Chapter 2

Petrichor
Please Subscribe to read the full chapter

Mango Six, 15.00 KST.

“Bagaimana pesta teman orang tuamu tadi malam? Kau dapat kenalan pria tampan?” tanya Seyoung pada Hyunji.

Gadis berambut sebahu itu menyeruput mango coconut-nya. “Eeeiiyy, tidak ada makhluk indah di sana. Yang ada hanya para orang tua dan kalaupun ada yang masih single, mentok-mentok usianya sudah 30an tahun!”

“Bukankah itu bagus? Eksekutif muda, berpenghasilan tetap, dan dewasa?”

“Aniyaa, aku tidak suka tipe-tipe seperti mereka. Terlalu tua untukku. Aku masih ingin bersenang-senang, tidak ingin menjalin hubungan serius. Bagaimana denganmu? Sudah berapa lama kau single? Tidak ingin cari pacar?”

“Hahahahaha... Ji-ah~ kau tidak lihat pacarku ada di sini?” Seyoung menepuk gitar kesayangannya di bangku sebelah.

Hyunji merengut seketika. “Isshhh.... bagaimana bisa seorang gadis muda menjadi guitar freak seperti CNBLUE Lee Jonghyun? Bahkan sekarang Lee Jonghyun sudah menikah, Young!” gumamnya kesal.

Seyoung hanya tersenyum simpul.

Mungkin memang saat ini tidak ada lelaki yang mendampinginya, menjadi kekasihnya. Tapi bukanlah sesuatu yang tidak mungkin kan kalau Seyoung mengagumi seseorang?

Sesungguhnya sudah sejak lama ia mengagumi seseorang yang spesial. Seyoung mengenalnya lima tahun yang lalu. Mulanya ia hanya penasaran dengan sikapnya yang dingin pada semua orang, tapi pada suatu hari Seyoung melihatnya tersenyum pada seekor anjing liar yang dibuang oleh pemiliknya. Saat itu, ia merasa bahwa orang itu tidak seburuk yang selama ini ia kira.

Orang itu adalah Kim Jong In.

Diam-diam Seyoung mengaguminya. Ini adalah rahasia yang ia tutup rapat-rapat. Suho dan Sehun tidak tahu, apalagi Hyunji yang ia kenal di universitas. Ini hanyalah rahasia milik Seyoung dan Tuhan. Lagipula, ia tidak ingin perasaan ini menjadi lebih kuat. Ia hanya ingin mengagumi saja, karena ia tidak mau perasaan sepihaknya ini merusak hubungannya dengan Kai dan yang lainnya.

 

“Eo? Kenapa hujan tiba-tiba turun? Sepertinya tadi cerah-cerah saja...”

Ocehan Hyunji membangunkan Seyoung dari lamunan. Terlihat dari jendela cafe orang-orang di luar sana berlari-lari kecil mencari tempat sementara untuk berteduh. Tak sedikit pula yang mengembangkan payung mereka dan berjalan menembus hujan.

“Aduh.. Bagaimana ini? Aku tidak bisa pulang kalau hujan seperti ini... atau kuminta adikku saja ya untuk menjemput?” Hyunji bergumam.

Berbeda dengan Hyunji yang terlihat kesal dan panik karena hujan, Seyoung malah memandang ke luar jendela. Ia melarikan jarinya ke kaca cafe yang berembun. Pandangannya kosong.

.

.

“.... Young?

“.... Young-ah?”

“Seyoung-ah?”

“.... ya?”

Hyunji menaruh dagu ke punggung kedua tangannya. “Apa yang kau pikirkan?”

“Hah? Tidak... aku tidak memikirkan apa-apa. Kenapa kau bertanya seperti itu?”

“Jangan berbohong Young, aku sudah memanggil namamu setidaknya tiga kali, dan kau seperti tidak dengar. Sini, ceritakan padaku!” Hyunji nyengir.

“Eh? Aku...”

Perkataan Seyoung terputus oleh dering ponsel Hyunji.

“Sebentar Young. Ya? Halo?” Hyunji mengangkat teleponnya. “Aah kau sudah di depan? Oke aku keluar. Iya, iya... ini aku sudah selesai. Kenapa kau cerewet sekali? Sudah, kututup ya teleponnya.”

“Adikmu? Kenapa cepat sekali?”

Hyunji mengangguk.

“Dia sedang berada di sekitar sini, jadi bisa langsung menjemputku. Maaf ya Young, aku pulang duluan. Atau kau mau bareng?”

“Tidak, tidak. Aku ingin berada di sini sebentar lagi. Hati-hati di jalan, Hyunji-ah.”

“Nee... Sampai ketemu besok di kampus!”

.

Setelah hujan berhenti, Seyoung melangkahkan kakinya keluar dari cafe itu. Sesampainya di sebuah taman di Hongdae, ia berhenti. Matanya memperhatikan seorang musisi jalanan yang sedang memainkan lagu Don’t Go milik EXO dengan keyboardnya. Ditambah dengan suasanan setelah hujan yang memang sangat Seyoung sukai, lagu itu menjadi berkali-kali lipat lebih indah.

Seyoung mendekati pemain musik itu dan berbincang sebentar untuk mendapatkan izin ikut bermain musik di situ. Diikuti dengan anggukan si pemain musik, Seyoung mengeluarkan gitar kesayangannya dan mulai menyanyikan sebuah lagu.

If I could bottled the smell of the wet land after the rain

I’d make it a perfume and send it to your house

If one in a million stars suddenly will hit satellite

I’ll pick up some pieces, they’ll be on your way

 

In a far land across

You’re standing at the sea

Then the wind blows the scent

And that little star was there to guide me

 

If only I could find my way to the ocean

I’m already there with you

If somewhere down the line

We will never get to meet

I’ll always wait for you after the rain...

 

Tanpa ia sadari, ada sepasang mata yang menatapnya dari kejauhan. Dan pemilik mata itupun tersenyum di balik masker hitamnya, kemudian pergi.

.

Dankook University, Music Room, 21.00 KST.

“Hoaahhhmmm...” Seyoung sudah tidak sanggup lagi menahan kantuk dan lelah yang menderanya. Hal yang sangat ia inginkan saat ini adalah berbaring di kasur kamarnya yang empuk dan hangat, namun apa daya, ia  bersama tiga teman sekelasnya — Yoonjae, Seulmi, dan Bokyung— masih terjebak di ruang musik kampus untuk mengerjakan tugas dari dosen, mengaransemen ulang sebuah lagu.

JENG JEEEENG

Mereka semua yang sudah lesu dikagetkan oleh bunyi piano Bokyung.

“Ya! Apa-apaan kau ini, mengagetkan kami saja. Kalau di antara kita ada yang punya penyakit jantung bagaimana?” omel Seulmi.

“Hehehe... habisnya kalian sudah lesu dan tidak konsentrasi. Dengan begini kan kalian bisa segar kembali,” cengir Bokyung si tersangka.

Seyoung hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, mem

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
KiseopandEli #1
Kai. GAH Kai. KAI KAI KAI KAI XD