It's All Lies

Reflection

Beberapa pasang mata memperhatikan pasangan baru itu. Terbesit pertanyaan pada pikiran mereka. “Bagaimana bisa?” “Bagaimana ini terjadi?” “Sejak kapan?”. Pria tinggi tegap dengan rahang yang tegas itu, pria berkulit seksi dengan suara yang tidak kalah seksi-nya juga, bagaimana bisa berpacaran dengan anak haram itu? Terlihat pria tan tersebut menggenggam erat tangan gadis yang pendiam dan anti sosial itu. Gadis itu terlihat sangat malu, terlihat dari dirinya yang hanya menunduk dan beberapa bulir keringat dingin di pelipisnya. Poninya basah karena ia terus berkeringat. Sesekali ia melirik pada teman-teman seangkatan yang ada di koridor kelas 11 tersebut. Terkadang melirik ke arah wajah pria disampingnya. Oh itu kesalahan besar, jantungnya malah berdegup semakin kencang seperti ingin meledak. Pria disampingnya hanya santai-santai saja dan dia hanya tersenyum simpul ketika melihat reaksi gadisnya maupun teman-teman yang menurutnya konyol itu. Oh ayolah siapa mereka?

 

“Oh man, lihat si hitam itu” itu suara Chanyeol. Kapten basket di sekolah mereka. Gerombolan anak basket dan penggemar balapan itu tertawa renyah melihat si hitam dengan gadis disampingnya dari jauh. Tentu kalian sudah tahu siapa “si hitam” itu. Ya, Kim Jongin.

Setelah Jongin mengantar gadisnya ke kelas, ia keluar dan menemui teman-teman liarnya itu.

 

“brengsek kau, hitam” kali ini suara Jia Heng. Pria berdarah campuran itu mengumpat sesekali tertawa menyedihkan. Yang lainnya menyoraki Jongin yang sedang menyeringai.

 

“Pastikan kau bawa Veneno-mu itu, Jia Heng” tepat setelah Jongin berkata seperti itu, Jia Heng mendecih dan melemparkan kunci Lamborghini Veneno silver miliknya. Disusul sorakan dan tepuk tangan dari teman-teman yang lain.

 

“sekalinya ada yang lecet ataupun rusak, kau mati ditanganku, Jongin”

 

“tenang saja, aku tidak seliar kau maupun Chanyeol” Jongin tertawa meremehkan sambil melempar kunci motornya pada Jia Heng. Tidak lama setelah itu bel berdering membuat gerombolan anak basket penggemar balapan liar itu bubar dan masuk ke kelas masing-masing. Termasuk Jongin. Ia menghempaskan pantatnya di bangku sebelah gadis –taruhan-nya. Gadis itu hanya mengulum senyumnya dan menunduk menyembunyikan semburat merah yang kerap kali muncul bila berdekatan dengan pria terkasihnya. Ia teringat memori yang tentu tidak ingin dilupakannya. Ia bersorak dalam hati “Kim Jongin memilihku!” “Ya Tuhan, Kim Jongin memilihku!” “Kim Jongin kekasihku!”

Jangan salahkan ia apabila terlalu berlebihan. Siapa yang tidak senang apabila orang yang kau cintai diam-diam ternyata juga mencintaimu? Setidaknya itu yang dirasakan Geum Hee Jin, gadis yang selalu dipanggil anak haram tersebut. Hee Jin tampak tidak fokus mengikuti pelajaran pertama kali ini. Pikirannya menari-nari pada momen sehari sebelumnya. Tepat dibawah langit senja di tepi pantai Haeundae, Jongin-nya menyatakan perasaan bahwa ia jatuh cinta pada Hee Jin dan menginginkan Hee Jin sebagai kekasihnya.

.

 

“Hee Jin-ah, sore ini kau kosong?”

 

Yang ditanya gugup dan sedikit kaku. Dengan senyum tipis dan sedikit merona ia menjawab,

 

“Y-ya. Mungkin iya, ada apa?”

 

“Bisakah kita bertemu di taman dekat sekolah?”

 

“Ada keperluan apa, Jongin-ssi?”

 

“Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu, kelinci”

 

Yang dipanggil kelinci itu semakin tersipu dan mengangggukan kepalanya lucu. Tak salah pria tan itu memanggilnya kelinci.

 

“Oke, sampai jumpa jam 5 sore, nona kelinci”

 

Jongin bergegas pulang saat sekolah sudah mulai sepi. Begitu juga gadis kelinci yang terus menampilkan semburat merah pada pipinya yang tirus itu.

 

Kamis sore yang menyenangkan ditambah setelah janji bertemu dengan Jongin di taman di tengah kota Busan membuat gadis itu tak sabar dan terus tersenyum gembira. Apalagi tidak ada pekerjaan hari ini. Ia segera bergegas menyiapkan pakaian terbaiknya –walaupun tetap sederhana- yang pantas dipakai untuk musim semi yang indah ini. Gadis itu mandi sambil bersenandung kecil, tatkala terdengar tawaan kecil dari mulut mungilnya menandakan bahwa ia sedang berbunga-bunga.

 

Terlihat pantulan bayangannya sendiri dari cermin panjang disebelah lemari pakaian sederhana milik gadis itu. Gadis tersebut memakai dress selutut berwarna baby blue yang merupakan hadiah ulang tahun ke 15-nya saat di panti dulu. Ia menghela nafas teringat momen satu tahun yang lalu saat ia menerima kado ini dari sahabatnya. Rambut hitam lurusnya digerai manis dan poni yang hampir menutupi matanya ia kesampingkan. Ia mengenakan flat shoes dan tas selempang kecil yang juga merupakan kado dari ibu panti-nya dulu. Sederhana memang, tapi bagi orang-orang yang melihatnya ia sangat cantik. Jam menunjukkan pukul 4 sore, ia mengatakan sesuatu pada bayangan dirinya sendiri dicermin sebelum ia bergegas pergi ke taman.

 

“Semoga beruntung, Geum Hee Jin!”

 

.

 

“Sudah menunggu lama?” Jongin datang menghampiri Hee Jin tepat jam 5 lebih lima menit. Gadis itu menggeleng kecil dan tersenyum.

 

“Sekitar 15 menit hehehe” dia berbohong. Ia sudah menunggu 40 menit karena ia tak mau Jongin menunggunya.

 

“Ayo ikut aku” Jongin mengulurkan tangannya pada Hee Jin, sedangkan gadis itu hanya terdiam menatap tangan Jongin.

 

“Oh ayolah aku ingin menunjukkan suatu tempat padamu, kelinci” Jongin menggenggam tangan Hee Jin dan berjalan menuju parkiran.

 

“Kita mau kemana, Jongin?”

 

“Sudahlah ayo naik. Dan kau-“ Jongin terdiam dan menunjukkan senyum miring andalannya.

 

“kau terlihat cantik, nona” ia tertawa kecil lalu memakaikan helm untuk Hee Jin dan dirinya. Seketika itu juga Hee Jin merasakan dirinya terbakar dan terus tersenyum sepanjang jalan.

 

.

 

Matahari senja di ufuk barat pantai Haeundae itu membuat Hee Jin terpesona dan tidak memalingkan wajahnya. Sudah lama ia tidak keluar rumah.

 

“Jadi.. untuk apa kita kesini, Jongin?” gadis itu bertanya pada pria disebelahnya tanpa memalingkan wajahnya pada matahari senja itu.

 

“Aku.. ingin membicarakan sesuatu padamu” Jongin memutar badan Hee Jin untuk berhadapan padanya dan memegang kedua bahu sempit itu.

 

 

“Aku menyukaimu, Hee Jin. Tidak. Aku mencintaimu.”

 

Yang Hee Jin lakukan hanyalah diam. Keheningan melanda mereka. Desiran ombak dan kicauan burung yang akan pulang ke sarangnya menjadi suara yang mendominan. Hee Jin sendiri dapat mendengar suara detak jantungnya yang berdegup empat kali lebih cepat. Kakinya melemas seperti jelly. Ia ingin sekali menangis dan berteriak. Apalagi setelah Jongin mengatakan,

 

“Apa kau mau jadi kekasihku, nona kelinci?”

 

.

 

“Kau oke, sayang?” sentuhan tangan Jongin pada bahunya membuat Hee Jin tersadar dari lamunan bahagianya. Yang dipanggil sayang mengangguk kecil dan tersipu. “Bagaimanapun juga aku harus tetap fokus belajar dan bekerja” Hee Jin mengangguk mantap dan kembali serius mengikuti pelajaran. Sedangkan yang memanggil gadis itu dengan sebutan sayang itu menyeringai. Baru lima bulan ia pindah ke sekolah ini sudah mendapatkan teman yang sangat sesuai dengan style-nya dan mangsa yang manis.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
ohrgasm
read and review, juseyo!

Comments

You must be logged in to comment
edelweisses #1
Si Haejin itu cewek taruhan yah? Baru ngeh aku. Eh iyakan thor? Terus sehun itu.. Hhuh kok bisa kenal yah..
edelweisses #2
Chapter 1: Menarik, tapi kenapa jdul chap 1 nya mencurigakan yah. Huhh update fast deh authornim. Penasaran nih
DoubleZeroLine
#3
Chapter 1: update fast authornim!
asfard
#4
Chapter 1: Aku sih kerasanya klo jongin badboy. Hehehe
asfard
#5
Chapter 1: Bwaaa.. Si jongin itu ceritanya badboy apa niceboy?
keep writing and update fast! ^