Pemenang

All I Care About [INA Trans]

(8/10)

 

---------------

 

"Oke, pemenang kompetisi dan akan dibebaskan dari tugas mencuci piring adalah........."

 

Semua orang menahan napas.

 

"TIM B! Sela—" Ketua klub dipotong teriakan antusias Tim B.

 

"YESSSSS!!! KITA MENAAANGG!!!! YAYYYY!"

 

"AKU TIDAK PERCAYA INI!"

 

"PIRING KOTOR TIDAAKK!!"

 

"YEAH BABY!! HIDUP TIM B!"

 

Tim B terus bersukacita, melompat dan melempar tinju mereka di udara sementara Tim A, tampak jelas kekecewaan di wajah mereka.

 

"Bergembiralah, guys. Kita bekerja dengan baik. Konser itu menakjubkan," kata ketua, mencoba yang terbaik untuk menghibur tim-nya. Mereka mengangguk dan mengalihkan perhatian kembali pada Tim B, yang masih dalam perayaan.

 

Mata Sehun yang terlatih melihat kearah seseorang yang terlalu bahagia melompat-lompat, dengan telinganya yang menjadi semakin merah. Dia tersenyum, berpikir bahwa hei mungkin kalah tidak begitu buruk—

 

Tapi senyum itu dengan cepat menghilang ketika Hongki menarik Luhan ke pelukannya erat.

 

"KITA BERHASIL!!! LUHAN! INI KARENAMU!" Hongki berteriak gembira, memeluk anak itu lagi.

 

Sehun melihatnya, berusaha untuk tidak cemberut. Dia tahu mereka hanya rekan tim yang senang karena menang, tapi jika Hongki tidak melepaskan pacarnya segera, ia akan dengan senang hati pergi ke sana dan memisahkan mereka sendiri.

 

Luhan memukul lengan Hongki main-main, dan dia berkata, "Tidak, ini bukan hanya karena aku! Kita semua bekerja bersama-sama!"

 

Hongki tertawa dan melepaskan Luhan (akhirnya!). "Kamu benar sekali." Hongki kemudian memeluk anggota lain di sampingnya. Sebenarnya, seluruh tim memeluk satu sama lain, tersenyum dan memuji satu sama lain untuk pekerjaan yang mereka lakukan dengan baik.

 

Hal ini berlangsung selama beberapa menit, membuat mereka tampak benar-benar lupa bahwa Tim A masih di dalam ruangan.

 

Ketua berdehem. "Ahem." Tim B menghentikan apa yang mereka lakukan dan mengalihkan perhatian mereka ke arahnya.

 

"Kami hanya ingin mengucapkan selamat pada kalian. Kerja yang bagus." Dia tersenyum dan mulai bertepuk tangan. Diikuti oleh anggota Tim A yang lain, mengucapkan selamat pada kemenangan mereka.

 

"Terima kasih. Kalian juga hebat." Hongki mengakui sambil berjalan dan menjabat tangan ketua. Beberapa anggota Tim A pergi dan memeluk anggota Tim B. Sehun berjalan ke seberang ruangan seketika Luhan berseri-seri melihat dia tiba-tiba muncul di depannya, ia menyambar tangan Sehun, dan segera menjalin jari-jari mereka.

 

"Sehun-ah!" Dia meremas tangan Sehun, tampak seperti siap untuk meledak.

 

Sehun tersenyum karena ia tahu. Ini tampang Luhan setiap kali dia benar-benar ingin menciumnya tapi tidak bisa karena ada terlalu banyak orang disini.

 

Sehun meremas tangan Luhan sebagai balasan. "Selamat, Bambi."

 

"Kita tidak bisa melakukannya tanpa bantuanmu, Sehun-ah. Terima kasih."

 

"Hei, jangan mengatakannya keras-keras! Mereka—" Sehun menunjuk pada rekan setimnya, "—tidak tahu kalau aku membantumu dan aku ingin tetap seperti itu."

 

Luhan terkikik sebelum mendekat sehingga hanya Sehun yang bisa mendengarnya. "Ohh oke. Gotcha." Dia memberi Sehun kedipan mata cepat, membuat anak yang lebih muda tertawa. Kehalusan nyata, Bambi. Kehalusan nyata.

 

"HEY SEMUANYA, PESTA DIRUMAHKU!" Hongki berteriak, membuat semua orang bersorak —semua orang kecuali Sehun.

 

Jujur, Sehun tidak terlalu menyukai pesta, tapi menilai dari kegembiraan yang memancar di wajah pacarnya, kemungkinan besar dia akan pergi ke pesta ini.

 

"Sehun-ah, kamu terlihat bagus. Berhenti merepotkan! Ayo pergi!" kata Luhan jengkel menyeret Sehun yang malas-malasan menuju rumah dengan banyak mobil terparkir di depannya dan suara musik keras dari stereo sistem di dalam.

 

"Aku tidak tahu kenapa aku membiarkanmu mendandaniku. Aku terlihat seperti seorang mafia." Sehun menunjukan wajah tidak senang sambil mengacak-acak rambutnya, rambut yang Luhan tata habis-habisan.

 

"Hei! Kamu terlihat bagus dengan jaket kulit! Dan berhenti mengacak-acak rambutmu!"

 

"Kenapa? Ini kan cuma pesta. Aku tidak melihat alasan kenapa aku harus dandan."

 

"Tepat. Ini pesta. Kamu tidak boleh pergi dengan pakaian asal-asalan."

 

"Yeah, well aku terlihat seperti anak laki-laki di Video musik Band."

 

"Oh Sstt. Kita beruntung Kai membiarkanmu meminjam jaket kulitnya."

 

Sehun mengejek karena beruntung bukanlah kata yang akan dia gunakan. "Apa kamu tidak khawatir kalau seseorang mungkin akan tertarik padaku?"

 

Luhan tiba-tiba berhenti berjalan dan melihat Sehun, naik turun seolah baru pertama kali melihatnya. Ia menggeleng. "Meragukan."

 

"Maaf? Aku tidak terlihat buruk, kamu sendiri yang bilang."

 

"Ya, kamu memang terlihat seksi—" Sehun bisa merasakan wajahnya menghangat untuk pujian itu "—tapi aku ragu ada orang yang akan mendekatimu. Karena wajahmu umm.....tidak ramah dan seperti anak laki-laki tukang marah-marah."

 

"Masuk akal karena itu memang apa yang aku rasakan."

 

Mereka akhirnya sampai di depan pintu rumah —rumah Hongki— dan Sehun sudah bisa merasakan kalau dia tidak akan merasa senang seperti yang Luhan bilang sebelumnya. Bahkan di rumah, Sehun sudah takut pada apa yang menantinya. Dia bisa melihat bayangan orang-orang yang menari dan meledak-ledak melalui jendela ruang tamu. Ugh ini akan menjadi malam panjang...

 

"Siap?" tanya Luhan, yang sudut matanya berkerut karena senyum lebar di wajahnya. Tidak, pikir Sehun, tapi dia tidak ingin menurunkan moodnya. Ini adalah pesta untuk merayakan kemenangan Tim B, jadi siapa yang ingin merusak malam untuk pacarnya?

 

"Yeah."

 

Luhan mengetuk pintu dan Hongki segera muncul di depannya, dengan minuman di tangan. "Heyyy!! Luhan! Dan Sehun? Whoa, aku tidak menyangka kamu datang, kamu terlihat seperti orang yang tidak suka pesta."

 

"Memang tidak."

 

Luhan meliriknya tajam sebelum melangkah masuk bersama Hongki yang memimpin mereka melalui keramaian ruang tamu. Begitu Luhan muncul, semua orang mengalihkan perhatian mereka ke arahnya dan mulai mengelilinginya, mendorong Sehun ke samping. Sedikitpun Luhan tidak tampak terganggu oleh serangan gencar perhatian semua orang padanya. Bagaimana bisa dia? Sehun selalu tahu kalau pacarnya adalah kupu-kupu sosial, seseorang yang ingin dijadikan teman semua orang, tapi meski begitu ia masih tidak nyaman melihat orang-orang yang nyaris tidak sadar kalau orang didekatnya adalah pacarnya.

 

Kurasa aku tidak dibutuhkan. Sehun meninggalkan ruang tamu, tidak melihat tampang khawatir yang muncul di wajah Luhan saat ia mencarinya di sekitar kepala orang-orang.

 

Sehun masuk ke dapur dan meraih sekaleng soda dari konter. Dia mengambil tempat duduk di salah satu kursi bar dan melihat sekeliling, memperhatikan bagaimana tampaknya tidak ada yang bertanya-tanya kenapa ia duduk disana sendirian. Kurasa ada yang mendekat...

 

"Hei Sehun!" Ketua klub tersenyum ketika Sehun berbalik. "Bersenang-senang?"

 

"Tidak terlalu." Sehun mengangkat bahu, menatap minumannya.

 

Gadis itu tertawa sebelum duduk di kursi kosong di sebelah Sehun. "Aku tahu kamu orang yang tidak suka pesta."

 

"Bagaimana denganmu?" Sehun bertanya. Dia pikir sejak dia menyapanya, Sehun mungkin bisa mengobrol dengan gadis ini.

 

"Eh. Aku masih marah karena Hongki memutuskan menjadi tuan rumah pesta malam sekolah. Dia tidak bertanggung jawab kadang-kadang."

 

Sehun terkekeh. "Mungkin kamu harus mendapatkan wakil baru."

 

Dia tersenyum. "Ya. Sudah kucoba....tapi orang itu tampaknya tidak tertarik."

 

"Siapa?"

 

"Kamu."

 

"Aku??"

 

Dia mengangguk. "Iya. Aku sudah memberi isyarat, tapi kamu tidak peka."

 

Sehun mengusap lehernya, tidak tahu bagaimana untuk menanggapi. "M-maaf? "

 

Gadis itu terkekeh. "Tidak apa-apa. Tapi karena ini bukan tempat terbuka, bagaimana tentang itu? Ingin menjadi wakilku?"

 

"Um. Apa tidak ada semacam voting untuk menentukan posisi?"

 

"Tidak untuk wakil. Ketua memilih wakilnya sendiri."

 

"Oh."

 

"Jadi?"

 

"Uhhhh...Aku pikir aku akan bilang. Aku tidak ada waktu. Maaf."

 

"Aku mengerti. Tidak apa-apa." Dia menjawab, wajahnya cemberut. Dan Sehun tidak bisa mengatasinya ia merasa agak buruk menolak tawarannya. Dia tidak berbohong ketika ia mengatakan ia tidak ada waktu, tapi selain itu ada alasan lain —yang menyangkut seseorang bermata-doe tertentu.

 

Jika dia menjadi wakil ketua, ia meragukan Luhan akan senang dengan prospeknya menghabiskan lebih banyak waktu dengan ketua.

 

"Hei, dengar. Apa kamu mau ke lantai atas dan menonton siaran langsung festival musik musim gugur di Jeju?"

 

"Hanya kita berdua?" Suara Sehun terdengar tidak biasa.

 

"Tidak, beberapa anggota tim kita disana."

 

"Oh. Oke. "Memutuskan bahwa ia mungkin juga ingin melakukan sesuatu selain duduk-duduk dan menunggu Luhan, Sehun bangkit dan mengikuti ketua ke lantai atas.

 

"Hei, tebak siapa yang aku bawa?" Ketua bertanya ketika dia masuk ke ruang media besar yang dekat dengan tangga.

 

Sehun melangkah dan melambai ke sekelompok orang di dalam. "Hei."

 

"Oh heii, Sehun." Mereka menjawab serempak sebelum mengalihkan perhatian kembali ke TV layar datar di depan mereka.

 

Melihat sekitar ruangan, Sehun menduga bahwa ini harusnya ruang musik Hongki. Berbagai instrumen tersebar di seluruh ruangan, peralatan rekaman berjajar di dinding, dan tampaknya, ruang ini kedap suara. Ruangan yang keren.

 

"Ayo. Duduk." Ketua menggerakkan tangannya, mengisyaratkan Sehun untuk mengambil tempat kosong di sampingnya di lantai, melihat bagaimana tidak ada lagi kursi yang tersisa.

 

Setelah duduk, Sehun mengalihkan perhatian ke konser yang terlihat di layar. Dua puluh menit pertunjukan, Sehun nyaris lupa kalau ia berada di sebuah pesta. Itu karena ia merasa terlalu nyaman, duduk di sini dengan orang-orang yang benar-benar ia kenal dan menonton sesuatu yang benar-benar ia suka. Mungkin ini tidak sepenuhnya membuang-buang waktu.

 

Terlalu fokus pada musik, Sehun tidak melihat ketua klub meliriknya setiap waktu, secara perlahan memangkas jarak diantara mereka. Saat ia menyadari jika gadis itu duduk terlalu dekat, seseorang berambut madu membuka pintu.

 

"Sehun-ah, kamu ada di sini dari tadi? Aku mencarimu kemana-mana—" Luhan berhenti ketika ia melihat seseorang yang duduk disamping Sehun. Uh-oh.

 

Sehun segera bangkit dari tempatnya dan berjalan menuju pintu di mana Luhan berdiri, tampak tidak senang. Sial.

 

"Apa yang kamu—" Ketua memotong ucapan Luhan.

 

"Kami sedang menonton konser musim gugur di Jeju. Kamu harus bergabung dengan kami." Dia tersenyum pada Luhan, yang menatapnya seolah dia keluar dari pikirannya.

 

"Tidak. Itu tidak perlu," gumamnya dengan gigi terkatup. Itu terdengar seperti ia mencoba untuk menahan diri dari sesuatu.

 

Luhan meraih tangan Sehun dan hendak berbalik pergi ketika ketua berkata cepat, "Bye Sehun!"

 

Sehun tidak berani melihat Luhan langsung karena aura di sekelilingnya menyarankan kalau itu adalah hal yang bijaksana untuk dilakukan sekarang, tetapi dari sudut matanya, Sehun bisa melihat pandangan suram di mata anak yang lebih tua. Luhan tampak seperti ia siap untuk pembunuhan. Tidak bagus.

 

Sehun melirik ketua untuk melihat apa dia bisa merasakan belati tak kasat mata yang Luhan lemparkan, tapi mengejutkan dia tampak tidak terpengaruh, bahkan dia masih tersenyum —sesuatu yang Sehun tahu tidak membuat Luhan senang.

 

"Kenapa kamu mencariku?" tanya Sehun ketika Luhan membawa mereka turun.

 

"Aku khawatir kamu bosan." Luhan menjawab ketus mengabaikan orang-orang yang memanggilnya dari ruang tamu.

 

"Uhhh...Mereka memanggilmu tuh.."

 

"Aku tahu."

 

"Terus kenapa—"

 

Luhan tiba-tiba berputar menghadap Sehun, menatapnya beberapa detik. "Karena Aku ingin pulang."

 

"Uh, oke."

 

Untuk sisa perjalanan pulang, Luhan luar biasa diam. Sehun mengira anak yang lebih mungil akan terus menerus bicara tentang ia yang bersenang-senang selama pesta, tapi melihat bagaimana mereka diam untuk waktu yang lama, Sehun berasumsi bahwa mungkin ia tidak perlu banyak membicarakan tentang itu.

 

Tetapi cara Luhan mencengkeram tangannya mengatakan bahwa ada alasan lain mengapa ia menjadi diam tidak seperti biasanya.

 

Di tempat tidur, Sehun tahu ada sesuatu yang salah ketika Luhan mematikan lampu dan bukannya bergeser dan meringkuk di dada Sehun (Sesuatu yang selalu Luhan lakukan), anak yang lebih tua tetap ditempatnya dan menarik selimut sampai kepala.

 

Dengan kepalanya bersandar pada tangan, Sehun menatap tonjolan di depannya, bertanya-tanya bagaimana ia harus menangani hal ini.

 

Apa dia marah aku tidak bersamanya di pesta?

 

Tonjolan bergeser sedikit sebelum kembali seperti semula. Sehun mengerutkan kening.

 

Dia tidak mungkin cemburu......kan?

 

Memutuskan bahwa ia membenci jarak yang memisahkannya dari Luhan, Sehun bergerak ke sisi kanan tempat tidur dan memeluk tonjolan itu, menariknya lebih dekat dengan tubuhnya.

 

"Apa kamu baik-baik saja?"

 

Ketika Luhan tidak menjawab, Sehun merasa jengkel menghela napas dan mencoba untuk menarik selimut ke bawah, tapi Luhan memegangnya erat-erat, menolak untuk keluar. "Bagaimana kamu bisa bernapas di bawah sana?"

 

"Aku baik-baik saja!" Luhan bergumam di bawah kain tebal.

 

Sehun mengejek. "Yeah benar. Keluar dan bicaralah."

 

Luhan tidak bergerak. Sehun memutar matanya. Oke, kalau dengan begini kamu ingin bermain. Aku tidak punya pilihan.

 

Dia kemudian mulai menggelitik tonjolan itu, mendapatkan pekikan dan tawa tertahan di bawahnya.

 

Akhirnya tidak bisa bertahan lebih lama lagi, Luhan muncul, rambut kusut menutupi wajahnya. "Yah! Berhenti menggelitikku!"

 

Sehun berhenti untuk menyingkirkan rambut dari wajah pacarnya. "Aku tidak perlu melakukannya karena kamu sudah keluar."

 

"Hmph." Luhan menjatuhkan diri lagi sehingga kembali memunggungi Sehun.

 

Sehun menghela napas. "Apa ini ada hubungannya dengan apa yang terjadi di pesta?"

 

Duh idiot. Kenapa musti tanya sih?

 

"Apa ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan?" Sehun melanjutkan.

 

Hening.

 

Sehun menghembuskan napas sebelum dia menyambar pinggang Luhan dan menekan tubuh mereka mendekat, mengabaikan Luhan yang membeku ketika ia merasakan dada Sehun di punggungnya. "Aku tidak mengerti kenapa kamu cemburu,"

 

"Aku tidak cemburu." Luhan menjawab dengan nada angkuh sementara ia terlalu lemah untuk berusaha keluar dari pelukan Sehun.

 

"Bagus karena kamu memang tidak seharusnya seperti itu."

 

Luhan berhenti meronta dan menolehkan kepalanya menghadap Sehun. "Apa maksudmu aku tidak harus?! Kamu bersamanya di pesta! Aku mencarimu kemana-mana! Dan menemukanmu di ruangan bersamanya duduk terlalu dekat dengan dia otomatis bernapas di bawah lehermu cukup untuk merusak malamku yang menyenangkan!"

 

"Jadi, kamu cemburu." Sehun berkata tanpa ekspresi. Jangan menyangkal, Bambi.

 

Luhan membuka mulutnya untuk berdebat, tapi menyadari Sehun pasti bisa melihat kebohongannya, dia memilih untuk tetap diam, matanya masih melotot pada Sehun.

 

"Perlu aku ingatkan kalau kamu yang membuatku pergi ke pesta itu?"

 

"Oh, jadi ini salahku?!"

 

"Uh. Aku-aku. Uhm...Bukan?" Batalkan! Batalkan! Perubahan taktik." Apa yang coba aku katakan adalah, jangan cemburu pada sesuatu yang tidak akan pernah terjadi."

 

"Kenapa tidak? Kalian berdua memuji satu sama lain. Dia, aku benci mengatakannya, menarik. Dia cerdas dan berbakat. Dia memiliki banyak kesamaan denganmu. Aku tidak bisa berhenti berpikir kalau kalian berdua akan menjadi pasangan yang cocok." Luhan menjelaskan, matanya putus asa.

 

"Idiot." Sehun menangkup wajah Luhan, membawanya mendekat. Anak yang lebih tua mengerutkan alisnya. "Kamu melewatkan poin utamanya."

 

"Yang mana?" tanya Luhan, masih tidak memahami apa maksud Sehun.

 

Memutuskan bahwa Luhan membutuhkan penjelasan secara fisik apa yang coba dia katakan, Sehun menutup jarak antara bibir mereka —bibirnya bertemu bibir Luhan. Tidak terlalu menekan, tapi tetap bergairah.

 

"Dia bukan kamu." Sehun berbisik.

 

Sehun terus mencium Luhan lagi dan lagi, sampai anak yang lebih tua mengerti.

 

Puas dengan pengakuan kecil Sehun, Luhan melingkarkan lengannya dan meletakkan kepalanya di lekuk Leher Sehun, sambil menyeringai dari telinga ke telinga.

 

Dengan Luhan meringkuk nyaman di sisinya, Sehun akhirnya bisa bernapas lagi.

 

"Kamu tahu...Aku tidak benar-benar cemburu." Luhan mengaku, membuat Sehun memutar mata (Untungnya, Luhan tidak melihat itu).

 

"Benarkah."

 

"Ya. Aku cuma khawatir." Khawatir? Pfft.

 

"Nah kalau itu yang terjadi, aku ingin kamu untuk berhenti 'khawatir'. Dengan semua kekhawatiran yang kamu lakukan, kamu akan keriput. Dan terus terang, kamu sudah tua."

 

"Hei! Aku tidak tua!" Luhan berpendapat.

 

Sehun mendengus. "Akte kelahiranmu berkata sebaliknya ——YAHH! Kenapa kamu menggigitku?!"

 

Dia mengusap dagunya, di mana gigi Luhan tertancap disana, wajahnya perpaduan antara mencari, terkejut dan ngeri.

 

"Itu apa yang kamu dapat karena menyebutku tua." Luhan mendengus. Yeah, seperti itu adalah alasan yang baik untuk menggigit orang saja!

 

"Bagaimana aku bisa pergi ke sekolah besok dengan tanda gigimu di daguku? Huh?" Sehun bertanya, sementara menusuk tulang rusuk pacarnya.

 

Luhan mengangkat bahu. "Mungkin setelah itu orang akan tahu milik siapa kamu." Itu terlalu gelap untuk melihat dengan benar, tetapi Sehun bisa bilang Luhan merasa senang, kemungkinan besar ia sedang menunjukan senyum puas di wajah sempurnanya.

 

"Kenapa tidak sekalian saja ada kata 'Properti Luhan' dicap di dahiku? Itu akan jauh lebih sedikit sakit," kata Sehun sinis, masih menggosok dagunya.

 

"Kalau kamu mau..tidak ada yang bisa menghentikanmu."

 

"Oke. Tapi itu berarti harus ada kata 'Hanya milik Sehun seorang' dicap di dahi-mu."

 

"Tidak mauuuu."

 

"Kenapa tidak?!"

 

"Karena itu terlalu banyak huruf. Dahiku kan tidak lebar!"

 

Sehun tertawa untuk alasan menyedihkan pacarnya sementara Luhan menatapnya, bertanya-tanya kenapa anak yang lebih muda tertawa histeris.

 

Ketika Sehun akhirnya menghentikan tawanya, ia berdehem. "Bagaimana kalau hanya milik Sehun?"

 

"Milik Sehun?"

 

"Ya."

 

"Milik Sehun." Luhan mengulang, tersenyum karena ia menyukai bagaimana itu terdengar. "Sempurna."

 

Sehun menarik Luhan lebih dekat. "Itu sempurna karena kamu milikku dan aku milikmu." Dia tersenyum ketika Luhan mengangguk, rambut halusnya menggelitik leher Sehun.

 

Dia memberi Luhan ciuman cepat di dahi sebelum berkata bahwa mereka harus benar-benar pergi tidur. Luhan menguap di dadanya, jelas mengantuk seperti dirinya.

 

"Malam Lu."

 

"Malam Sehun-ah."

 

Hanya ketika ia hendak menutup mata, ia mendengar Luhan bergumam, "Sehun-ah, maaf karena menggigitmu."

 

"Tidak ada darah, jadi itu tidak apa-apa." Sehun bergumam, jarinya perlahan mengusap rambut pacar nya —itu telah menjadi semacam kebiasaan.

 

"Hei, aku bukan monster," balas Luhan.

 

Sehun akan berpendapat kalau seseorang tidak akan menggigit orang lain, tapi Sehun memutuskan bahwa ia benar-benar tidak keberatan di gigit Luhan. Itu menawan. Imut. Dia seperti Bambi.

 

"Aku mencintaimu Sehun-ah."

 

"Aku tahu. Aku punya tanda gigimu untuk membuktikannya."

 

"Diam."

 

-------

 

BERSAMBUNG......

 

*OTW SUMUR*

 

:v 

 

Yo~~ YN update setelah kemaren kemaren lembur menyelesaikan membaca 52 chapternya fanfic kece ini. Dan......asddghjklzxcvbm kalian harus tau bagaimana perasaanku disetiap chapternya. Kalo kalian pernah nonton candy candy atau baca komiknya, nah begitulah penggambarannya.

 

OMAYGATTT, kalo kalian bener-bener HunHan hardcore pasti kalian akan seperti saya, guling guling gak jelas karena ini terlalu unyu unyu, menggemaskan dan gregett.

 

Interaksi mereka benar-benar menggemaskan. Ada aja yang akan bikin kamu "luluuuu kamu tuh yaaaa~~~♥♥" atau "HunHan yaampuuunn" atau "ayok culik lulu!!" 

 

Curhat: paling gakuat kalo ngebayangin Lulu yang meringkuk kayak bayi di dada Sehun. 

 

Dan Chanbaek atau Baekyeol, yah Baekyeol, mereka adalah karakter penting disini. pemeran pendukung yang bikin rusuh, dan bikin jijik sendiri kadang-kadang, apalagi pas di shou....ups. Atau pas val.....ups. haha, kalian akan tau nanti.

 

Mereka itu semacam virus yang berusaha mencemarkan otak polos Lulu. Tapi mereka juga yang akan membela mati matian keberlangsungan hubungan HunHan. Dan YN bakal memberikan empat jempol untuk karakter Baekhyun disini yang macem emak emak rusuh yang bakal heboh kalau ada diskon. Mereka pasangan sengklek. 100% sengklekk dan gila!! (Lupakan karakter Chanyeol di END, okayy!!!)

 

Ada satu kalimat yang....oke aku akan ngasih tau sama kalian. Ini diucapkan sama Sehun sendiri, kurang lebih begini. "Kalau Luhan bukan orang dewasa, Baekyeol sudah pasti akan mengasopsinya" dan gw kayak yang "Whut??" Dan momen trio mereka....argh o(╯□╰)o

 

Semoga aku bisa update tiap hari supaya kalian atau kamu yang baca dan penasaran bisa tau dengan cepat. Wow, 52 bab akan menjadi masa yang panjang man. Tapi aku pasti akan bener bener menikmatinya. Karena apa? Karena ini HunHan!!! Dan aku cinta mereka. Sangatt. Gapeduli meski sekarang mereka sedang terpisah jutaan mil jauhnya. Selain itu karena cerita ini yang emang benar-benar bagus. 

 

Bocoran, akan ada karakter dimana orang itu ingin menggantikan posisi Sehun dihati Luhan. Yeah, Drama drama !!! (uda jelas di foreword juga itu mah😂) Orang dimasa lalu, dan....dia belum muncul. Haha, calm down guys. Silahkan menikmati proses, karena ini akan benar-benar menyenangkan untuk mengikuti kisah mereka. 

 

Bocoran lagi, akan ada momen dimana Baekyeol...oke Baekhyun sendirian ngelabrak cowok itu yang ngerusak hubungan HunHan (gak ngerusak juga sih) dan itu tuh yaaa, dia bener bener kayak emak emak yang marahin si abang abang tukang balon yang bikin nangis anaknya karena terus terusan nawarin balon saat dia gada duit (imajinasi gw -_-)

 

Oke, saya telalu banyak ngomong*coret* nulis kayaknya. Nah ada yang liat angka di atas? Itu adalah rating. penilaian YN untuk seberapa fluffy dan seberapa sukanya YN pada chapter tersebut dan itu akan ada disetiap chapter kedepan. 

 

8/10 untuk chapter ini. Karena....hmmm, akan banyak momen yang lebih manis lagi dari ini. Jadii... bersiaplah!

 

FAKK!! Lulu yang ngambek bener bener menta di gigit ku aku!! Dan apa itu si Bihunn gak peka bangett. Suka pas Sehun bilang "Dia bukan kamu" arghhh asdfghjkl *mimisan* gombaaalll >< dan dan "dahiku kan tidak lebar" yaampuuuunn. Kalo bahasa kita mah yak; "Jidatku kan gak jenong!!" dan satu lagi "its perfact because you're mine and i'm yours" (*^﹏^*)

 

Kalo di fanfic aslinya authornya akan nyebutin adegan mana favorit dia untuk chapter tersebut. Mungkin nanti kapan kapan YN akan masukin author's note di salasatu chapter kali yaaa. 

 

Fantasy_seoul. Silahkan sapa dia di askfm, karena dia kayaknya lebih nyaman disitu. orangnya bener-bener ramah kkkk~~~

 

Berharap bisa update tiap hari. Semoga. 

 

Spoiler untuk chapter depan. Perjalanan PK. Yeheyyyy, Sehun akan melakukan sesuatu untuk Lulu dan jujur aja itu bener bener keren, menunjukan seberapa sayangnya dia ama lulu!!

 

Ps: PK (Pelatihan Keanggotaan) kalo di versi aslinya MT (Membership Training). Sempet kepikiran untuk menggantinya dengan diklatsar (duh)

 

Yoo~~ See u next chap ^^ mungkin besok atau lusa.....

 

Pss: kalo ada kalimat saduranku yang tidak kalian mengerti, silahkan bertanya langsung di pm. YN akan dengan senang hati menjawabnya ^^ 

 

Psss: YN itu artinya Yang Nerjemahim^^ atau kalian lebih suka TN (Translator Nim) atau NN (Nyang Nyadurin). Terserah -_- YR juga boleh YokeiRyu 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Happyeolyoo #1
Chapter 2: Wuahaaaa apa apaan baekyeon yg selalu konyol itu hah. KIrain ada penyusup beneran tapi nyatanya duo pansangan idiot hmm nggak papa deh, kalo nggak ada baekyeol pasti sepi pfft. luhan over prptektif banget ya. Apa apaan. Masak sehun pengen kerja dia rada ga suka hmm
Happyeolyoo #2
Chapter 1: Pfft .. sehun harusnya benar benar bahagia ya, punya pacar si pangeran luhan yg unpredictable. Luhan imut sih, tapi sehun kok lemes/? banget haha luhan yg wajahnya kayak barnie nggak mungkin dong kencan sama cewek wkwk sehun, sehun. Hidupnya dia galau mulu deh gara gara si bambie.
KikyKikuk #3
Chapter 15: Anyyeooongg~
Hai thor, makasih ya udah diksh link'y
Dan ternyata feeling aku bener, ff ini KERENNN BGT!!!
>.<
Sumpah seru bgt, aseli deh..
Bikin gue diabetes gila-gilaan..
Btw, knpa prequelnya gak di trans? pasti gak klh seru dr yg ini
Ahh apapun itu, makasih bnyak krna udah ngtrans ff semanis gula kapas si barbie ini :*
anisalu
#4
Chapter 14: Sumpah ya ini baekyoel bikin ngakakk. Kram perut jadinyaa.
parkHyunIn #5
Maaf baru komen dichap ini /bow/
Tapi beneran aku jatuh cinta pk ini onong kucrutlah sm ff trans kamu yang ini. Aku tunggu klanjutannya. Terimakasih banyak cz udh nerjemahin ni ff yang kece gk ketulungan. Ah disini mg lulu itu! Enaknya digigit, sambil dilumat/nah loh/ #digiling sbihun

Aaaaaaaa..... plis apdet asap ya authornim, aku nunggu bgt...
Ini ff yaang bener aku suka dari awal chap loh! Nah jadi, semangat buat apdetnya yaaaaaa

/kasih flying kiss kesehun dan tertiup angin jd keluhan/ #abaikan
Meriska_navita
#6
Chapter 15: Ampun deh mreka romantis bgt.. aaahhh jd pen pnya pacar kaya sehun. Jutek tp bsa cintanya pol-polan euyyy..
Lu7deer #7
Chapter 15: Aku baru tau ada yng translt ni ff...ya ampunnnn sumpahhhhhh bener2 bikin diabtesssssssssss parahhh nih Hunhan di sini....... Bener2 ngk bisa berkata deh kalo baca moment2 mereka di sini......hahaha

Dan selalu ngakak juga kalo sudah baca kelakuan2 absurd chanbaek....wkwkwkwk

Aaaa....author makasih....makasih banget udah mau translte nih ff..... Next partnya sangat di tunggu.... :)
Meriska_navita
#8
Chapter 14: Wahahaha suka bgt ama baekyeol deh. Semacam guardian angelnya hunhan gitu ahahaha..
inskyme #9
Chapter 13: "Sentuh dia dan kau
mati." aku suka banget sama bagian sehun yg ini. hacep bnget>< gila ya sehun posesifnya gemesgemesin bikin kaki jadi jelly///
Meriska_navita
#10
Chapter 13: Ahahah kasian lho kalo liat hongki.. takut bgt masa ama sehun ahahahah