I LOVE YOU

Drove Of Love
Please Subscribe to read the full chapter

 

Wanita dengan rambut panjang teurai dan ikal dibagian bawahnya memandang lurus kedepan. Tatapannya kosong. Seulas senyum perih melekung dibibirnya, kedua tangannya menggenggam cangkir minuman erat. Mata itu sesekali terpejam lembut dengan hembusan napas berat seakan mencoba mengusir semua kesedihan yang ia miliki.

 

Udara diluar begitu berbanding terbalik dengan susana cafѐ yang hangat. nyaman , mungkin itu yang dirasakan beberapa pegunjung disini. tapi tidak untuk Luhan hari ini adalah hari dimana ia harus memutuskan apa yang telah lama ia pikirkan. Mencoba membuang angan yang tak pernah tercapai dan membiarkan hal itu menghilang.

 

Luhan tahu sakit yang timbul dari luka dihatinya tak akan pernah sembuh, segalanya akan membekas dan tetap sama dikemudian hari. Namun ia telah bertekad dan meneguhkan hati jika dia mampu melakukannya.

 

Tatapan kosong itu mulai terisi tat kala seorang pria tinggi yang sejak tadi ia tunggu menampakan dirinya. Wanita itu kembali tersenyum menyambut pria yang kini telah duduk di hadapannya.

 

“Ada apa kau memanggilku?”. Pria itu –Kris- membuka jas yang ia kenakan kemudian menatap wanita dihadapannya lembut dengan senyum yang terpatri di wajahnya.

 

Senyuman itu, seandainya hari itu tak pernah datang, seandainya Luhan masih bisa percaya jika segalanya akan berubah. Tentu ia akan dengan senang hati menyambut senyuman Kris. Tentu hatinya akan berbunga-bunga seperti dulu. Namun, tidak untuk saat ini, semuanya terasa perih. Kebohongan yang teramat manis itu, sudah membawa luka yang begitu besar di dalam hatinya.

 

Ditengah kungkungan luka hati, Luhan menatap Kris. Dari mana dia harus mulai mengatakan ini. Tekad itu tiba-tiba mengendur. Luhan hanya bisa tersenyum, tanpa alasan. Ia tersenyum karena kebodohannya, tersenyum pada dirinya sendiri.

 

Kris melihat ada sesuatu yang tak biasa dengan orang yang ada dihadapannya ini. Kris menyadari sepenuhnya jika Luhan berbeda, senyuman yang ia lekungkan dibibir manisnya itu terasa dipaksakan. Namun Kris diam mencoba untuk menghiraukan hal itu. Mungkin Luhan hanya lelah pikirnya.

 

“Pesanlah sesuatu dulu.” Ucap Luhan, kini pandangannya lebih terfokous pada cangkir yang digenggamnya.

 

“Tidak. Aku tidak bisa lama-lama. Jadi ada apa kau memanggilku, apa sesuatu yang penting yang harus kau sampaikan itu?”

 

Hari ini Kris begitu sibuk, banyak pekerjaan yang belum sepenuhnya terselesaikan, namun dia meluangkan waktunya untuk Luhan, ketika tiba-tiba Luhan menghubunginya dan mengatakan ada sesuatu yang penting yang harus disampaikan.

 

Luhan menoleh kesamping sebelum kemudian menatp Kris. Genggamannya terhadap cangkir semakin kuat.

 

“Kris..” Luhan menarik nafas pelan sebelum melanjutkan ucapannya “aku menyerah, maaf...”

 

Kedua alis Kris bertaut dan keningnya berkerut tak mengerti dengan apa yang Luhan ucapkan “Apa maksudmu?”

 

“Aku tahu semunya, aku sudah bertemu dengan Lay. Bahkan aku mengetahuinya sebelum kami bertemu.  Dia menceritakan semuanya. Kau menyukainya. Tidak bahkan kau sangat mencintainya” ia kembali memandang Kris, bibirnya tersenyum namum sorot matanya mengatakan hal lain. Sorot matanya begitu sendu menggambarkan kesedihan yang amat mendalam.

 

Luhan tahu segalanya namun ia tak mau mengerti, ia anggap semua hanya omong kosong. Menganggap Kris dan Lay hanya berteman, meski begitu banyak suara yang terdengar ditelinganya akan hubungan mereka Luhan tak mau tahu, ia percaya Kris mencintainya. Bukan, tapi ia percaya jika suatu hari Kris akan mencintainya. Luhan yakin jika ia mencintai Kris, maka Kris pun akan mencintainya.

 

Namun apa yang ia bangun seketika runtuh berkeping-keping, saat suatu hari Lay datang menemuinya. Mengatakan jika dirinya dan Kris menjalin sebuah hubungan,  jauh sebelum dirinya mengenal Kris. Ucapan Lay kala itu membuat Luhan sadar jika dirinya terlalu egois, Luhan memaksakan dirinya terus berada disamping Kris hanya karena sebuah keyakinan jika semua akan berubah.

 

Ucapan Luhan membuat Kris tersentak, ia tak tahu harus mengatakan apa. Semuanya seakan sulit untuk Kris ungkapkan. Ia tak mampu memberi alasan untuk membela dirinya, karena hatinya pun membenarkan semua yang Luhan katakan. Ia mencintai Lay tapi ia sendiri tak pernah mau kehilangan Luhan. Tangannya meraih tangan Luhan dan menggenggamnya.

 

“Luhan...” Ada ketakutan dalam diri Kris. Ia tahu tak seharusnya ini terjadi, tapi Kris hanya manusia yang ingin mendapatkan apa yang dia inginkan. Sepenuhnya Kris menyesal.

 

“Entahlah, aku sedikit bingung dengan perasanku saat ini. Aa- ak- Aku mencoba untuk tidak mempercayai itu tapi ini sangat sulit. Kau melakukan semua itu, membohongiku, orang tuamu dan juga orang tua ku, Hanya untuk menutupi semuanya” Luhan memandang Kris dengan bulir bening yang mengalir di pipinya.

 

“Selama ini aku mencoba menutup telinga dan mataku, Kris. Tapi setelah itu tanganku serasa lumpuh. Aku tak mampu lagi memaksa kedua tanganku untuk menutup penglihatan dan pendengaranku. Terimakasih untuk semua kebohongan indah yang telah kau berikan, maaf karna aku tak bisa bertahan lebih lama. tidak,  seharusnya memang dari awal aku tak perlu bertahan. Aku minta maaf” Ia tetap memasang senyuman meski air matanya mengalir deras. Betapa kerasnya Luhan berusaha untuk tidak menagis, namun sia-sia.

 

“Maaf Luhan... aku.. sungguh...” Kris menarik tangan Luhan dan menggenggamnya semakin erat. Ketakutannya semakin bertambah dan bertambah. Lalu ketakutan itu berubah menjadi sayatan-sayatan halus di dalam hatinya. Perlahan Kris merasakan sakit. Mungkin Luhan sakit yang luhan rasakan lebih dari ini. Ia tak ingin seperti ini sungguh. Kris tak pernah berniat sedikitpun untuk membuat Luhan terluka. Dulu ia hanya belum siap mengatakannya, sesuatu yang rumit untuk di jelaskan, dia sendiri bingung harus memulainya dari mana.

 

Luhan tersenyum menarik kedua tangannya lembut dari genggaman tangan Kris dan mengampus air matanya.

 

“Tak perlu minta maaf. Aku yang salah disini karena terlalu memaksakan semuanya, aku terlalu naif, selama ini aku terus berpikir jika suatu hari nanti kau akan berubah dan bisa mencintaiku. Jaga hubungan kalian, jangan lakukan ini lagi pada wanita  lain. Hubunganmu dengannya bukanlah sesuatu yang harus disembunyikan. aku harap kau bahagia, aku permisi” Luhan berdiri dari tempat duduknya, membungkuk singkat dan tersenyum untuk terakhir kalinya pada Kris sebelum meninggalkannya. Benar-benar pergi meningglkannya. Namun langkahnya terhenti, ketika Kris menghentikan pergerakannya. Laki-laki itu berdiri tepat dihadapannya memandang Luhan dengan ekspresi yang sulit untuk dijelaskan. Tangannya mencegkram bahu Luhan, menahan gadis itu.

 

“Apa kau malu, apa kau malu saat mengetahui aku seorang Gay?.”

 

Tubuh Luhan menegang ditempatnya, akhirnya dia mendengengar pengakuan itu langsung dari mulut Kris. Luhan memandang Kris dan melihat kejujuran dimatanya. Air mata ini sekuat apapun ingin ia tahan justru memberontak tanpa ampun. Mengalir begitu saja membuat pandangannya mengabur.

 

 “Apa kau membenciku ketika kau mengetahui semuanya?. Apa sekarang aku tampak menjijikan dimatamu?” Sederetan pertanyaan itu, Kris sendiri tak tahu mengapa terlontar begitu saja dari mulutnya. Ia hanya takut ketika melihat Luhan berniat pergi.

 

Kris memandang lurus kearah mata Luhan yang dibanjiri air mata. Rasa bersalah itu membuncah, tak seharusnya ini terjadi. Tak seharusnya ia membuat mata indah itu menangis. Banyak hal-hal yang seharusnya tidak dia lakukan. Namun, terlambat. Karena Seharusnya itu sudah terjadi.

 

Kembali Luhan tersenyum belum berbicara. “Mana mungkin aku bisa membencimu disaat aku sangat mencintaimu, bahkan aku terlalu mencintaimu hingga aku dibutakan oleh cintaku sendiri. Kau tahu jika aku malu maka aku takkan bertahan selama ini. Aku hanya pura-pura tidak mengetahui segalanya, hingga Lay menyadarkanku dari semuanya”

 

Kris tertunduk ia tak mampu lagi mamandang Luhan. Ia merasa bersalah atas semua yang dia lakukan pada Luhan, namun tak ada yang bisa Kris lakukan. Kris terlalu sibuk untuk memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Pada keluarganya, Keluarga Luhan.

 

Perlahan cengkramannya pada pundak Luhan mengendur, Kris menarik tangannya dari sana. “Apa kau akan pergi?. Bagaimana dengan pertunangan kita?”

 

“Tentu aku harus pergi, mana mungkin aku bisa terus berada disisni. Melihat kau bersama Lay bahagia hanya akan membuatku sakit Kris. Aku akan menjelaskan kepada orang tuaku untuk membatalkan perjodohan ini”.

 

Luhan melangkah melewati Kris yang masih mematung ditempatnya. Kris membiarkannya pergi kali ini.  air matanya mengalir seiringan dengan langkahnya yang semakin jauh meninggalkan Kris.

 

Sepeninggal Luhan, Kris terduduk lemas setetes bening mengalir disalah satu pipinya. Matanya terpejam dengan kedua tangan yang tergulai lemas kebawah, ia menyadarkan tubuhnya disandaran kursi.

 

 

***

 

 

Kris matanya terfokus pada berkas-berkas yang ada dihadapannya, tapi tidak untuk pikirannya yang melayang entah kemana. Semenjak kepergian Luhan dua hari yang lalu, hidupnya terasa hampa. Seperti ada sebuah lubang kecil di dalam hatinya. Ada rasa sakit yang selalu ia rasakan ketika mengingat sebuah nama yang entah sejak kapan mulai menyita pikiranya. Luhan kenapa ia begitu kehilangan gadis itu.

 

Diletakannya berkas yang ia genggam sembarangan, membuat kertas yang tadinya tersusun rapi kini tergeletak tak beraturan diatas meja. Ia mengusap wajahnya kasar, berharap pikirannya kembali normal.

 

Kris berdiri dari duduknya, kini matanya tanpa sengaja memandang sebuah figura kecil, yang terletak dilemari buku. Sepasang senyum lebar terpampang didalam figura tersebut. sebuah foto dirinya dan Luhan. pikiranya kembali mengenang masa indahnya bersama Luhan. Tidak. Bukankah dulu semuanya penuh kepalsuan ia mencintai Luhan hanya sebuah kebohongan, karena dia telah memiliki seseorang lain yang telah mengisi hatinya  secara penuh.

 

Harusnya Kris  bahagia ketika Luhan pergi, karena dia tak perlu meneruskan kebohongannya. Berakting seakan dia mencintai Luhan, berpura-pura seperti dia bahagia dan menerima perjodohannya dengan senang hati. Tapi tidak Kris justru  merasakan kehilangan yang amat sangat.

 

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Houri_Ekimo
Terimakasih untuk kalian yang sudah menyempatkan membaca cerita yang saya tulis.

Comments

You must be logged in to comment
xiousyu9 #1
Chapter 3: Wow... Krisha daebak...
Mengagumkan min, lanjt y
kannykim
#2
Chapter 3: Yah, krishan nya masih gk bersatu -..-
Galaxy_FanHan007
#3
Chapter 3: Kurang panjang XD
Buat yang fluff dong Ri ,buat KrisHan bahagialah ,oke next chap di tunggu ,SEMANGAT!
yupsyupi
#4
Chapter 3: lhah, kok mati luhannya?
hahaha namanya juga cerita. Semoga bisa segera dapet ide yg bagus lg ya ^^
vivie_galaxyluhan #5
Chapter 3: seneng bgt update lg cerita krishan,tp setegah mudeng setegah ga,hehhee
ayooo semangatttt,,
ricayong #6
Chapter 3: Thor chap 2 nya dibuat lnjutnya donk...
N nirwananya w kurang nangkep jln critnya... luhn n kris itu mati ya... matinya knp?...
Galaxy_FanHan007
#7
Chapter 2: Aahhhh nangis bombay thor  :'(

Ok next thor!!
vivie_galaxyluhan #8
Chapter 2: yahhh,,koq krishan ga bareng,T.T
tp seneng nemu ff krishan lagi,,lanjutkannn
hehe
kannykim
#9
Chapter 2: yah kok krishan gk bersatu sih T_T
bikin krishan bersatu donk! ! !
kannykim
#10
Chapter 1: senangnya nemu krishan again^^
suka bgt ama ceritanya thor ^^ semangat bikin krishan lagi ya. fighting!