lagi sejak tahun kemarin.”

Oh, tidak, bisik Solji dalam hati. Habislah dia. Tidak mungkin dia mengelak dari ini.

“Kemana kau, Solji?” Minwoo mendesaknya. “Kau keluyuran?”

“Tidak—“

“Lalu, dimana kau menghabiskan malam itu? Katakan yang sebenarnya. Aku tidak bisa menoleransi kebohongan lagi.”

Solji menunduk. “Di rumah teman lain.”

“Perempuan?”

Dengan berat, Solji menggeleng.

“Jadi, kau berbohong untuk menginap di rumah laki-laki? Solji, apa-apaan ini—“

“Solji membantunya mengerjakan PR, appa. Dia menawarkan Solji untuk tinggal karena sudah terlalu malam saat selesai.”

Minwoo terdiam sebentar, lalu bertanya lagi. “Siapa namanya?”

“Oh Sehun.”

“Oh Sehun?” seru Minwoo tidak percaya. “Kau berteman dengan Oh Sehun?”

“Appa tahu dia?”

“Oh, ayolah, seantero distrik ini mengetahuinya,” kata Minwoo. “Siswa tampan dari Sowon, idola para siswi, pembangkang—“

Mata Solji melebar. “Appa, itu tidak benar—“

“—dan kau bergaul dengannya.” Minwoo memijat pelipisnya yang berdenyut. “Sekarang semuanya menjadi lebih jelas. Kau sering pulang malam-malam bukan karena belajar bersama di rumah Hyera, tapi berpesta dengannya, kan?”

Solji hanya bisa menunduk, tidak berani menatap langsung mata ayahnya.

“Kau dihukum, Solji. Satu bulan penuh. Kau harus langsung pulang ke rumah usai sekolah. Aku sendiri yang akan menjemputmu untuk memastikannya. Selain untuk sekolah, kau tidak diperbolehkan pergi kemana-mana. Sekalipun kau nekat menyelinap keluar, kau akan menyesali pilihanmu,” kata Minwoo tegas, lalu pergi.

Sepeninggal ayahnya, Solji dengan lelah bersandar pada sofa. Di dinding seberang, tergantung potret ibunya yang diambil tidak lama sebelum dia meninggal. Solji termenung. Jika Solbi masih ada disini, Solji tidak yakin akan sanggup menatap wajah kecewa ibunya begitu mengetahui putrinya berkelakuan seperti ini.

--

Malam selanjutnya, Solji duduk bersila di atas tempat tidur, menghadap televisi layar datar di kamarnya yang sedang menyiarkan drama.

Ini sabtu malam. Seharusnya, Solji bersama Hyera dan Sena sedang meno

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
baeknoona #1
Chapter 6: Ayo dong buat Solji ingat kembali ke Jongin. jangan lama" ngepostnya ka? hehehe
baeknoona #2
Chapter 6: Ayo dong buat Solji ingat kembali ke Jongin. jangan lama" ngepostnya ka? hehehe
baeknoona #3
Chapter 6: Ayo dong buat Solji ingat kembali ke Jongin. jangan lama" ngepostnya ka? hehehe
baeknoona #4
Chapter 6: Ayo dong buat Solji ingat kembali ke Jongin. jangan lama" ngepostnya ka? hehehe
keyhobbs
#5
Chapter 6: akhirnya lepaslah solji dri belenggu sehun, haha jadi dia bisa mutusin masa depannya sendiri, apalagi ada Kai d samping dia hihi...^^
baeknoona #6
Chapter 5: Sehun bener- bener brengsek, di sini cuman manfaatin Solji!! Jong...kamu manis banget!!
baeknoona #7
Chapter 5: Sehun bener- bener brengsek, di sini cuman manfaatin Solji!! Jong...kamu manis banget!!
keyhobbs
#8
Chapter 4: Woahh..sehun ngeselin juga yah d chapter ini, bukannya ngedukung pacarnya malah egois sendiri...pngen menang sndiri,seenak jidat nentuin masa depan terbaik solji tanpa minta persetujuan solji...humm,,jadi kesel sendiri aku-_-
shin9586 #9
Chapter 4: Kenapa cuma mau break aja sih? Mending udahan aja sekalian. Hubungan Sehun Solji udah nggak sehat. Kasihan Soljinya, dia kan mau jadi ice skater figure
keyhobbs
#10
Chapter 3: haduh....ternyata cuman salah paham ya??humm~~~kasihan bnget jongin...harus nanggung rasa bersalahnya sendiri-_-