Can I Bite You, hyung?

Can I Bite You, hyung?

 

 

Minseok mungkin adalah anggota terpendek di grupnya, tapi dia lumayan kuat untuk bisa bertahan jika berhubungan dengan fisiknya. Olahraga sepak bola adalah kegemarannya. Dia dan teman akrabnya, Luhan, yang sekarang sudah pindah lagi ke Cina, senang sekali bermain sepak bola jika pelajaran usai. Lokasi di taman di belakang sekolah adalah tempat yang strategis untuk Minseok dan Luhan bermain bola.

 

Namun, sejak Luhan pindah, semua teman satu grupnya hampir tidak semuanya suka bermain bola. Karena itu dia sedikit kesepian. Meski begitu, seorang hoobae bernama Chanyeol, badannya tinggi, senyumnya lebar, serta suaranya yang besar dan bergetar, baru-baru ini sering sekali mendekatinya dan mengajaknya bergabung dengan teman-temannya yang lain, Kyungsoo, Baekhyun dan Yixing.

 

Meskipun Chanyeol bukan anak yang gemar bermain bola namun permainan gitarnya dengan Yixing membuat Minseok senang bergabung dengan mereka. Ditambah, duo KyungBaek membuatnya sering tertawa. Kesedihan karena ditinggal Luhan pergi, Minseok merasa sedikit membaik sekarang.

 

Namun, sesuatu di antara dirinya dan Chanyeol sedikit aneh. Anak yang sering dipanggil telinga kurcaci ini sering tersenyum lebar padanya. Apapun yang diperbuat olehnya, Chanyeol selalu tersenyum. Minseok berpikir mungkin karena Chanyeol adalah anak yang lugu dan periang, karena itulah dia membiarkan Chanyeol melakukan apapun padanya.

 

Semua berawal dari kejadian dimana Minseok tidak sengaja tidur siang di dalam kelas. Chanyeol yang sering mengecek Minseok saat pulang sekolah dengan senang hati menunggunya di sana. Hingga akhir pelajaran pun tak seorang membangunkan anak berwajah bulat ini.

 

Kejadian lain terjadi saat makan siang kedua. Pelajaran Matematika adalah musuh terbesar Chanyeol. Pitagoras sangat sulit menurutnya. Hingga saat makan siang berlangsung, Minseok yang baru sadar kalau dia duduk di sebelah Chanyeol harus berurusan dengan tugas di pelajaran akhir hoobaenya itu. Chanyeol membujuk Minseok untuk membantunya mengerjakan sepuluh soal yang sulit itu.

 

“Yeollie~ bisakah aku makan sesuap saja?” Minseok dengan wajah memelas sambil mengangkat sendoknya menatap Chanyeol.

 

Anak dengan telinga kurcaci ini malah tersenyum. “Aku akan menggigitmu, hyung, kalau kau tidak mau membantuku.”

 

“Huh? Apa enaknya menggigitku?”

 

“Pokoknya bantu aku. Atau aku akan menggigitmu.”

 

“Makananku?”

 

“Biar kusuap. Aaaaahhh~” sambil mengerutkan kening, Minseok membuka mulutnya lebar-lebar.

 

Chanyeol tersenyum lebar, menunjukkan deretan gigi putihnya.

 

Kejadian lain lagi terjadi saat pulang sekolah. Baekhyun dan Kyungsoo ingin membeli makanan ringan, setelah itu mereka akan ke toko DVD/CD. Mereka berniat untuk melalukan investigasi khusus film yang menarik untuk ditonton. Sore itu, mereka yang sudah membuat janji di malam sebelumnya berniat untuk tidur di rumah Chanyeol sambil menonton film yang mereka cari. Dengan terpaksa, karena permintaan duo kembar ini, Minseok ikut dengan mereka.

 

Sampai di toko DVD, Chanyeol yang sudah berada di sana terlihat sangat lelah. Karena bosan dan bingung ingin memilih film apa yang akan mereka tonton, dia menarik lengan kecil Minseok dan mendudukkan tubuh kecil Minseok di bangku di sudut ruangan di belakang rak-rak DVD khusus musik. Yixing, yang datang terakhir ke sana meminta Minseok untuk menemaninya ke toilet, namun Chanyeol yang tanpa disadari Minseok telah meletakkan kepalanya di paha Minseok dan pura-pura tidur.

 

Minseok menolak halus permintaan Yixing dengan senyum penuh penyesalan. Chanyeol tersenyum lebar saat anak keturunan Cina itu menjauh.

 

“Hyung, pahamu, terasa empuk. Boleh kugigit?”

 

Minseok membelalakkan matanya, “Kau gila?”

 

“Tidak, tapi apa mungkin karena kau sering bermain bola dengan anak Cina itu, si Luhan, makanya daging pahamu begitu kenyal dan lembut?” Chanyeol mengira-ngira sambil mencubit kecil paha Minseok.

 

Chanyeol sama sekali tak mengangkat kepalanya dari paha Minseok.

 

Minseok menghela napas, menyerah.

 

Kejadian itu terus berlangsung, dan semakin aneh. Hingga akhirnya, Minseok yang kesal dengan sikap aneh Chanyeol mulai membuat siasat.

 

Hari ini, Minseok menghubungi teman sekelasnya dan memberitahunya kalau dia tidak bisa masuk sekolah. Chanyeol yang di setiap ada kesempatan selalu mencari Minseok, namun kali ini dia tidak mendapatkan hyungnya yang bertubuh pendek itu.

 

Temannya Minseok mengatakan kalau dia sedang sakit. Chanyeol kelihatan cemas.

 

Setiap hari sebisa mungkin Minseok menghindari Chanyeol. Bahkan si kembar KyungBaek dan Yixing pun dia hindari. Minseok merasa bersalah. Tapi dia harus berusaha fokus pada ujiannya akhir-akhir ini.

 

Jujur saja, Minseok ingin dekat dengan mereka sepanjang waktu, meskipun Chanyeol selalu memperlakukannya dengan aneh. Tapi Chanyeol adalah hoobae yang baik. Tapi, apa Yixing ak Minseok digodai seperti itu? Minseok juga punya perasaan.

 

Hari ini libur, kesempatan Minseok untuk pergi ke perpustakaan pusat dan belajar di sana. Biasanya, saat ada Luhan, mereka pasti belajar di rumah Luhan atau di rumah Minseok secara bergilir. Tapi sekarang Minseok melakukannya sendiri. Kadang, Baekhyun menghubunginya untuk menemaninya agar tidak kesepian. Jika dia setuju, itu artinya Chanyeol pasti ikut, Minseok lebih memilih untuk menghindarinya sebisa mungkin.

 

Dan tepat pukul sepuluh pagi, Minseok tiba di perpus pusat. Dia dengan gugup menghampiri meja penunggu perpus. Dengan sopan dia bertanya, “Permisi, aku mau menggunakan meja di ujung sana,” Minseok menuding bangku yang berada di deretan paling belakang meja belajar. Penjaga itu memberikan kartu belajar dan meminta Minseok untuk menandatangani daftar hadir.

 

Minseok memilih buku-buku yang dia perlukan dan membawanya ke mejanya. Karena tubuhnya yang pendek, Minseok berusaha dengan keras untuk menggapai buku yang diinginkannya. Tak sampai juga, Minseok menggerutu, “!”

 

“Itu karena hyung terlalu pendek.” seseorang yang suaranya sudah sangat dia kenal menepuk pundaknya. “Ini.”

 

Tangannya yang panjang dengan mudah menggapai buku itu. Minseok berterima kasih dalam hatinya.

 

“Hyung, kau biasa belajar di sini?” tanya Chanyeol dengan muka datar.

 

“Tidak. Baru beberapa kali saja. Kenapa?” dengan hati-hati Minseok bertanya.

 

Mereka berjalan ke meja Minseok tapi Chanyeol berhenti dan berbelok ke arah bangku lainnya. Dia duduk sendiri di sana dan sama sekali tidak berbicara dengan Minseok. Karena Minseok pikir Chanyeol sedang asyik belajar, dia tidak ingin mengganggu.

 

Dua puluh menit berlalu, Minseok masih sibuk dengan dirinya sendiri. Dia bahkan tidak sadar kalau Chanyeol sudah tidak sendirian duduk di mejanya.

 

Seorang namja dengan kulit sedikit gelap dari Chanyeol memegang wajah Chanyeol dengan penuh mesra. Wajahnya menunjukkan bahwa dia senang melakukannya terhadap Chanyeol. Sayangnya, Minseok hanya bisa melihat hoobaenya dari punggungya. Entah apakah dia senang diperlakukan seperti itu atau sebaliknya.

 

Tanpa sadar, Minseok yang sejak tadi menggenggam pensilnya, kini sudah patah menjadi dua di tangannya. Darah sedikit keluar dari telapak tangannya. Dia baru saja akan melanjutkan belajarnya, namun karena tangannya yang mulai perih dan darah tak kunjung berhenti meski pelan keluar, memutuskan untuk berhenti dan mencari toilet untuk membersihkan tangannya.

 

Hatinya terasa ada yang mengganjal. Minseok belum pernah seperti ini. Chanyeol… ada apa dengan dia dan Chanyeol.

 

Perasaan itu semakin kuat saat dia kembali ke mejanya dan mendapati Chanyeol dan namja itu sedang, sepertinya, menempelkan kedua wajah mereka. Minseok tidak bisa melihat dengan jelas wajah Chanyeol.

 

Karena sudah merasa kesal, dia membereskan barang-barangnya dan mengembalikan buku yang dia pakai di sembarang tempat. Mengambil kartu pengenalnya dan pergi dari sana dengan wajah kesal.

 

O_O

 

Hari Senin kembali lagi. Chanyeol, Baekhyun dan Kyungsoo berada di kelas mereka. Yixing yang termasuk satu angkatan dengan Minseok berada di aula yang sekaligus dipakai sebagai lapangan basket dan voli bersama anggota kelasnya. Kali ini Minseok dan Yixing bergabung dalam satu kelas. Pemainan mereka adalah basket dan voli.

 

Minseok yang saat itu sedang tidak bersemangat, terpaksa berbohong pada gurunya untuk tidak diikutkan dengan kelas olahraga hari ini dan beralasan tangannya, yang kemarin tak sengaja mematahkan pensil, sedang sakit. Dia diizinkan beristirahat dan tidak ikut kelas gabungan hari itu. Namun kejadian tak diduga datang.

 

Sebuah bola basket terlempar keluar jalur hingga kepala Minseok yang berpangku di tangannya terkena bola itu dengan cukup keras. Kembali, darah kali ini keluar dari kepalany yang berkeringat karena kepanasan.

 

Yixing yang melihat itu segera menghampiri Minseok dan membawanya ke ruang kesehatan. Kepalanya segera diperban dan dia diberi obat penghilang rasa sakit. Matanya perlahan mulai menutup karena pengaruh obat itu.

 

Tanpa diketahui Minseok, Chanyeol dan yang lainnya bergegas menuju ruang kesehatan dan mendapati Minseok berbaring lemah di atas kasur. Chanyeol duduk di samping kasurnya dan menggenggam erat tangan Minseok.

 

“Dasar, hyung bodoh.”

 

Yixing yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kemarin hanya menggelengkan kepalanya.

 

“Harusnya dia bilang kalau dia merindukanku. Dia tidak akan seperti ini, kan, hyung.” Komentarnya pada Yixing. Baekhyun dan Kyungsoo yang tidak tahu apa–apa hanya mengangguk.

 

O_O

 

Jam pulang akhirnya tiba. Minseok yang dibantu oleh Yixing, pulang bersama. Jalan kaki. Minseok hari itu sungguh merasa tidak beruntung. Dompet dan kartu gratis naik bus dia tinggalkan di atas meja makan tadi pagi. Yixing yang rumahnya tidak jauh dari sekolah tidak pernah membawa ongkos untuk pergi dan pulang. Hanya jika diperlukan dia membawa untuk membeli cemilan.

 

“Kau tidak apa-apa, Min? Kau sakit?” Yixing berusaha menjaga kecanggungan di antara mereka menipis.

 

“Eung. Aku… hanya sedang tidak beruntung hari ini.”

 

“Emm… kenapa? Karena kami selalu mengganggumu?”

 

“Tidak.” Minseok menjawab singkat. Sikapnya mulai disadari oleh Yixing.

 

“Kalau begitu kenapa? Apa ada hubungannya dengan Chanyeol?”

 

Minseok berhenti saat mendengar pertanyaan itu dari mulut Yixing.

 

“Ke…kenapa kau bertanya seperti itu?” tanya Minseok gugup.

 

Wajahnya memerah. Yixing tersenyum. “Kau ini… dari sikapmu bisa kubaca kau sedang menghindari Chanyeol, kan?”

 

Minseok menundukkan kepalanya. “Aku… dia memperlakukan dengan aneh. Yixing, kenapa dia sering bilang “hyung, boleh kugigit?” memangnya aku ini bakpao? Atau roti atau makanan yang bisa dia makan kapanpun? Luhan tidak pernah begitu padaku.”

 

“Kau ini tidak peka.” Yixing memukul pelan pundak Minseok.

 

“Apanya?”

 

“Dia suka padamu, bodoh. Dia selalu memperhatikanmu. Dia selalu ingin dekat denganmu.”

 

“Tapi… dia dan anak berkulit sedikit gelap waktu itu, yang kulihat di perpustakaan pusat, mereka berciuman.”

 

Tawa gelegar Yixing yang terdengar renyah masuk ke telinga Minseok. “Aku ada di sana. Mana mungkin mereka melakukan itu. Lagi pula, Jongin, dia adalah sepupu Chanyeol.”

 

Minseok diam karena tak tahu harus berkata apa.

 

“Jadi, Chanyeol berniat untuk meredakan rasa rindunya padamu dengan mengajak Jongin ke sana. Tapi saat tiba di sana, kami melihatmu masuk. Kau berusaha ingin mengambil buku di sana. Karena Jongin ingin membantumu, Chanyeol mulai gelisah. Akhirnya dia yang melakukannya. Tapi kau tidak berkata apapun, terimakasih? Dia merasa kesal karena sudah membuatmu seperti itu.”

 

Yixing dan Minseok duduk di pinggir toko sepatu milik keluarga Yixing. “Jadi, mereka tidak…”

 

“Tentu saja tidak. Aku sedang tiduran di kursi panjang di belakang Jongin, karena itu kau tidak melihatku, dan aku kesal dia selalu menyalahkan dirinya karena kau menjauhinya. Kulempar dia dengan ponselku. Jongin membantunya.”

 

“Aaahh… aku kira…”

 

“Sebaiknya besok kau ajak dia bicara. Chanyeol sedikit sensitif. Itu karena dia perhatian padamu, Min.”

 

Minseok sedikit merasa lega dan setuju dengan ide Yixing. Besok dia akan membicarakan semuanya dengan Chanyeol.

 

O_O

 

Ujian semester akan segera tiba, para guru sedang mempersiapka segalanya dengan cermat. Hari ini semuanya sibuk. Anak-anak kelas dua tidak ada kegiatan apapun. Semua melakukan pembelajaran sendiri. Giliran Minseok yang mendapatkan tugas mengajar sesama mereka. Bisa dibilang hanya empat orang yang ada di kelasnya yang memiliki kemampuan lebih, dan Minseok salah satunya. Dia mengajar spesial bahasa Mandarin.

 

Di pintu masuk kelasnya, berdiri Yixing dengan dibuntuti Baekhyun dan Kyungsoo. Minseok menghampiri mereka. “Ada apa? Kalian sedang ada guru kan?” tanyanya pada KyungBaek.

 

“Chanyeol…” Kyungsoo membuka mulutnya beberapa detik dan menutupnya lagi.

 

Alis Minseok berkerut. “Kenapa dengannya?”

 

“Dia… dipanggil kepala sekolah. Sekarang dia ada di ruangan guru. Hyung, tolong dia.”

 

Minseok cemas pada Chanyeol, tapi dia tidak bisa meninggalkan tugasnya di kelas. Salah satu temannya di kelas sudah memperhatikannya sejak tadi dan menggelengkan kepalanya.

 

“Mianhae, aku tidak bisa.”

 

“Min…” pinta Yixing.

 

“Aku kebagian mengajar hari ini. Aku akan melihatnya di jam istirahat.”

 

“Baiklah. Tapi kurasa, Chan tidak akan senang.” Baekhyun meninggalkan kembarannya sendirian bersama Yixing.

 

Apa maksud Baekhyun?

 

Minseok menggidikkan bahunya. “Kau yakin?” tanya Yixing.

 

“Aku akan berbaikan dengannya nanti.”

 

“Kalian memang sedang tidak bertengkar, lagipula.”

 

Minseok mengerucutkan bibirnya.

 

Minseok merasa tidak enak pada si kembar KyungBaek dan Yixing. Dia kembali ke kursinya dan memberikan senyum penuh maaf pada temannya. Belum beberapa menit, Minseok mengatakan ingin ke toilet. Dia bergegas pergi tapi bukan ke arah toilet melainkan ke arah ruang kepala sekolah. Dengan hati-hati dia mengintip ruangan itu.

 

Tak seorangpun ada di sana. Minseok masuk dan terkejut saat melihat Chanyeol duduk di sudut ruangan dengan rambut acak-acakan sambil memeluk kedua lututnya.

 

“Chanyeol?” Minseok mendekati Chanyeol dan hoobaenya itu menatap nanar mata Minseok. “Kau kenapa?”

 

“Hyung…”

 

“Ssh… ayo keluar.”

 

“Mianhae…”

 

“Wae?”

 

“Kepala sekolah… aku…”

 

“Park Chanyeol… Kau masih di sana?”

 

Chanyeol menarik Minseok ke belakang sofa panjang di ruangan itu. Chanyeol memeluknya dengan erat. Seolah enggan melepaskan Minseok. Mereka terdiam di sana. Hingga seorang perempuan yang memanggil Chanyeol tadi menghilang, Chanyeol mulai merasa lega.

 

“Kenapa?” suara Minseok pelan dan cemas.

 

“Dia… ingin aku kembali ke Myeongdong dengannya. Umma.”

 

“Umma?!” Minseok berteriak. Seketika Chanyeol menutup mulut Minseok dengan bibirnya.

 

Suara sepatu wanita yang disebut umma oleh Chanyeol masuk lagi dan sekali lagi memanggil nama Chanyeol, “Yeollie-ah~ keluarlah. Umma, ingin kau kembali ke sana. Umma, minta maaf karena memukulmu. Umma, sudah bilang pada appamu. Umma, merindukanmu, Chanyeol.”

 

Minseok terdiam dengan mata melebar. Chanyeol masih membekukannya di sana dengan bibirnya yang perlahan mengalihkan perhatiannya dari suara wanita itu ke suara napas Chanyeol yang tidak tenang.

 

Suhu tubuhnya terasa hangat namun nyaman. meski tempat itu sempit tpi badannya yang kecil dan tubuh Chanyeol kurus tapi tinggi bisa memberikan ruang tersendiri untuk Chanyeol memsukkan tangannya ke dalam seragam Minseok yang tadinya rapi itu. Suara tercekat terdengar dari mulut mereka yang sedikit kekurangan oksigen. Desahan keluar dari Minseok.

 

Chanyeol menutup matanya dan tubuhnya sedikit hangat.

 

“Chanyeol sudah keluar dari sini, Sunah. Kau boleh pulang.”

 

“Mwo?”

 

“Kau dengar aku kan? Kau boleh pulang. Dia tidak butuh kau. Sudah sering dia kau sakiti. Berhenti mengejarnya.”

 

“Jungsoo oppa?! Kau gila! Dia menyukai anak itu! Minseok adalah laki-laki! Laki-laki!”

 

“Kau pikir suka dengan ini? Dia yang berhak menentukan hidupnya. Sunah.”

 

Minseok yang tidak bisa fokus pada dua hal, mendengarkan pembicaraan Jungsoo – kepala sekolah sekaligus ayah Chanyeol – dengan umma nya dan dirinya dengan Chanyeol yang masih berciuman, tidak sengaja bibirnya digigit oleh Chanyeol.

 

“Aw!!”

 

Sontak seisi ruangan terdiam. Chanyeol memukul dahinya sendiri sambil mengumpat.

 

“Chanyeollie?” ummanya Chanyeol mendekati mereka yang berada di balik sofa. “Omo! Apa yang kalian berdua lakukan di sana? Kau? Kenapa bibirmu berdarah?” wanita cantik itu bertanya dengan wajah penasaran sekaligus terkejut. “Kalian sejak tadi di sini?”

 

Minseok meringis menahan sakit dan Chanyeol hanya terduduk di sana. Kepala sekolah mendekati mereka dan meminta Chanyeol untuk berdiri. Mereka berempat saling memandang tak tahu harus bicara apa.

 

Chanyeol membuka mulutnya dengan suara parau. “Aku ingin tetap di sini dengan appa.” Gumamnya.

 

Sunah menghela napas. Melihat Chanyeol tak menatap matanya dia yakin bahwa Chanyeol tidak suka dengannya. Karena itu dia tersenyum terutama saat melihat tangan anaknya menggenggam tangan tangan kiri Minseok dengan erat.

 

“Aku mengerti. Jungsoo, kurahap dia bahagia denganmu. Dan kau,” Sunah menyentuh pundak Chanyeol dengan lembut. “maaf, umma, bersalah… kau boleh melakukan apapun yang kau mau, tapi ingat, jangan yang aneh-aneh. Oh, dan kau?”

 

Minseok menunjuk dirinya sendiri. Sunah tersenyum. “Kim Minseok.”

 

“Kuharap kau bisa jadi kekasih yang terbaik untuknya. Dia suka menggigit.”

 

“Eh?”

 

Jungsoo dan Sunah tertawa.

 

Semua berakhir dengan baik. Umma Chanyeol pulang dengan berat hati tapi dia memberikan tanda setuju pada Chanyeol yang menyukai Minseok. Jungsoo, kepala sekolah, juga ikut senang. Dia memeluk Chanyeol tanda selamat. Dan Minseok, oh oh… dia lupa kalau dia masih punya tugas.

 

Kelas berakhir tepat saat dia menginjakkan kakinya di dalam kelas. Semua membereskan peralatan sekolah mereka. Minseok merasa bersalah. Dia yakin temannya akan marah. Tapi saat Minseok ingin meminta maaf, temannya malah memeluknya dengan erat.

 

“Min! Kau tidak apa-apa? Lihat, bibirmu berdarah. Kau terluka!”

 

Ah!

 

“Aku baik-baik saja. Tidak usah khawatir. Hanya luka kecil. Hehe~”

 

O_O

 

Chanyeol dan Yixing menunggu Minseok di depan gerbang. Masih dengn wajah dan penampilan kusut, Chanyeol berdiri dengan sabar. Semua mata tertuju padanya. Baekhyun dan Kyungsoo sudah pulang duluan. Mereka bilang akan merayakan kemenangan Chanyeol besok di sekolah. Yixing ingin pulang duluan tapi dia tidak tega melihat Chanyeol seperti ini sendirian.

 

Minseok keluar kelas sendirian. Bibirnya yang luka sudah diobati secara kilat. Harus berapa kali dia terluka minggu ini? Kepalanya masih belum sembuh dan sekarang bibirnya. Nanti?

 

Entahlah, Minseok hanya berharap urusannya dengan Chanyeol setelah ini beres.

 

“Jadi, apa semuanya sudah beres?” tanya Yixing yang sibuk dengan ponselnya.

 

“Mm… aku tidak tahu.” Jawab Minseok ragu.

 

Chanyeol tersenyum lebar. Wajahnya yang kusut kontras dengan senyumnya yang mungkin sekarang, Minseok beranggapan itu menawan.

 

“Minseok hyung, kau pakai pelembab bibir rasa apa? Seperti jeruk? Aniya, melon?”

 

Minseok bersemu merah. Wajahnya yang sedikit bulat itu memanas. “Rasa apa? Aku sama sekali tidak memakai pelembab.”

 

“Jangan bohong! Aku yakin kau memakai sesuatu. Boleh kugigit lagi?” goda Chanyeol.

 

“Tidak! Aku sungguh-sungguh!” wajahnya semakin memerah. Seraya menutupi bibinya yang masih perih, Chanyeol mengusap rambut hitam kecoklatan Minseok dengan penuh perhatian.

 

Yixing yang melihat adegan itu membuang muka dan mengeluarkan lidahnya, tanda muak. Tapi tertawa saat Minseok melihat apa yang dia lakukan dan mulai memukulnya dengan kuat.

 

“Sakit, hyung!” Yixing berkata terus terang. “Oh, Luhan mengirimkanku pesan. Dia bilang, bulan depan dia akan bermain ke sini lagi.”

 

Minseok terlihat gembira. Tapi di sisi lain, Chanyeol yang tadinya sudah mulai menunjukkan sifatnya yang ceria mulai muram lagi. “Jadi, dia akan merebut Minseok hyung lagi dariku?”

 

Minseok menjulurkan lidahnya. Yixing menggelengkan kepalanya.

 

“Hyung…”

 

“Hm?”

 

“Aku boleh ke rumahmu untuk mampir sebentar?”

 

“Waeyo?”

 

“Kau akan bertemu lagi dengan Luhan hyung, aku yakin kau akan lupa padaku. Kurasa sehari bersamamu hari ini cukup untuk sebulan kau bersama dia.”

 

Minseok terdiam. Yixing sudah masuk ke rumahnya saat Minseok memutuskan untuk jalan kaki saja pulang dan Chanyeol bersikeras untuk menemaninya. Hatinya sedikit gelisah. Semua yang dia lalui bersama Chanyeol mungkin belum terjawab semuanya. Kenapa dia bersikap seperti pada Chanyeol. Tapi satu hal yang pasti yang Minseok bisa jawab saat itu.

 

“Luhan dan Yixing. Kurasa mereka berpacaran. Kenapa kau berkata seperti itu? Aku kira kau suka padaku. Itu artinya kau harus percaya padaku.”

 

Chanyeol berhenti berjalan. Kapalanya tertunduk tapi cukup jelas untuk Minseok bisa melihat wajahnya. Karena tubuhnya lebih pendek dari Chanyeol.

 

“Aku… hyung kau suka padaku?”

 

Minseok tersenyum kecil. “Kau sudah tidak berdiri di sini saat ini karena telah menciumku tadi. Kau bahkan menggigitku tadi.” Dipukulnya lengan panjang Chanyeol yang berada di kantung celana panjangnya.

 

Mereka tertawa.

 

“Kau benar. Jadi?”

 

“Kapanpun kau boleh ke rumahku.”

 

“Bukan itu…”

 

“Oh, kau… bisa dibilang kita berpacaran?” tanya Minseok salah tingkah.

 

“Bukan itu…”

 

Minseok tidak tahu harus menjawab apa. Dia menggaruk lehernya yang tidak gatal.

 

“Boleh aku menggigitmu?” belum sempat Minseok menjawab, bibirnya sudah berada dalam kecupan manis Chanyeol. Chanyeol tersenyum lebar. “Benar, kan… kau pakai pelembab bibir rasa… pisang?”

 

“Huh?! Aku pakai rasa nanas!!! NANAS!!!”

 

 

“Hahahahaha~

 

 

 

----------------------------------

 

Ngerasa gagal ini fic. :D ENJOY!!!!!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
PinkBerries
#1
Chapter 1: sukaaaaa lagi kumohooon suka banget xiuyeool.. mau lanjutannya gimana mereka ngelewatin liburan mereka
Yunkaisoo #2
Chapter 1: Ahhhhhhh.....
Sooooo cute... Aku suka... <3 <3